Part 5 (Vaksin)

1.1K 68 4
                                    

.
.
.
.
.

Semuanya terperangah beberapa saat.Dan tak lama kemudian mereka seolah tersedar dan mereka langsung menolak perintah Cakka.

"No no no no no, diluar banyak penyakit bertebaran dan elo nyuruh kita keluar? Kalau kita tertular gimana coba?"Tolak Ray yang langsung diamini oleh yang lain.Cakka menghela nafas.

"Kalau kalian mau menunggu disini juga tak apa"

"Dan juga kita gak mungkin biarin elo pergi keluar"Tambah Ray yang membuat pelipis Cakka berkedut kesal.

"Gue yakin teroris itu pasti punya vaksinnya,makanya gue saranin untuk kesekolah"

"Dan lo niat untuk mencuri vaksin dan menangkap teroris itu?fikiran lo gampang ditebak cak" komen Agni,semuanya menatap Cakka datar.

"Loe kira semudah itu?kalau semudah itu nih cerita bakal cepat tamat" Tambah Shilla sambil menghindari deathglare penulis(?).

Cakka yang diserang hanya mengalihkan pandangannya.Ia mengusap tengkuknya bingung.Ia memang tipikal yang sulit untuk menjelaskan sesuatu secara baik dan benar.Cakka menatap Agni dengan pandangan'tolong bantuin gue jelesin ke mereka' dan langsung dibalas oleh Agni 'jelesin aja ndiri',Cakka menghela nafas.Sepertinya ia harus mengalah kali ini.

"Tapi,gue setuju dengan Cakka.Tidak ada kepastian bahwa kita aman disini"komen Alvin tiba-tiba.Cakka menatap Alvin dengan pandangan secerah matahari(?).

"Jangan lihat gue dengan pandangan menjijikan gitu cak,gue tetap gak setuju kalau kesekolah"Tambah Alvin yang membuat Cakka kembali buram.Semuanya sontak tertawa melihat ekspresi Cakka.

"Kita masih belum tau bagaimana penyebaran penyakit ini,jadi untuk sementara kita mengamati keadaan sekitar saja"komen Ray lalu mengambil leptopnya.Semuanya memgerumuni Ray.

"Ray,coba lo cek cctv disuluruh kota ini mana tau kita dapat petunjuk"Ucap Ozy lalu duduk manis disamping Ray,Ray menatap Ozy risih.

"Gue bisa kerja sendiri zy,ntar kalo lo nempel gini bukannya kerja malah berantem mulu deket lo" celetuk Ray yang dihadiahi sentilan dari Ozy.

"Tega amat lo,kan gue cuma liatin doang" gerutu Ozy lalu memanyunkan bibirnya kesal.

"Bibir lo minta ditabok zy?"

"Oouuyy"

"STOP!! Berisik!! Zy,mending lo main dipojokan aja gih"perintah Via

"Kalian tegaaaaa"

Agni menutup telinganya kesal.Diliriknya Oik yang sedari tadi duduk dipojokan sambil memeluk lututnya.Agni menghela nafas sejenak,lalu dengan pelan ia menghampiri Oik yang masih shock itu.

"Ik..lo gak apa-apa kan?"Oik terlihat sedikit terkejut dengan pertanyaan Agni barusan.

"Gue takut Ag,gue takut berubah seperti mereka"jawab Oik.Air mata kembali mengalir berlahan dari sudut matanya.Agni tersenyum tipis lalu mengacak rambut Oik asal.

"Agni!! Rambut gueee!"

"Loe gak cocok sedih gitu Ik,gue suka lo yang biasanya.Lo tenang aja kita pasti mengatasi ini" komen Agni lalu tersenyum tipis.Oik terdiam beberapa saat,lalu tersenyum mendengar penuturan Agni barusan.

"Ntar kalo gue seperti biasa telinga lo bisa kena gangguan Ag"Agni menatap Oik datar.Oik nyengir.

"Makanya lo kalau teriak-terik GJ jangan deket gue,gue kagak mau ke dokter THT untuk meriksa telinga doang"Gerutu Agni yang berhasil membuat Oik tertawa.

"Oik? Loe ikutan stress kayak Ozy?"tanya Ray agak khawatir.Oik manyun.

"Enggak,gue masih waras dan jangan bandingin gue dengan anak yang gak lulus TK"

WARNA-WARNI KEHIDUPANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang