Chapter 11 : A Reason

7.1K 400 4
                                    

Syudah up lagi nih 😘😘
Maafkan lama yaa 🙏🙏

Jangan lupa kasih 🌟 yaak 😍😍😍
Happy reading 💕💕🙏
______________________________________

Selama dalam perjalanan pulang, suasana dalam mobil peter sangat tenang, bahkan bisa dibilang sunyi. Radio mobil pun tidak menyala karena si pengemudi sekaligus pemilik mobil tidak berniat untuk menyalakannya.

Hal itulah yanh membuat Christine tidak berani untuk meminta Peter menyalakan radio. Sungguh, ia sangat bosan. Peter tidak berniat untuk memulai pembicaraan terlebih dahulu, begitupun dengannya.

Namun setelah cukup lama merasakan kesunyian, Christine memutuskan untuk memberanikan diri mengajak lelaki itu berbicara terlebih dahulu.

"Peter bisakah kau menyalakan radio atau musik? Aku merasa seperti berada di luar angkasa karena terlalu sunyi di sini." Ucapnya, meskipun tertangkap nada keraguan di kalimatnya.

Tapi sayangnya tidak ada tanggapan dari lelaki itu padanya, Peter juga tetap tidak menyalakan radio maupun musik. Lelaki itu memilih tetap fokus mengendarai mobil dan bahkan tidak menoleh kearahnya sedikitpun.

Christine yang merasa diabaikan dengan jengkel langsung memencet tombol on/off radio sendiri, namun tidak jadi karena peter menghalanginya dengan langsung meraih dan menggenggam tangannya.

Merasakan tangannya digenggam oleh Peter, jantung Christine langsung berulah berdetak tak karuan. Sejak kapan jantungnya seperti ini? Rasanya ia benar-benar gugup.

Gezzzz, ia benar-benar benci saat jantungnya seperti ini, ditambah lagi sekarang punggung tangannya sudah berada dibibir lelaki itu dan membuat jantungnya semakin menggila. Rasanya ia bahkan bisa mendengar suara jantungnya sendiri.

'Sebenarnya ada apa denganku? Aku tidak mungkin menyukai Peter! Tidak mungkin!!' Batin Christine berusaha menyangkal perasaannya sambil memejamkan mata.

'Hei bodoh! Tarik tanganmu dari bibirnya! Sadarlah kalau ia hanya ingin membuatmu jatuh kedalam pelukannya! Dan kau tidak sebodoh itu Christine! Cepat tarik tanganmu dari bibir sialannya itu!!' batinnya lagi.

Setelah bergulat dengan logika dan otaknya, Christine akhirnya mencoba menarik tangannya dari bibir Peter.

____

Menyadari si pemilik tangan berusaha untuk menarik tangannya, Peter menggenggam tangan Christine semakin kuat dan erat, ia juga menempelkan bibirnya semakin rapat membuat wanita itu kewalahan dan akhirnya menyerah.

"Sebenarnya apa mau mu Peter? Kenapa kau seperti ini?" Tanya Christine dengan nada lesu.

Ia tidak menjawab pertanyaan itu, tapi bibirnya masih menempel mencium punggung tangan Christine, hanya saja kali ini lebih lembut.

"PETER JAWAB!!" pekik Christine dengan kesal, mungkin karena sedari tadi wanita itu merasa kalau dia diabaikan.

"What babe?" balasnya pada akhirnya namun suaranya malas.

Namun bukannya menjawab, Christine malah diam karena kesal. Ia tahu wanita itu sedang karena saat ini Christine sudah bersidekap dengan wajah cemberut, menggemaskan. Tapi, menyadari kalau gadisnya sedang kesal, Ia menghela napas dan mulai bersuara.

"Apa benar kau tidak akan datang ke acara wisudaku?" tanyanya dengan nada sedih.

"Apa? Kenapa aku harus datang ?" tanya Christine balik, nada jengkel masih tersemat di kalimatnya.

"Apa maksudmu 'kenapa'? jelas kau harus datang babe."

"Tapi kenapa aku harus datang? Aku tidak mau datang!"

He Is My Jerk (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang