Part 62 (Blood)

673 49 6
                                    

.
.
.

Entah bagaimana jadinya mereka semua berada disini. Ditempat kedai mie ayam langganan mereka di Jakarta. Ray mengerang mendapati teman-temannya seenaknya memesan makanan dan minuman padahal jelas tadi mereka sudah makan dikediaman keluarga Alvin.

"Buset dah tuh perut kagak meledak Zy? lo pada kan udah makan tadi." Ray sedikit protes melihat teman ogebnya itu memesan mie ayam 2 mangkuk malah ukurannya besar semua lagi.

Gak bisa beli kuota lagi deh si gondrong.

"Maklum aja kali Ray, tuh perut ogeb kan elastis bisa nampung banyak," ledek Ify.

"Perut bisa elastis neng Ipy?"

"Au ah makan aja tuh mangkuk," celetuk Ify males meladeni tuh bocah ogeb.

"Mangkuknya gak bisa dimakan Pi sedih gue mah."

"Gue lebih sedih liat Acha punya pacar ogeb."

"Memang gue ogeb ya?"

"MIRORRRR!!!! KACA DIRUMAH ALVIN GEDE NOH!"

"Dirumah Oik juga kok."

"Bodo amat!"

"Sayang.. jangan terlalu ladenin tuh bocah ogeb mending suapin aku saja sekarang," dan Ify bersumpah melihat Alvin tersedak mie ayam dipojokan sana mendengar permintaan kekasihnya.

Pandangan semuanya teralihkan pada makhluk astral berwujud manusia yang entah sejak kapan sudah berada disekitar mereka. Tatapan gadis berkacamata itu tak lepas dari si bocah gondrong yang sudah ketar-ketir dikursinya merasakan aura hitam tepat disampingnya.

"Ray barusan nyokap gue nyuruh lo kerumah hari ini dan untungnya gue nemuin lo disini, memang beneran jodoh kali ya." Seru gadis itu senang dan Ray hanya tersenyum masam mendengarnya.

"Pilip! sepertinya lo harus mundur teratur deh, sohib gue udah ada pawangnya soalnya." Tatapan Oliv kini berganti pada Ozy disampingnya.

Belum sempat gadis itu berbicara Oik dengan cepat memeluk lengan kekasihnya dan memandang Olivia tajam. Menunjukan dialah yang dimaksudkan oleh Ozy.

"Gue dan cowok disamping gue, Rayland Andrean adalah sepasang kekasih, jadi so tolong jangan jadi perusak oke?" tegas Oik.

"Yang benar saja, sejak kapan? lo nipu gue?" seru Oliv tak terima dan itu tentu saj menarik pelanggan lain memandang ke arah mereka.

"Psssttt...anak jaman sekarang suka ribut berebutan cowo."

"Tak tau malu ya? ditempat umum juga."

"Biasanya cowok berebutan cewek, ini malah sebaliknya."

"Ceweknya cantik-cantik uiii."

"Memangnya cowoknya secakep apaan sih? gantengan juga gue."

Mendengar suara bisik-bisik itu akhirnya membuat Agni gerah dan agak malu sekaligus. Walaupun biasanya teman-temannya itu memang tak tau malu dan selalu malu-maluin tapi sekarang sudah keterlaluan, namun belum sempat Agni bergerak Ray berdiri dan membungkukkan badanya 90 derjat ke arah pengunjung yang lain.

"Maaf kami sudah menganggu kenyamanan ditempat ini dan Oliv yang dikatakan Oik benar adanya, kami sudah jadi sepasang kekasih. Jadi gue minta maaf dan sebaiknya sekarang lo berhenti."

Ucapan tegas dari Ray membuat gadis berkacamata itu hampir menangis, ditatapnya Oik dengan tajam dan tak lama segera beranjak meninggalkan kedai makan itu. Ray yang merasa benar-benar tak enak memandang kepergian Oliv dengan nanar, jujur saja ia tidak pernah ingin menyakiti perasaan perempuan apalagi mengingat sang mama yang akan kecewa bila mengetahui ini.

WARNA-WARNI KEHIDUPANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang