.
.
.
.Sosok hitam itu melayang rendah mencoba menjauh dari bangunan sekolah. Namun rantai tak kesat mata tiba-tiba muncul dan menariknya kembali ke dalam bangunan sekolah, tidak membiarkan sosok haus darah itu untuk pergi. Suara geraman syarat akan kemarahan terdengar meraung memenuhi area sekolah.
Bunuh!Bunuh!!Bunuh!!!
Sosok hitam besar itu kembali menggeram mendapati anak-anak manusia yang selalu mengganggunya kini berdiri tepat dihadapannya dengan membawa senjata masing-masing. Senyuman remeh muncul dari makhluk menyeramkan itu.
"Gak usah senyum om, tuh muka udah nyeremin gak ada bagus-bagusnya." Ozy berkomentar dengan memasang ekspresi sok polos andalannya.
"Memangnya lo tau dia om-om dari mana Zy?" tanya Rio.
"Dimana-mana yang item-item pasti om-om Parto," jawab Ozy santai. Rio angguk-angguk sampai ia merasa ada sesuatu yang ganjil.
"Yak!! Ozy ogeb kamfrett lu nyindir gue? Lagian nama gue Rio bukan Parto!"
"Tapi muka lo emang cocok untuk jadi om-om Yo."
"Gau kagak minta tanggapan lo Ray."
"Tapi tanggapan kita-kita itu penting tem, berdasarkan fakta dan realita yang ada." Deva langsung ngacir ke arah Alvin melihat Rio yang sudah siap melempar pisau kearahnya.
CTAK!
CTAKK!!
CTAKKK!!!
CTAKKKK!!!!Dan seperti biasanya sang wakil ketua kita yang sudah tidak bisa menahan emosi lagi berhasil menjinakkan mereka berempat. Rio dan trio tuyul kompak berjengit mendapatkan sentilan maut tersebut.
Dan mereka terus mengabaikan sosok hitam besar dihadapan mereka sampai ketika tangan hitam besar bergerak menyerang mereka. Seketika mereka langsung menghindar.
"Yak! Apa kabar nasib kita kalau kita kagak belajar beladiri?" komen Acha mengibas kedua tangannya.
"Seperti yang dikatakan Aryn, makhluk itu hanya mengandalkan kekuatan fisik sekarang." Cakka menarik pelatuk pistolnya.
"Dia tak lebih dari beruang besar sekarang, apa kita perlu obat bius?" tanya Gabriel.
"Shuuya menyarankan kita untuk membunuhnya, dia bisa memanipulasi pikiran manusia kalau kalian lupa." Semuanya mengangguki perkataan Agni barusan. Makhluk itu kembali menyerang dan kali ini dia melempar seluruh barang-barang besar kearah Agni dkk.
Mulai dari lemari, pot bunga besar, sampai meja beton melayang diudara. Shilla hampir berteriak melihat salah satu pilar penyangga sekolah terlempar ke arah Agni dan untungnya Cakka segera menarik Agni kepelukkannya.
Siapa sangka?
Pelukan yang awalnya hanya untuk menghindari pilar itu sekarang mampu membuat seorang Agni deg-deg kan. Situasi itu masih berlanjut beberapa waktu kemudian, Cakka tampak tidak ingin melepas pelukkannya dari Agni.
Bisa dikatakan...
MODUS
"Yak cicak rowo kampret!! Modus lo lancar njirrr!!" Seru Deva yang membuat cowok harujuku itu telak menerima jurus karate dari Agni.
Jurus bantingan dan cekikan khas Agni dirasakan kembali oleh Cakka untuk sekian kalinya.
Ya! Kesekian kalinya..
"Bwahahahahha Ag lo salah musuh kali."
"Tapi kalau untuk si kerdus cocok juga kali Ag."
"Jangan ngetawain gue, temen durhaka kalian semua."
KAMU SEDANG MEMBACA
WARNA-WARNI KEHIDUPAN
Mystère / ThrillerKehidupan tak selamanya mengarah pada jalan yang sama melainkan terus berubah seiring berjalannya waktu. Entah jalan yang kita lewati nanti akan lurus, berliku, bercabang, atau yang lainnya. Semuanya akan terasa berwarna bila dijalani. Keluarga, sah...