Part 48 ( Ozy? )

777 52 28
                                    

.
.

Cakka menguap pelan, wajah tegas nan tampan itu tampak lelah dan jangan lupakan bagian bawah matanya yang menghitam efek tidak tidur beberapa hari belakangan ini. Lelaki itu tidak pernah tidur selama berada di gunung salak, dan itu berarti Cakka sudah tidak tidur selama dua hari lamanya.

"Cak mending lu tidur dah. Horor amat dah tuh muka," celetuk Rio yang diangguki oleh yang lain. Cakka menggeleng lalu meminum kopi ditangannya, ia memikirkan bagaimana bila ia tertidur nanti terjadi hal yang tidak diinginkan. Baru seteguk air kopi itu mengalir dikerongkongannya, tangan seseorang mengambil cangkir kopi tersebut menjauhkan dari jangkauan Cakka.

"Istirahat itu perlu, apalagi kau tidak beristirahat selama dua hari lamanya." Timpal Shuuya menatap Cakka miris.

"Tapi gue---"

"Tidur!" potong Agni cepat. Cakka meringgis melihat tatapan tajam gadis manis itu yang seakan-akan mengulitinya bila tidak menuruti kemauannya.

"Gue maunya tidur dipangkuan elo Ag, boleh ya?" pinta Cakka penuh harap. Pengen manja-manjaan sama pacar katanya, padahal jelas-jelas status mereka berdua belum berubah.

Masih dalam status pertemanan.

Terkutuklah yang namanya friendzone.

"Hnhh... cepet sini sebelum gue berubah pikiran," komen Agni yang sontak mendapat tatapan horor dari yang lain.

Yakali tuh cewe kelakuannya makin lama makin berubah-rubah kayak bunglon.

Cakka yang mendapat lampu ijo langsung berbaring dipangkuan Agni. Ahhh kalau gini mah Cakka bisa tidur seharian, jarang-jarangkan tidur dipangkuan doi.

Tak selang beberapa lama terdengar dengkuran halus dari Cakka, Agni dan yang lain saling pandang lalu menghela nafas.

"Ini sudah pagi tapi tidak ada satupun warga atau wisatawan yang datang, apa ada hubungannya dengan suara gemuruh semalam?" komen Agni. Tangannya bergerak mengusap rambut Cakka lembut.

"Perkiraan gue sepertinya ada longsor tadi malem, dan sepertinya mereka akan terang-terangan menyerang kita nanti."

"Mereka udah jelas nyerang kita terang-terangan semalam kali Fy," koreksi Gabriel.

"Bukan hanya sekolah itu yang kita khawatirkan," ucap Shuuya tiba-tiba.

"Maksud lo sesuatu yang membuat Shilla hampir tenggelam semalem?" komen Keke, raut wajah cantiknya terlihat ketakutan.

"Yak! Gue benci cerita beginian,"pekik Oik menutup kedua telinganya.

"Kayaknya itu ulah hantu banyu deh, pantes aja didaerah sini banyak yang tenggelem hiiiiiii," gidik Via memeluk lengan Ify erat.

"Hantu banyu?" Komen Agni bingung.

"Itu loh Ag hantu yang mitosnya sih wujudnya seperti rambut cewek,ah tapi ada juga mitosnya kalau tuh hantu berbentuk tikar."

"Kalau rambut mirip wig sepertinya semalam gue sempat liat," timpal Agni dibalas tatapan ngeri oleh yang lain.

"Kamfrett amit-amit gue jumpa begituan. Hikss gue takut udah ah jangan cerita begituan," rengek Oik meluk Acha erat.

"..... bukan dia yang Shuuya maksud." Pandangan mereka langsung terfokus pada lelaki kalem itu, menunggu Alvin untuk melanjutkan bicaranya.

Alvin masih diam merasakan tekanan kuat dari arah belakangnya. Bulu kuduk Rio meremang karena posisinya saat ini tepat disamping Alvin. Shuuya yang melihat itu dibelakang Alvin memaklumi.

"Ada yang selalu mengikuti kita semenjak kita berada disini, dan dia memancarkan hawa tidak enak sekarang."

"Pantes gue sering ngerasa hawa sekitar gue panas," komen Gabriel mungut-mungut. Rio mencebik.

WARNA-WARNI KEHIDUPANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang