8

1.2K 132 1
                                    


Orang-orang mulai mengerumuni ku membuat suasana menjadi ramai. Kepalaku terasa sangat pusing sepertinya aku kehilangan setengah kesadaranku. Mataku masih melirik sekitar meski tidak begitu jelas mencari seseorang. Aku menunggu Eren datang. Tapi tak lama lelaki mengenakan pakaian serba gelap menghampiriku. Wajahnya terlihat tidak asing, tapi bukan dia orang yang kutunggu-tunggu.

"hey kau kenapa?!"

Katanya panik, terlihat tersenggal-senggal.

Aku tak bergeming. Rasanya tak sanggup lagi untuk berkata-kata.

"kau terluka? Apa yang terjadi sih?"

"ceritanya panjang, nanti saja penjelasanya."

Melihat ku meringis kesakitan ia langsung menyusupkan lengan di kedua kaki dan punggung-ku.

"apa yang kau lakukan?"

Tanya ku dengan suara lemah.

"kau terluka harus cepat dibawa ke rumah sakit tahu!"

"hah?"

Aku pasrah merasakan tubuhku terangkat dengan lembut. Mataku membulat sedikit kaget.

"hey kau petugas! Jangan diam saja cepat bawa dia!"

Kata pria itu berteriak memarahi petugas ambulance.

"jangan teriak-teriak bodoh! Berisik!"

Kata ku, tanpa sadar bibir ku mengulum senyum melihat wajahnya yang begitu panik.

Aku tidak tahu apa maksud dari senyuman ini padahal dia adalah biang kerok-nya. Seharusnya aku memukul orang tersebut. Tapi apa daya aku sudah tak bertenaga sambil dibawanya aku malah bersandar dengan nyaman di dada Levi.

Bodohnya.. bisa-bisanya.. tapi apa boleh buat untuk sebentar saja.. tolong siapapun buat aku tenang. Meski aku tahu setelah kejadian ini semakin banyak orang yang akan membenci diriku. Semua orang semakin ricuh saat Levi datang lalu menolongku. Mereka tak henti-hentinya mengoceh itu membuat kepalaku rasanya ingin pecah!

Itu Levi kan? Itu pasti Levi tidak salah lagi! Kenapa ada di sini? Wah dia bersama gadis yang waktu itu kan? Kenapa Levi mau membatunya? Ayo cepat foto!

***

Aku kembali ke apartemen, langkah ku tak bersebangat. Aku merasa lesu saat melihat Mikasa di tolong orang lain lebih dulu. Aku tak tahu kenapa. Aku jadi berubah fikiran malah berbalik arah dan meninggalkan Mikasa tanpa menemuinya sedikit-pun. Namun begitu aku harus merasa lega setidaknya sekarang Mikasa sudah baik-baik saja kan?

Sekarang giliran Crista yang harus ku khawatirkan.

Pintu lift terbuka, aku sesegera mungkin berjalan menuju kamarnya. Sambil berjalan aku memikirkannya sambil membatin, apa dia masih di sana? apa dia baik-baik saja? Mengingat ekspresi wajah Crista yang murung saat aku pergi. Aku menjadi tidak enak. Biasanya dia akan patuh menungguku di depan pintu namun kali ini.. setibanya aku disana, aku hanya bisa menatap kosong di depan pintu. Dia tidak di sana..

"Crista?!"

Aku memencet bel sekali dua kali.

"Crista?!"

"Crista kau di dalam? Aku masuk ya?"

Crista tak kunjung menjawab, aku-pun masuk kedalam apartemen miliknya, kebetulan kami saling mengetahui password apartemen masing-masing.

Aku membuka pintu, berjalan kedalam mencari sosoknya. Di ruang yang tak begitu besar harusnya aku bisa menemukan dia dengan cepat tapi hinil. Mataku tak menangkap gadis itu. Kemana dia sebenarnya? Aku jadi khawatir, aku mengambil ponsel untuk memeriksa, tapi tak ada pesan darinya.

Attack on YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang