Part 56 (Danger)

556 56 5
                                    

.
.
.

Shilla menatap kearah sekolah risih. Aura yang dilihat gadis cantik itu sama dengan ketika mereka berhadapan dengan makhluk-entah-apa-itu yang meneror mereka beberapa waktu yang lalu. Keringat dingin sudah keluar dari tubuhnya dari tadi. Apalagi melihat aura suram beberapa anggota milkwees yang mereka tangkap.

Begitu merah dan pekat. Ia baru kali ini melihat aura semenyeramkan ini didekatnya.

"Via.. gue takut.." lirih Shilla pelan. Via yang sedari tadi memantau situasi mengernyit bingung.

"Kenapa? lo ngeliat sesuatu yang buruk?" tanya Via memahami apa yang terjadi melihat kondisi Shilla sekarang. Shilla berlahan mengangguk lalu menunjuk bangunan sekolah dengan tangan gemetaran.

"A-aku melihat pancaran aura yang menyeramkan, kemarahan dicampur dengan niat membunuh."

"Bukannya bila bertarung lo selalu ngeliat aura itu?"

"Beda Via aura ini sama pas kita menghadapi makhluk itu!"

"Hahh??"

Bukan hanya Sivia yang kaget, Gabriel yang memiliki tugas sama dan berada didekat mereka juga ikut kaget. Sejenak lelaki tampan itu hampir melupakan tugasnya untuk mengikat seorang penjahat yang sudah pingsan disampingnya.

Tiga pasang mata itu reflek menoleh kearah gerbang melihat mobil sedan hitam melaju memasuki gerbang sekolah. Rio dan Cakka bersiap untuk menyerang sebelum akhirnya mengetahui siapa yang keluar dari mobil tersebut.

"Shuuya?"

Mereka berlima segera menghampiri lelaki Jepang itu. Shuuya segera menghampiri mereka bersama seeekor kucing hitam digendongannya.

"Aryn?? Jadi masalah hantu-hantuan ini belum kelar?" seru Rio panik.

"Shuuya, apa yang terjadi?"

"Kujelaskan nanti, cepat segera panggil yang lain kemari. Keluar dari dalam bangunan sekolah itu sekarang karena disana berbahaya!"

Cakka segera menghubungi mereka yang masih ada didalam sekolah. Namun melihat tidak ada respon apapun membuat Cakka seketika khawatir. Padahal beberapa waktu yang lalu mereka masih terhubung dan berkomunikasi satu sama lain.

"Tidak terhubung.. kita harus mencari mereka karena musuh kita kali ini makhluk sialan itu."

"Lalu tuh kepsek?"

"Untuk sementara kita biarkan dulu, gue rasa rombongan Ozy sudah menangkapnya. Yang jadi masalah adalah keselamatan kita, gue yakin makhluk itu datang untuk balas dendam." Ujar Cakka.

"Berarti Prabu Siliwangi gagal dong menghadapi mereka," komen Shilla murung.

"Tidak juga, prabu sudah menangkap seluruh bawahannya dan saat ini kekuatannya sudah terkuras habis. Makhluk itu bisa kabur karena dia masih terikat dengan sekolah ini."

Tatapan mereka teralih pada sosok kucing hitam yang entah sejak kapan sudah berada dihadapan Cakka. Sosok kucing yang merupakan penjelmaan Aryn itu menatap kehalaman belakang sekolah.

"Ryn... lo tau gimana caranya memusnahkan makhluk itu?" tanya Gabriel. Sosok kucing itu mengangguk membuat pancaran kelegaan muncul dimata mereka semua.

"Sosok itu adalah wujud gaib dari sebuah jenglot yang tertanam di dalam gudang yang di temukan Ozy. Bakar gudang itu karena jenglot itu tertanam disana. Membakar gudang itu merupakan satu-satunya cara untuk melepaskan makhluk itu dari sekolah ini."

"Hanya melepas? berarti bukan memusnahkannya dong?" komen Sivia lemas.

"Bila ikatannya lepas kita bisa menghancurkannya dengan mudah. Aku bisa melakukannya," ucap Shuuya yakin.

WARNA-WARNI KEHIDUPANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang