Chapter 16.5 : Meet (again)

8.4K 471 9
                                    

Aku lagi suka banget lagu di atas.

Shawn Mendes - In My Blood

Happy reading ❤❤❤
Jangan lupa 🌟 nya ya, pojok kiri bawah 😄😄😄😄

❄❄❄❄❄

Christine syok mendengar hal tersebut. pantas saja tadi ia merasa kalau butik ini memang familiar, ternyata ini memang butik milik tante Peter. Hanya saja, toko ini terlihat berbeda dari tiga bulan yang lalu saat ia datang dengan lelaki sialan itu.

"B-benarkah? T-tapi butik ini terlihat berbeda," ucap Christine sedikit gugup, ia mengarahkan pandangannya memperhatikan butik ini.

"Oh iya nona, desain butik ini memang banyak di ubah oleh Nyonya. Katanya desain yang lama sangat membosankan." ucap wanita paruh baya itu dengan sopan.

"Oh ternyata begitu, pantas saja aku merasa familiar dengan butik ini."

"Ngomong-ngomong bagaimana kabar anda dan tuan Peter nona?" Ross bertanya secara blak-blakan.

"Aku dan lelaki yang namanya kau sebut tadi, tidak pernah memiliki hubungan." ucap Christine dingin, ia sangat tidak suka orang bertanya mengenai lelaki sialan itu padanya.

"Ah benarkah? Padahal kalian sangat serasi." ucap Ross sambil mengernyit. Ia bahkan tidak tersinggung dengan nada dingin itu, ia bahkan merasa heran. Seingatnya dulu saat tuan mudanya itu datang bersama Christine, mereka terlihat seperti pasangan yang sedang kasmaran dan terlihat sangat bahagia, bahkan seperti tidak mau kehilangan satu-sama lain.

Mendengar itu Christine hanya bisa tersenyum kikuk. Ia sudah tidak ingin lagi berbicara dengan wanita yang ada di hadapannya ini, ia benar-benar berharap Lexy sudah selesai agar ia bisa pergi dari tempat sialan ini secepatnya.

"Christine aku sudah selesai, ayo kita pulang." Lexy menghampiri Christine dan Ross.

Senang sekali rasanya ketika akhirnya ia bisa mendengar suara sahabatnya itu. Dengan cepat dan sopan Christine langsung berpamitan pada Ross, ia berusaha tersenyum pada wanita paruh baya itu walau ada sedikit rasa tidak nyaman karena pembahasan mereka barusan, tapi untuk menghormati ia memaksa tersenyum. Ia kemudian meninggalkan Ross dan keluar dari butik itu bersama Lexy.

"Ada apa?" tanya Lexy menyadari perubahan sikap sahabatnya itu.

"Ternyata benar, ini butik milik keluarga lelaki sialan itu."

Lexy menyadari nada suara Christine dan merasa bersalah ia hanya mencoba untuk melihat-lihat dress yang di jual di butik itu, meskipun sejujurnya ia memang tidak tahu kalau butik itu adalah milik keluarga Peter. Kalau seandainya ia tahu, ia tidak akan masuk ke dalam butik itu.

"Maafkan aku, aku tidak tahu butik ini milik keluarganya."

Mendengar sahabatnya itu meminta maaf, Christine langsung menoleh dan melihat tatapan bersalah di mata Lexy. Seketika ia juga merasa bersalah dengan ucapannya barusan, ia tidak bermaksud untuk membuat Lexy merasa bersalah, ia hanya mengeluarkan apa yang ada di kepala dan hatinya. Tapi sepertinya ia tidak seharusnya berbicara dengan nada seperti itu. Alhasil Lexy jadi salah paham seperti ini.

"Ah tidak, itu bukan salahmu. Aku juga tadi tidak mengenali butik itu." Ia mencoba mencairkan suasana, dan Lexy hanya mengangguk. Mereka pulang dengan perasaan bersalah kepada satu sama lain. Mobil yang mereka tumpangi itu sangat hening.

Perempuan memang selalu begitu, mudah sekali untuk merasa bersalah.

Tapi yang namanya sahabat pasti tahu caranya baikan kembali. Seperti saat ini, mereka berdua sudah kembali berbaikan. Mereka tengah bercanda sambil makan ice cream. Berbaikan dengan sangat cepat.

He Is My Jerk (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang