.
.
.
.Agni membuka kedua matanya berlahan.Pandangannya masih sedikit berkabut dan kepalanya terasa nyeri sekali.Terakhir kali ia mendengar suara ledakan dan semuanya menjadi gelap.Otaknya langsung memproses dengan cepat apa yang telah terjadi.Ia mengedarkan pandangannya kesekitar.
Lapangan basket tempatnya bermain barusan sekarang hancur total.Agni langsung berdiri dan melihat yang lain masih terkapar.Dengan panik ia langsung menghampiri Cakka yg berada disampingnya.
"Cak?cak bangun cak, lo gak mati kan? Cak please gue serius" pekik Agni terus menggoyangkan tubuh Cakka.Melihat Cakka yang tak kunjung bangun membuat Agni makin panik.
"Cakkkk...bangun! Jangan mati secepat ini" Teriak Agni yang mulai terisak.
"....ag,nanti malam jalan ya gue suntuk"
Krikk...krikk(?)
Agni terdiam beberapa saat.Ditatapnya Cakka dengan wajah yang sulit diartikan.Igauan Cakka barusan sudah cukup membuktikan Cakka baik-baik saja dan sekarang lagi tertidur pulas.
"Sialan gue menyesal udah khawatirin elo"kesal Agni lalu menatap ke yang lainnya.Mereka tertidur.
"Berarti tadi bom asap,dan sepertinya asap itu yang membuat kami semua tidur,haa berarti teroris itu sudah bergerak" gumam Agni.Sebenarnya ia tidak ingin terlibat tapi situasinya saat ini membuatnya mau tidak mau harus bertindak.
"Ag,mereka sudah mulai ya?"
Agni menolehkan wajahnya ke arah Cakka yang kini sudah terbangun.Cakka menatap semuanya dengan tatapan datar.Cakka versi serius sudah datang rupanya.
"Begitulah sebaiknya kita bangunkan mereka dan mendiskusikan ini" ucap atau lebih tepatnya perintah Agni.
".....bau obat"
Tatapan Cakka dan Agni menoleh ke arah Alvin yang saat ini tengah menutup hidungnya.Punya hidung yang sensitive seperti Alvin entah seperti keberkahan atau kutukan.
"Gimana kondisi lo bro sepertinya lo terganggu" komen Cakka,Alvin menatap Cakka jengah.
"Berisik lo cak,tapi gue serius bau obat"
"Kalian berdua berisik woy.Tidur ganteng gue terganggu nih" seru Rio kesal.Tatapannya teralihkan pada sekitar yang porak poranda.
"Eh? Jangan bilang ini karna amukan Ify?" Komen Rio lagi sambil menambah nama empunya(?).
"Ngapain lo bawa-bawa nama gue?" Kesal ify yang baru saja sadar.
"Kita baru saja di bom ya? Hororrr..Kita selamat semua kan?"Tanya Gabriel lalu memastikan keadaan temannya.Yang lain mengangguk.
Agni menoleh kerumahnya.Syukurlah rumahnya masih utuh walau terdapat beberapa kaca jendela yang pecah dan retak.
"Sebaiknya kita kerumah gue dulu.Menurut gue pasti ada sesuatu di tv" ajak Riko lalu berdiri.Ia menatap sekitarnya waspada lalu masuk kedalam rumah.
Dan kini mereka ada diruang keluarga.Tepatnya saat ini mereka sedang menyiarkan acara televisi.Kening mereka sedikit berkerut karena kota mereka sudah ditutup dari dunia luar.Alasanya membuat mereka panik karena seluruh kota sudah tersebar penyakit yang belum ketemu vaksinya.
"Saat ini pemerintah sedang menguapayakan untuk mencari cara menyembuhkan penduduk kota yang sudah terkena penyakit ini"
Agni dengan lemas mengganti chanel televisinya.
"Pemerintah dengan terpaksa harus mengisolasi seluruh kota dari dunia luar.Untuk menghindari penularan penyakit semakin meluas"
Oik tertunduk lemas lalu menangis.Ia tidak menyangka akan terlibat dalam hal mengerikan seperti yang mereka alami sekarang.Acha langsung mengusap bahu Oik untuk menenangkan gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
WARNA-WARNI KEHIDUPAN
Misterio / SuspensoKehidupan tak selamanya mengarah pada jalan yang sama melainkan terus berubah seiring berjalannya waktu. Entah jalan yang kita lewati nanti akan lurus, berliku, bercabang, atau yang lainnya. Semuanya akan terasa berwarna bila dijalani. Keluarga, sah...