13.2

1K 84 42
                                    

Yuhu jangan lupa play video di atas yah biar nemenin backsound kamu saat membaca!

🌼🌼🌼

Sekuat apapun Crista menahan tangis, mata memaksa untuk mengurai. Bulir-bulirnya menetes membasahi baju terlihat jelas. Bukan hanya Crista, Eren juga pasti merasakan yang sama berkecamuknya. Dia bingung apa yang harus di lakukan, apa yang harus dikatakan. Eren sesekali melihat Crista yang menyembunyikan wajah. Eren tahu Crista menangis meski suara segukannya hampir tak terdengar karna deru angin di ketinggian.

Crista masih belum sepenuhnya lega meski sebagian besar apa yang dirasa sudah diutarakan. Setidaknya Eren sekarang mengerti apa yang Crista rasakan di hati kecilnya.

"maaf." sepasang matanya melirik Crista, ia ingin menggapai meraup wajah Gadis itu untuk mendongkak. Perlahan tanganya bergerak sendiri, menyapu jejak air mata di wajah yang pucat.

"Crista aku pun masih tidak mengerti perasaan apa yang kumiliki untukmu, tapi saat dirimu tidak ada aku merasa kehilangan. Entah mungkin karna kita sudah lama bersama jadi aku tidak terbiasa."

"Lama bersama tanpa kepastian." Tutur Crista tersenyum kecut.

"aku ingin seperti ini selalu bersama, apa itu tidak cukup untukmu?" Eren mendekatkan ujung dahinya kembali. Crista tidak menghindar membiarkan wajah mereka saling menempel.

"Eren, perasaanmu untuk Mikasa bukan untuk-ku. Ini sulit untuk-ku Eren."

Crista mencoba menjauhkan Eren yang di hadapannya, namun saat mendorong kedua bahu Eren, dengan cepat ditepis. Eren menolak untuk menjauh, ia ingin mempertahankan posisi mereka. Eren raih satu tangan lentik itu menyusup kedalam sela-sela jari Crista mengisi penuh di sana.

"Ku mohon jangan pergi lagi."

kalimat Eren sukses meresap ke dalam sanubari Crista membuatnya semakin luluh. Sebelah tangan Eren masih merengkuh wajah hadis itu. Semua sentuhan Eren begitu lembut bohong kalau Crista tidak menikmatinya.

"Jangan membuat senyum jelek seperti itu. Aku lebih menyukai senyum mu yang bahagia. Aku tidak membual. Sumpah!"

"Crista?"

"apa?"

"ayo masuk, kau sudah berjanji hanya sebentar kan?" Eren menjauhkan wajah namun pandangan mereka masih saling berpautan. Terlihat mata Crista sedikit memerah dan sembab, surai Crista yang panjang pun sudah tidak karuan bentuknya karna sendari tadi terus diterpa angin. Melihat Crista begitu berantakan Eren terkekeh. "apa lihat-lihat?" Crista menyorot tajam ia sadar Eren memandangnya aneh.

"kamu cantik."

Kalimat itu lolos sangat mulus. Suaranya terdengar jelas membuat kedua pipi Vrista jadi semu merona, refleks Ia mengepal sebelah tangannya kemudian ia tinju ke bagian dada Eren.

"apa kau bilang?!"

"Tidak ada siaran ulang." Eren tertawa geli. Crista cemberut membuang pandangan menggerutu dalam hati.

"kamu sangat cantik sayang."

Kalimat tanpa filter terulang. Pukulan kedua, ketiga, dan keempat terus menghujani tubuh Eren. Ia meringis mengelus dadanya yang sedikit bidang.

Rasa malu Crista sudah membendung, menyembunyikan rona di pipi. Namun nihil rona itu terlihat jelas oleh Eren. Sebuah senyum simpul di bibir cantik sudah cukup untuk mengekspresikan perasaannya itu.
"ayo cepat kembali!"

Eren berdiri lalu berbalik badan memberikan punggungnya menghadap Crista. Bagai seorang supir yang memberikan sebuah tumpangan yang menyenangkan.

"aku kesini untuk merasakan angin segar, bukan untuk menangis seperti tadi. Semua ini salahmu Eren!" Cecar Crista merasa enggan untuk naik, tapi Eren mengambil kedua lengan Crista mengalungkan di lehernya.

Attack on YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang