Winston sudah dua kali menekan bel rumah tersebut. Hampir ia menekan bel tersebut untuk ketiga kalinya, tiba-tiba pintu berwarna putih itu pun terbuka lebar. Munculah Richie dari balik pintu tersebut.
"Eh bro. Sorry lama yah. Ayo masuk. Sekalian lo bangunin si Brian"sapa Richie yang kemudian berbasa-basi
"Oke bray"
Winston pun mengekori Richie yang berjalan di depannya. Tak lama kemudian mereka berhenti di depan kamar Brian. Sedetik kemudian pintu kamar itu sudah terbuka lebar menampilkan Brian yang masih terbaring diatas ranjangnya.
"Oi kebo bangunnn"seru Winston kenudian melemparkan tasnya diatas badan Brian. Brian mengaduh kesakitan sembari memegang punggungnya yang terkena bantingan ransel milik Winston.
"Eh kambing sakit tau ga"kata Brian kemudian bangkit
"Lo sih kayak kebo"guman Richie kemudian terkekeh
"Mandi sana. Biar tugasnya cepet lese."
"Iyaya.. Sabar atuhh"
*****
Richie memegang pelipisnya dengan kasar. Ia benar-benar kesal untuk kesekian kalinya. Sedari tadi sepulang sekolah Vanje sudah mulai menjadi ekornya lagi. Bukanya tak suka dengan adanya Vanje, hanya saja ia merasa risih ketika gadis itu selalu mengikutinya kemana ia pergi.
"Kamu kok cepet banget sih ke lapangan. Padahal ini masih lama banget loh mulainya"tanya Vanje seraya menatap jam tangannya
"Gue kapten. Gue harus jadi yang paling disiplin, ngerti?"jawab Richie
"Ohh gitu."
"Loe kenapa ga langsung pulang aja sih?"tanya Richie
"Aku kan mau nungguin kamu. Kamu gak suka yah?"Vanje memasang wajah memelasnya
"Gak gitu. Cuman tumben aja."
"Kemarin-kemarin kan aku juga latihan dance. Nah hari ini aku free so aku bisa nemenin kamu latihan."Vanje bersemangat
"Ohh gitu"Richie mengangguk sambil menggarukan kepalanya yang tak gatal itu.
"Kamu oke aja kan aku disini?"
'Oke muka lo?'
"Oke aja kok"bohong Richie
"Thank u" Vanje memeluk manja lengan Richie.
Richie hanya diam dan tak bergerak ketika gadis psycho di sampingnya sudah bergelayut manja padanya. Ingin sekali ia menggertak dan menyuruh gadis itu untuk segera menjauh darinya. Namun, apadaya ia tak bisa melakukan hal itu. Yang bisa ia lakukan adalah diam dan menurut saja.
Sudah hampir 20 menit ia berada di pinggir lapangan bersama Vanje. Beberapa anggota tim paskib sudah mulai bermunculan satu persatu. Mereka cukup kaget melihat Vanje bergelayut manja pada lengan kanan Richie. Tapi mereka tak berani menegur atau mengatakan apa-apa. Mereka hanya berlalu ketika berjalan dihadapan Richie atau bahkan mereka tak menyapa Richie seperri biasanya. Karena mereka sudah mengira bahwa Vanje akan memelototi mereka terlebih bagi gadis yang centil yang berusaha menyapa Richie.
Richie memandang sekitar sudah ramai ia pun dengan agak kasar melepaskan tangan Vanje yang masih memeluk lengan kanannya. Vanje hanya mengerucutkan bibirnya. Richie pun tahu bahwa gadis itu pasti kesal sekali, namun ia tetap beranjak meninggalkan gadis sinting itu.
Kurang 5 menit latihan baru saja terlihat Shenna memasuki lapangan dengan terburu-buru. Richie yang melihat itu langsung saja menghampiri gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Maybe?
Teen Fiction"nah! kalo emang loe ga suka gue gabung yah keluarin aja gue sekarang. simple kan?" omel shenna. Namun lelaki itu hanya diam menatap tajam kearah mata Shenna. "kenapa? atau loe mau gue sendiri yang ngundurin diri?" "fine. i'm out" gadis itu pun...