30

649 73 1
                                    

Eren datang dengan wajah yang lebih ceria dari hari kemarin. Ia tersenyum miring sambil menggaruk tengkuk yang terasa tidak gatal. Semua orang menoleh ke arahnya, ingin sekali mereka melemparkan pertanyaan dan mengumpat. "Kukira kau akan mangkir hari ini."

"Maaf tadi ada urusan mendadak." "Mendadak ke toilet, mulas ya." Sasha menambahkan tidak penting. Eren tak merespon ia hanya mengamati teman-temannya, ada Sasha dan Annie sedang mengambil dedaunan di atas air. Armin menyelam membersihkan bagian dalam kolam. Sedangkan Mikasa tengah menyikat lantai, sesaat ia memandang Eren namun dengan cepat ia memalingkan wajah, ia tak mau pandangan mereka saling berpautan lama-lama.

"Jangan diam di situ cepat bantu kita!" Titah Annie berteriak.
"Iya...iya..." Eren menggulung celana dan baju. Berjalan menuju gudang, mencari alat yang bisa ia gunakan. Ada satu sikat tersisa, ia ambil lalu membawanya keluar. Kaki Eren kembali berjalan ke tepi kolam dan menyikat lantai bersama Mikasa. Mereka saling berdampingan, tubuh mereka sangat dekat hingga nyaris bergesekan, entah kenapa itu membuat Mikasa menjadi gugup tak karuan.
"Aku bantu."
"Hmm..." deham Mikasa.

Eren melirik Mikasa lagi, namun Mikasa terus menghindarkan wajahnya. Eren bingung, dia tidak mau melihatku? Tak tahu kenapa, padahal kemarin sikap Mikasa baik-baik saja. Apa Aku membuat kesalahan? Namun Eren memilih diam, ia simpan pertanyaan itu untuk nanti.

Crat!

Tiba-tiba seragam Eren terasa sedikit basah, seperti ada air mengenainya. Tentu saja orang itu membalik, ia menemukan Armin tersenyum jahil. Eren berdecak kesal namun ia tak membalasnya, ia hiraukan tingkah Armin.

Crat!

Untuk yang ke dua kalinya Armin mencripatkan air. Namun kali ini ia tak tepat sasaran, malah Mikasa yang menoleh kepadanya. "Ah...maaf aku tidak sengaja." "Tak sengaja katamu?"
Mikasa menyalak, tak terima rok dan bajunya ikut basah. Ia berjalan mendekati kolam dan... byur!
Mikasa terpeleset lalu jatuh ke kolam.
"Armin sialan!"
"Ahahahaha!"
Terdengar Sasha terbahak di sebrang kolam. "Ngapain sih kalian. Sepertinya asyik."

"Kau ingin ku seret masuk juga?!" Mikasa melemparkan air sangat jauh ke arah Sasha.
"Kyaaaa! Ampun. Hahaha."
Ia berlarian menjauh dari kolam. Namun berbanding terbalik dengan Eren, ia malah mendekat lalu mengulurkan sebelah tangannya ke arah Mikasa. Gadis itu basah kuyup, tangannya terus menutup-nutupi rok yang terus mengapung ke atas.

"Tutup matamu bodoh!"
"iya maaf." Eren dan Armin langsung menutup mata takut. Mikasa ingin membalas uluran tangan Eren, namun di tengah jalan ia merasa ragu. Ia menggigit bibir berfikir sejenak lalu menarik mundur tangannya. "Mikasa?"
Panggil Eren, sebab ia tahu gadis itu hanya berdiam. "Aku bantu naik."
"Tidak usah."
"Kenapa?" Tanya Eren lagi matanya masih tertutup. "Kau mau terus di situ? Ayo cepat sebelum aku dan Armin mengintip isi rok mu."

"Mau mati ya kalian?" Eren terkekeh. "Sayangnya aku masih ingin hidup." "Kalau begitu jangan coba-coba!"
Ugh...sial sekali aku hari ini. Mikasa menggerutu dalam hati seraya meraih tangan Eren.

Ada sentuhan lembut dari kulit Mikasa, terasa basah namun Eren genggam kuat-kuat tangan itu untuk keluar. Sekelibat ingatan lama menyusup tanpa izin. Kejadian waktu itu...apa kau masih mengingatnya? Eren termenung, dengan mata terpejam ia mengingat kenangan buruk itu lagi. Kejadian serupa dulu pernah terjadi, aku takut...aku takut... aku tidak bisa menyelamatkanmu.

Tangan Eren bergetar, ia semakin mencengkram kuat pergelangan tangan Mikasa seolah ia tidak mau melepaskan, Mikasa hanya merintih sakit. "Eren? Kau tidak apa-apa? EREN!"
Setelah Mikasa berteriak barulah pria itu tersentak membuka matanya. Tangan mereka masih berpautan, Sasha, Annie, dan Armin ikut terkejut memandang ke dua orang itu. Mereka penasaran sebenarnya ada apa?

"Maaf." Ujar Eren sambil menggelengkan kepala membuang fikirannya tadi.
Mikasa mengarahkan mata ke tangan mereka, Eren mengerti ia langsung melepaskan genggaman yang ia buat. "Aku harus mengeringkan tubuhku."
"Oh iya, mau kuambilkan handuk?"
"Tidak usah."

"Kalian kenapa sih seperti bocah saja." Annie mendumal. "Kau bawa baju ganti?" Timpal Sasha lagi. "Baju ganti apanya. Hari ini kan tidak ada pelajaran olahraga." Semua orang langsung menunduk lesu. "Aku ambil handuk saja nanti aku keringkan dengan hair dryer di ruang klub."
"Oke! Itterasai..."
Mikasa membuang nafas kasar, setelah itu ia melangkah dengan berat.

Sore menjelang malam, langit semakin gelap di tambah awan hitam ikut datang. Sepertinya akan turun hujan namun pekerjaan belum sepenuhnya selesai. Padahal mereka nampaknya sudah lelah, Armin yang naik ke permukaan, ia sedikit menggigil karna air kolam rasanya semakin dingin.

Sasha dan Annie juga mereka sudah bersandar di pinggir dinding. Alih alih beristirahat tapi dari tadi mereka tetap tak bergerak. "Aku lapar, dan haus. Kita sudahi saja besok lanjut lagi."
Rengek Sasha. Tapi Annie menolak ia tetap ingin menyelesaikannya hari ini. "Tidak bisa aku sudah janji dengan sensei Erwin."

"Kalau begitu aku ada ide."
"Apa?"
"Kita main gunting kertas batu siapa yang kalah, harus membelikan kita minuman dan makanan. Lalu...menyelesaikan tugas ini sendirian. Haha."
"Idemu yang pertama aku setuju, yang kedua rasanya tidak adil."
Armin berpendapat. Sedangkan satuorang lagi Eren, ia hanya diam tak menanggapi.

"Setuju!"
Annie menjulangkan tangannya tinggi-tinggi pasrah. "Kau nenek lampir tidak konsisten ya."
"Berisik! Aku harus cepat pulang, aku ada janji dengan ibuku malam ini."
"Jangan jadikan alasan dasar tidak setia kawan."
"Tidak tahu diri memangnya kau bagaimana hah?!"
Annie dan Sasha saling menatap, seperti ada sengatan listrik bertenaga tinggi dalam tatapan mereka. Armin dan Eren segera menyingkir.

"Aku juga setuju, badanku rasanya membeku dari tadi dalam air. Aku tidak sanggup lagi. Hatchiww!"
Armin mengosok-gosokan hidungnya lalu memeluk dirinya sendiri kedinginan. Eren merasa iba, apa boleh buat sebagai pria sejati ia harus mengalah. Membiarkan para wanita berisitahat dan Armin segera menghangatkan tubuhnya.

"Ya sudah kalau begitu kalian semua pulang saja duluan."
"Tidak ada gunting kertas batu?"
"Tidak usah, kalau di antara kalian yang kalah bagaimana?"
Semua orang menggeleng keras. "Kalau masalah makanan biar kutlaktir lain kali."
"Sungguh?"
Kedua mata Sasha terbuka lebar penuh semangat. "Aku tidak bercanda."

"Kalau begitu aku pulang. Otsukaresama." Annie membungkuk sopan lalu pergi. "You are the best gentle one. I like you." Sasha mengacungkan jempolnya. Armin menepuk pundak Eren menabahkan. "Dalam kolam sudah bersih jangan khawatir. Hatchiwww!"
"Yaya...terima kasih." Setelah itu pun Semua orang pergi yang tersisa hanya dirinya dan Mikasa.
Aku harus menunggunya datang. Apa ia baik-baik saja?
Batin Eren cemas.

•••

Yuhuu terima kasih juga buat kalian yang setia baca dan vomment ya 😘 oia tolong saran, author lagi butuh satu nama nih karakter cewe. Boleh nama dalam anime AOT atau nama lain. Komen saja di bawah ini yaa 🙏🏻

Attack on YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang