Part 54 (Real)

699 56 10
                                    

.
.
.

Ify menatap kesal Rio yang sedari tadi seolah mengabaikan keberadaannya. Sedari tadi sang kekasih sibuk merakit senjata api berbagai jenis dan juga bom rakitan kecil. Jika kak El tidak mengenalnya mungkin Rio sudah dianggap teroris sekarang.

Dengan maraknya kasus teroris belakangan ini membuat raut tampan sang Inspektur lelah. Kadang Cakka ingin membantu tapi kak El langsung memarahinya lalu mengatakan bahwa itu bukan tugasnya.

Cakka jadi bingung ia sebenarnya bercita-cita ingin jadi polisi atau densus 88.

Saat ini Rio,Cakka,Agni,Ify dan kak El sedang berada di gudang persenjataan. Rio yang merasakan surga ditempat itu segera mencari dan merakit sendiri senjata yang kira-kira cocok untuk mereka.

"Kalian yakin tidak ingin dibantu polisi?" tanya kak El lagi pada Cakka. Cakka merespon dengan anggukkan kepala, jengah juga menjawab pertanyaan sang kakak yang dari 3 jam yang lalu terus menanyakan hal yang sama.

"Percaya sama gue kak, kalau kita kesulitan pasti kita memberi tanda."

"Yaa berdoa saja semoga lo gak ditembak duluan sebelum gue sampai membawa bantuan kesana," kesal kak El.

"Gue pakai baju anti peluru."

"Serah lo cicak!"

"Kalau gue cicak lo saudara cicak dong kak? kan gue adek lo."

"Siapa lo gue kagak kenal."

Agni memutar bola matanya malas melihat perdebatan kakak-adik itu. Begitulah kak El bila sudah melepaskan titel polisinya dihadapan mereka. Bila sedang bertugas kak El akan berubah menjadi sosok yang dingin dan bila bersama keluarga atau bersama mereka kak El akan menunjukan sikapnya yang sebenarnya.

Cerewet dan keras kepala.

Tapi hanya cerewet dengan sang adik sih.

"Finishh!!" Semua sontak menoleh ke arah Rio yang sudah merakit senjata versinya sendiri. Agni mengambil pistol dan pisau kecil yang di desain khusus untuk mudah dibawa oleh wanita.

"Cukup ringan, seperti biasa untuk masalah ginian memang lo jagonya tem." Ucap Agni entah bermaksud memuji atau tidak. Rio seketika menggerutu kesal.

"Kita tidak ada waktu lagi, sebaiknya kita segera bersiap nanti malam adalah endingnya," komen Cakka lalu mengambil beberapa peralatan dan berlalu begitu saja.

Sementara mereka berempat yang ditinggalkan hanya saling pandang lalu mengangkat bahu.

"Gue taruhan pasti tuh anak udah nyiapin berbagai trap disekolah," celetuk Rio yang diangguki oleh Ify.

"Bodo ah gue mau balik."

Melihat Agni yang pergi membuat Rio dan Ify langsung pergi menyusul gadis itu. Meninggalkan kak El sendiri dengan senjata rakitan yang ditinggalkan mereka begitu saja.

"Kadang aku merasa takut dengan bakat mereka," ucapnya lalu ikut berlalu.

.
.
.

Sementara itu Alvin yang ditemani oleh Shilla datang ke r.s menjemput adik angkatnya yang sudah diperbolehkan pulang. Lelaki datar itu mendapati kedua orangtuanya yang sudah berada di ruangan Rian sekarang.

"Kak Alvin!! Kak Shilla!!" Rian menyambut kedatangan mereka berdua antusias. Remaja yang masih bersekolah ditingkat menengah pertama itu terlihat senang dan bahagia melihat mereka. Alvin tersenyum tipis lalu mengusap rambut Rian lembut.

Rian sudah mulai melupakan kenangan pahitnya akan kejadian beberapa waktu yang lalu. Dan itu bertanda bagus, setidaknya Rian tidak akan terus terpuruk dengan luka yang lalu.

WARNA-WARNI KEHIDUPANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang