Chapter 31 : Doubt

4.8K 259 15
                                    

"Smash the bottles on the reef
Wash the dirt off of my feet
That was the summer of my life"

🎵 Playlist : Goldfinger - Tijuana Sunrise

Happy reading guys 💕😍
Jangan lupa klik 🌟 dulu yaa ❤❤

❄❄❄❄❄

Peter sampai di rumah Christine beberapa saat setelah Kevin meninggalkan halaman rumah besar itu. Mereka tidak sampai bertemu karena begitu keluar dari halaman rumah, mobil Kevin langsung meluncur meninggalkan rumah itu dengan kecepatan yang tinggi karena takut terlambat menghadiri rapat.

Peter memaarkirkan mobilnya di depan pintu masuk rumah Christine, dan ia bisa melihat Christine dari dalam mobilnya sedang menunduk sambil sesekali sesenggukan. Peter turun dari mobilnya, tapi sepertinya Christine menyadari kehadiran Peter dan sebelum lelaki itu menemuinya, Christine sudah lebih dulu berjalan ke arah Peter sambil tersenyum.

"Kau sudah sampai?" tanya Christine dengan senyum senang yang berusaha ia tampilkan, tapi Peter bisa menangkap mata Christine yang sedikit berair dan berwarna kemerahan.

"Kau menangis," ucapnya, bukan bentuk pertanyaan melainkan pernyataan.

"Sedikit," ucap Christine menunduk sebentar, dan sesaat kemudian ia sudah kembali mendongak dan menatap Peter teduh, "Aku merindukanmu," lanjutnya lagi.

Peter langsung berjalan dan meraih Christine ke dalam pelukannya dan memeluknya erat, "I miss you too, baby." balasnya tulus dan merasakan kalau Christine membalas pelukannya.

Christine menikmati hangatnya pelukan Peter dan ia merasakan aman dan damai dalam pelukan itu.

Peter juga merasakan perasaan yang kurang lebih sama seperti yang dirasakan oleh Christine. Memeluk tubuh mungil itu membuatnya merasakan perasaan ingin melindungi dan membahagiakan Christine selama mungkin, selama ia masih bernafas.

Peter mencium puncak kepala Christine dengan lembut dan Christine menikmati perlakuan lembut yang diberikan Peter padanya.

"Kakak baru saja berangkat," ucap Christine begitu mengingat kalau Peter datang kerumahnya karena lelaki itu ingin menemui Kevin.

"Ah, kau berhasil merusak suasana," ucap Peter setelah ia menghembuakan napasnya sedikit kasar.

Christine terkekeh begitu mendengar kalimat yang baru saja ia dengar, "Aku hanya memberitahu," ucapnya sambil tersenyum tanpa melepaskan tangannya dari punggung Peter.

"Tapi kau bisa memberitahuku setidaknya setelah kita puas berpelukan,"

Christine mendongak mencoba menatap Peter membuat lelaki itu sedikit melonggarkan pelukannya dan menunduk untuk menatap mata Christine.

"Memangnya sampai kapan kita akan berpelukan?" tanya Christine polos sambil memicingkan sebelah alis matanya.

"Sampai aku merasa penuh dan puas,"

"Dan kapan kau akan merasakan kedua hal itu?"

"Sepertinya aku tidak akan pernah bisa merasakan keduanya sebelum aku bisa menjadikanmu milikku seutuhnya,"

Mendengar kalimat itu, Christine kembali membenamkan kepalanya di dada Peter yang keras. ia bisa merasakan kalau ada nada kesungguhan dalam kalimat itu, namun berbeda dengannya yang sudah mulai ragu.

"Maafkan aku," gumam Christine lirih.

Peter tidak mendengar gumaman Christine barusan membuatnya ingin Christine memperjelas gumamannya barusan, namun sayang perempuan itu berkata bukan apa-apa, tapi berbeda dengan Peter yang sekilas merasakan sesuatu yang tidak beres.

Namun sesaat kemudian perasaan itu hilang setelah mendengar nada bahagia dari perempuan yang disayanginya itu.

"Ayo kita masuk, kau sudah terlalu lama memelukku." ucap Christine sambil berusaha melepaskan pelukan Peter membuat lelaki itu cemberut.

"Padahal kau juga menikmatinya," ucap Peter kemudian dengan nada menggoda membuat pipi Christine merona.

Christine meraih tangan Peter dan membawanya masuk. Ia mendudukkan lelaki itu di ruang tamu lalu pamit sebentar untuk menyuruh pelayan membuatkan minuman untuk mereka.

"Kapan Kevin pulang?" tanya Peter setelah Christine kembali dan pelayan meletakkan satu gelas jus jeruk di hadapan Peter dan teh hangat didepannya.

Christine tidak langsung menjawab pertanyaan itu, ia berjalan melingkari meja kemudian mengambil tempat duduk tepat di sebelah Peter.

"Tadi kakak memberimu pilihan, Kalau kau mau kau bisa datang ke kantor kakak nanti, atau kalau tidak, kakak akan menemuimu di apartemen?" ucap Christine, "Kakak ada rapat saat ini, dan ia tidak bisa membatalkan rapat itu, jadi ia memberimu dua pilihan itu," lanjutnya lagi sembari mengambil tangan Peter dan mengelus punggung tangan lelaki itu.

"Kira-kira ia rapat sampai jam berapa?"

"Entahlah," ucap Christine mengedikkan bahunya.

Kevin hanya diam mengamati Christine yang masih mengelus-elus punggung tangannya. Sesekali ia juga melihat Christine membuat pola-pola abstrak di punggung tangannya.

Pertama ia melihat dan merasakan kalau perempuan itu menggambar pola lingkaran, kemudian pola bintang, dan berbagai pola lain dan terakhir ia merasakan kalau Christine membuat pola love di punggung tangannya.

"Jadi apa kau mau bercerita?" tanya Peter membuat Christine menghentikan kegiatannya dan sedikit mendongak untuk menatap wajah Peter.

"Cerita tentang apa?" Christine mengangkat sebelah alisnya tidak mengerti.

"Tentang mengapa kau menangis di teras tadi,"

"Kau belum memilih pilihan yang diberi kakak padamu," ucap Christine berusaha mengalihkan topik pembicaraan saat ini.

"Aku akan ke kantornya nanti," ucap Peter datar, "Jadi bisa kau menceritakan kenapa kau menangis?" tanya Peter lagi.

"Oke, aku akan mengabari kakak kalau kau akan datang ke kantornya," ucap Christine kemudian meraih ponselnya dan mulai mengetik pesan dan dia klik ikon kirim pada ponselnya. "Jam berapa kau akan ke kantor kakak?" tanya Christine tanpa ingin menjawab pertanyaan Peter yang sebelumnya.

"Christine," panggil Peter pelan membuat Christine langsung menatap Peter tepat ke matanya.

Christine tersenyum kecil sebelum berkata "Bukan apa-apa sayang," ucap Christine santai. Tapi sayangnya sepertinya itu bukan jawaban yang diinginkan oleh Peter. Lelaki itu lalu menatap manik mata Christine lembut dan tulus.

"Just tell me babe, I know you are lying,"  ucap Peter meyakinkan Christine.

Melihat manik mata Peter yang tulus dan lembut membuat Christine kembali menunduk kemudian meremas jarinya, namun ia masih kekeuh untuk tidak berbicara.

"Christine sayang," panggil Peter lagi.

"Aku sedikit ragu," ucap Christine pelan dan Peter masih bisa mendengar suara Christine barusan membuat benak Peter sedikit tidak tenang, ia dapat merasakan sesuatu yang tidak baik.

"Ragu tentang apa?" tanya Peter ingin memastikan.

"Ragu tentang hubungan kita."

*****

Enjoy yaaa...

Don't forget to Vote, Comment and share this story 🔥

love youu guys 😘

He Is My Jerk (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang