Pesawat yang Crista dan Eren tumpangi baru saja mendarat di Narita sore itu. Mereka berjalan keluar dari bandara sambil mendorong koper. Namun suasana di antara mereka masih tetap sama, terasa canggung. Semenjak kejadian itu pun Crista tetap tidak mau banyak bicara. Eren selalu memperhatikan gadis itu, menatapnya lagi dan lagi tanpa henti.
Masih timbul tanda tanya dalam benak. Eren selalu berfikir bagaimana caranya Crista mau bercerita, andai saja ia punya kekuatan super untuk membaca fikiran pasti mudah baginya untuk mengerti.Mereka berdiri di depan gerbang kedatangan, menunggu Tanaka yang akan menjemput. Selama menunggu beberapa orang memperhatikan sepasang manusia itu. Kebanyakan memandang kagum, yang mereka lihat seorang gadis berparas boneka dan pria tampan bermata tegas. Orang-orang berfikir jika mereka adalah sepasang kekasih padahal bukan.
Sekian lama menjadi pusat perhatian, Eren dan Crista masih mematung tak beranjak sedikitpun. Padahal hampir 30 menit mereka berdiri disana. Crista mulai gusar tampaknya ia sudah lelah menunggu. Hingga akhirnya ia tidak tahan lagi lalu menghadapkan tubuhnya ke arah Eren. Ia tatap pria itu dengan serius. "Anu..."
Sontak Eren menoleh. "Ya? Kenapa?" Ada pancaran antusias dari sorot mata Eren, ia senang Crista memulai pembicaraan. "Lebih baik kau pulang saja lebih dulu naik taxi."
"Kok aku? Maksudnya kita?"
Crista menggeleng. "Tidak maksudku hanya kau, biar aku yang menunggu Tanaka, dan kau boleh pulang.""Mana mungkin aku mau." Ujar pria itu, sambil bertanya dalam benak. Apa maksudnya dia menyuruhku pergi, meninggalkan dia sini?
Ternyata dalam hati Crista memiliki maksud tersendiri. Ia seolah mengusir Eren karna ia tidak tahan berlama-lama dengan lelaki itu, ia ingin mereka cepat berpisah."Eren." Sahut Crista lagi. Eren menoleh gadis itu untuk yang kesekian kali. Kini ekspresinya berubah menjadi sinis. "Apa?" "Sebenarnya ada yang ingin kukatakan semenjak tadi."
"Ya bagus katakan. Aku sudah menantinya dari tadi."
"Aku tidak ingin melihatmu lagi."Bibir Crista bergetar, suaranya hampir tercekat karna dadanya tiba-tiba sakit. Matanya berusaha untuk meyakinkan Eren jika ia sedang tidak bercanda. "Hah? Maksudmu?"
"Aku tidak ingin bertemu lagi denganmu, melihatmu, berbicara denganmu, atau berhubungan dengan denganmu lagi."
"Kau ini kenapa? Kenapa tiba-tiba seperti ini?"
"Karna aku kesal! Aku tidak bisa menjadi... ah..."
Rasa nyeri terus mendera dada Crista, rasanya seperti ditusuk-tusuk. Namun ia tetap berusaha untuk bertahan, ia meringis seraya tangan terus mengelus-elus dada.
"Kau kenapa?!"
Eren berubah panik, ia mendekat satu dua langkah."Aku sudah tidak tahan dengan... hubungan-ini-Eren." Crista mulai terbata-bata ia merasa tercekik. Mau bicarapun susah. Tapi ia terus melanjutkan perkataanya.
"Kau bebas sekarang... ssshh...hhh..." nafas Crista kini terengah, ia menarik nafas dalam-dalam dan melanjutkan kalimatnya kembali. "Kau tidak perlu di sisiku lagi Eren. Aku sudah tidak membutuhkanmu...pergilah.""Kau ini bicara apa sih!" Crista mulai hilang keseimbangan. Tubuhnya lemas, ia tidak bisa berdiri dengan benar membuat ia hampir tersungkur. Eren segera memegang pergelangan tangan Crista ia memeluknya, menahan agar tidak terjatuh.
Rasa panik Eren bertambah, nampak keringat bercucuran di dahi Crista. Eren seka cairan basah itu dengan gerakan lembut.
"Ayo ke rumah sakit."
"Tidak, jangan, lepaskan aku."
Crista berontak, ia ingin melepaskan pelukan Eren. Tapi Eren cegah ia bersikukuh.
"Lepaskan aku!!"
Crista berteriak.
"Tolong dengarkan aku Crista. Apa kupanggilkan ambulance?"
"Pergi sana berengsek!"
"Crista!"
"Eughhh..." Crista mencengkram dada, sakitnya tidak mau hilang malah terus menyiksanya.
"Iya-iya... baik aku akan pergi setelah mengantarmu ke RS. Ya?"Tawar Eren, ia langsung mengambil langkah cepat-cepat, merogoh ponsel lalu memanggil ambulance, meminta mereka untuk datang ke bandara. Tak lupa Eren juga menelpon Tanaka, memberi kabar jika kondisi Crista tidak cukup baik sekarang. Eren tidak bisa berlama-lama Crista harus segera di larikan ke rumah sakit, tiada lagi waktu untuk menunggu Tanaka datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Attack on You
FanfictionMikasa sangat ketakutan pada perasaanya, hatinya tertutup rapat dan terkunci. Dia bukan penyuka sesama jenis, tapi baginya kasih sayang antara pria dan wanita itu menjijikan! Karna beberapa alasan, dia tidak pernah, dan TIDAK AKAN PERNAH pacaran! B...