Benz milik Levi melaju lambat, sebab ada yang mengganggu perasaannya selama di balik kemudi. Untuk yang pertama kali, Levi melihat Mikasa menangis di hadapannya.
Isakan Mikasa terdengar lirih, membuat Levi menjadi tidak karuan. Benar-benar apa boleh buat, hari ini Levi sangat membutuhkan perempuan itu. Meski ia sadar apa yang sudah ia perbuat kepada Mikasa, terlalu memaksa.
"Ada alasan kenapa aku seperti ini. Maaf aku sudah berbuat kasar."
Levi berkata dalam hening, Mikasa tak merespon apa pun. Kepalanya terus tertunduk menyembunyikan wajah. Sambil menyetir sesekali Levi mencuri pandang, menatap Mikasa dengan raut wajah yang sedih.
Tak tega, Levi ingin menyeka jejak air mata di pipi perempuan tersebut. Tapi tak sanggup, Mikasa pasti akan menolak dan marah.
"Sudah jangan menangis. Kau boleh membunuhku setelah ini."
"Aku membencimu berengsek!"
"Aku tahu. Kau boleh membenciku sebanyak yang kau mau, tapi setelah kau mengabulkan satu permintaanku."
"Kau kan memang selalu seperti itu. Memperlakukanku seenaknya."
Kejam. Kalimat yang Mikasa lontarkan manusuk hati. Levi jadi tak berkutik, harus sadar bagaimana lagi? Ia tahu dirinya memang berengsek.
Tapi harus bagaimana lagi caranya untuk menjelaskan isi hati?"Aku ingin mengajakmu makan malam, syaratku hanya satu. Setelah itu, mau membunuhku pun silahkan."
Mikasa tersenyum getir. Ia menarik oksigen dalam-dalam.
"Kalau aku menolak juga kau akan tetap melakukannya bukan?"
"Lidahmu tetap tajam seperti biasanya ya."
"Kau fikir lidahmu tidak begitu? Kau lihat tadi wajah Eren seperti apa saat kau bertanya 'memang kau siapa nya?' Wah, aku sendiri pun sampai tak bisa menjawab. Ingat itu aku jadi ingin bertepuk tangan untukmu."
"Ahaha.. Makasih."
"Bukan waktunya untuk tersanjung bodoh!"
Levi terkikik geli lagi, lambat laun tangis Mikasa terhenti. Meski perasaanya belum pulih sempurna."Sebelum makan malam aku ingin mengajakmu ke suatu tempat."
"Kemana?"
Tanya Mikasa agak penasaran."Aku tidak mau kau pergi dengan seragam lusuhmu itu."
"Ha? Kurang hajar!"
Mikasa berdecak, ia menyilangkan tangan dan kakinya di dalam mobil. Layaknya Majikan sang supir.Perlahan Levi menaikkan laju kendaraan. Selama di perjalanan Mikasa sesekali menggerutu dan menatap gamang ke luar jendela. Meski tampak luar ia kembali seperti biasa, namun di dalam ia tampak memikirkan sesatu.
'Bagaimana perasaan Eren sekarang?' Tak henti-henti terlintas di kepala Mikasa.
Jam digital dalam mobil menunjukan pukul 6 pm. Lembayung hampir habis memudar, saat itu juga Benz Levi terhenti di sebuah salon.
"Mau kau apakan aku?"
Tanya Mikasa waspada."Aku ini artis papan atas, kalau aku makan malam bersama bocah jelek sepertimu. Netizen mau mengeritik apa? Keluar cepat."
Mikasa tak mau membalas, ia hanya bisa mngengernyit dan mengepalkan tinjunya ke udara.
Levi memimpin jalan Mikasa untuk masuk ke dalam salon. Suasana gemerlap menyambut, ruangan bertabur lampu kristal berkerlap-kerlip.
"Menyilaukan." Gumam Mikasa menyempitkan mata.Seorang beauty make over datang menghampiri Levi. Wanita berwajah cantik berseragam serba hitam. Senyumnya juga super anggun dengan deretan gigi yang putih bersih.
Model? Fikir Mikasa.
Selagi mereka berbincang, Mikasa menatap ke segala arah. Baru kali ini ia datang ke salon kecantikan semewah ini, kadang kala matanya ikut terperangah.
"Selamat sore nona." Tiba-tiba suara sang make over terdengar sangat dekat. Refleks Mikasa menoleh, yang ia lihat senyuman malaikat menyapa.
"Selamat sore." Mikasa membungkuk."Mari ikut saya sebentar."
"Baik."
Mikasa patuh mengikuti jejak wanita tersebut."Tidak masalah kan kalau saya merubah penampilan nona?"
"Meski pun saya keberatan. Saya harus tetap melakukannya demi pria itu."
"Tn. Levi maksudnya?"
Wanita tersebut tertawa kecil.
Sebuah anggukan dari Mikasa menjawab."Baru kali ini saya melihat dia membawa seorang perempuan. Saya cukup terkejut."
"Ha? Selama ini dia sering membawa laki-laki?"
"Eh haha... Bukan seperti itu maksud saya."
Mikasa fikir bahwa itu adalah pertanyaan ambigu. Tidak tahu maksudnya apa, menyindir atau memuji karna ia berhasil menjadi perempuan pertama yang Levi bawa ke tempat ini.
Sangat terasa, 3 jam berlalu.
Levi menunggu selama itu di lobby. Ia juga sempat mengganti pakaiannya menjadi tuxedo hitam dan kemeja putih. Rambutnya klimis disapu pomade. Beberapa kaum hawa memandang kagum, ada yang hanya sekedar meminta tanda tangan, foto bersama dan berteriak histeris.
Levi duduk di sebuah sofa berwarna putih menumpang tindihkan kakinya. Ia gusar, sebab dari tadi sudah merasa lapar dan bosan. Tapi terbayarkan oleh sosok bergaun hitam tiba-tiba muncul di hadapannya. Ia datang dengan langkah malu-malu.
Mata Levi yang tak mampu berbohong, Mikasa sukses membuat pria itu terpesona.
"Argh ini permintaanmu atau memang wanita tadi seenaknya mendandaniku sih?!"
"Em— bagus aku suka."
Levi tersenyum puas."Aku lebih suka kau berambut panjang seperti itu. Make up dan gaunnya natural, tapi terkesan dewasa. Bagaimana kalau gaunmu diganti dengan yang putih, aku bisa membawamu ke altar sekarang."
***
"Tercapture!"
Horee... tim RivaMika langsung girang 🐥 dilanjut besok ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Attack on You
FanfictionMikasa sangat ketakutan pada perasaanya, hatinya tertutup rapat dan terkunci. Dia bukan penyuka sesama jenis, tapi baginya kasih sayang antara pria dan wanita itu menjijikan! Karna beberapa alasan, dia tidak pernah, dan TIDAK AKAN PERNAH pacaran! B...