Part 60 (Milkweed)

688 47 4
                                    

.
.
.
.

Suara tangis dan teriakan minta tolong terdengar menggema memenuhi seluruh ruangan kapal. Suara derit kayu seiring dengan kobaran api yang makin merambat menghanguskan seluruh bagian kapal. Kepulan asap hitam membumbung tinggi ke langit seolah memberitau pristiwa mengerikan terjadi di hamparan birunya samudra hindia itu.

Puluhan anak remaja itu berontak dipelukan para orang dewasa setelah menyaksikan gadis beriris bluenette masih ada disana. Diatas dek kapal sembari menyunggingkan senyum manisnya dan berlahan menghilang dari pandangan mereka semua.

Seiring pemberontakan kapal penyelamat tim SAR menjauhi lokasi kapal pesiar yang diselimuti kobaran api itu dengan cepat. Sebelum pada akhirnya ledakkan besar menghancurkan kapal tersebut menjadi puing-puing. Suara tangisan meledak seketika menyaksikan bagaimana besarnya ledakkan itu menghancurkan kapal pesiar itu dengan mudahnya. Sementara tim SAR sendiri menelan ludah menyaksikan semuanya.

Terlambat sedikit saja mereka semua akan terkena ledakan besar itu.

Gelombang yang diciptakan ledakan itu sungguh besar sampai membuat tsunami kecil disekitar mereka. Puing-puing kapal berserakan di pesisir pantai.

Gadis itu berdiri disana, memeluk kotak hitam sembari menatap birunya laut dalam diam.

.
.
.

Agni menyentuh kotak hitam penuh debu di atas nakas disampingnya berlahan. Kotak hitam mirip brankas kecil dengan lubang kunci yang mulai berkarat akibat air laut meninggalkan sedikit noda debu ditangan gadis itu. Gadis itu baru saja mengeluarkan kotak itu dari dalam gudang. Kejadian akhir-akhir ini mau tidak mau mengingatkannya pada kenangan lama menyakitkan yang selama ini dicoba untuk dilupakannya.

Agni memejamkan kedua matanya mengingat saat-saat mereka pertaruhkan segalanya demi kotak itu dulunya. Kotak yang waktu itu berisi bukti-bukti kejahatan mafia kejam milkweed sekarang diubah menjadi seperti pil waktu bagi grup kecil mereka.

Mereka memasukkan barang-barang kesayangan mereka disana dan menguncinya. Mereka berjanji akan membuka kembali brankas tersebut ketika dewasa nanti.

Sepuluh tahun
Dua puluh tahun
Ataupun tiga puluh tahun lagi.

Berbeda dengan pil waktu di jepang yang biasanya dikubur ditanah Agni lebih memilih menyimpan kotak itu dirumahnya. Walaupun pada akhirnya ia harus meletakkan kotak itu digudang agar kenangan buruk yang dialaminya berhasil dilupakan.

Sementara Alvin yang menyimpan kunci kotak itu karena bagaimanapun lelaki itu yang berhak menyimpannya.

Dan kejadian teror penyerangan pada kediaman keluarga Alvin waktu itu benar-benar menganggunya.
Sudah seminggu berlalu namun kepolisian belum juga berhasil melacak otak dari pelaku yang melakukan teror, pelaku yang ditangkap waktu itu tidak mengetahui jelas siapa yang memerintah mereka. Mereka hanya diperintah oleh sebuah email dan transferan uang kerekening mereka.

Cara yang begitu licin dan rapi dan mereka seperti tidak asing dengan cara pelaku melakukan teror tersebut.

Sreekkk!!

Agni seketika menatap sosok Cakka datar mendapati lelaki absurd tersebut kembali memasuki kamarnya melalui jendela.

Ohhh
Ingatkan Agni untuk menebang pohon mangga disamping kamarnya agar Cakka tidak seenaknya masuk kekamarnya seperti ini.

"Lo gak bisa berprilaku normal ketika masuk rumah orang huh?" kesal Agni yang lagi-lagi hanya disambut cengiran polos lelaki didepannya.

"Kan ini rumah calon istri gue, ngomong-ngomong sore ini lo makin cantik Ag gue makin cinta," dan lagi Agni hanya memutar kedua matanya mendengar gombal receh cicak berwujud manusia itu.

WARNA-WARNI KEHIDUPANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang