Don't cry

778 36 13
                                    

Satu bulan kemudian ....

Darren dan Shenna berhenti di depan kelas XI Ipa 3. Shenna segera melepaskan genggaman tangan Darren. Sebenarnya sejak keluar dari mobil, ia tak mengerti mengapa tiba-tiba Darren menggenggam tanganya begitu saja. Darren lalu berdiri menghadap Shenna lalu tersenyum kecil pada gadis itu. Namun, Shenna hanya diam tak tahu harus berkata apa lagi. Suasana menjadi sangat canggung.

"Nanti lo nonton pertandingan gue kan?"tanya Darren

"Pertandingan apa?"Shenna balik bertanya.

"Pulang sekolah ada pertandingan basket di Gor, satu sekolah udah pada tau kok"jawab Darren

Shenna menggaruk tengkuknya yang tak gatal "sorry gue emang kurang update, makanya gue gatau"

"Gapapa kok"balas cowok itu, "tapi lo harus nonton yah!"sambung Darren

"heh?"

"Gue pengen banget lo nonton. Yah, please"Darren memohon

"Okay,okay"

"Tapi gue gabisa nganterin lo, pelajaran keempat gue udah duluan sama yang lain ke Gor"

"Oh gapapa, gue sama Andra, Vinna."

"Baguslah kalo gitu"

"Yaudah gue masuk kelas yah"kata Shenna kaku

"Oke. see u"kata Darren sambil mengelus pelan rambut Shenna. Kemudian segera pergi dan tak lupa melambaikan tanganya pada Shenna.
Sementara Shenna segera masuk ke dalam kelas.

                               💩💩💩

Richie berada dalam ruangan MPK. Kali ini semua anggota MPK dan OSIS berkumpul di dalam ruang rapat untuk membahas pertandingan basket nanti. Rapat tersebut sudah berjalan 30 menit lamanya. Dan semuanya terlihat serius memperhatikan Richie dan Ketua osis yang sedang menyampaikan informasi.

"Usahain nempelin cap ke bagian tubuh siswa yang bisa di lihat. Kayak tangan. Tapi jangan di leher"kata Richie

"Lah kenapa?"tanya salah satu anggota Osis

"Bukanya di leher keliatan lebih jelas yah?"

"Ew no. menjijikan."tiga kata dari Richie membuat mereka semua menghela nafas panjang. 'ada-ada aja' pikir mereka.

"Udah break dulu yah. Nanti di lanjutin"kata Richie

"Rich"panggil Tania sedikit berbisik

"napa?"jawab Richie

"kenapa sih?"tanya Tania

"Kenapa apanya?"Richie kebingungan dengan pertanyaan Tania

"Itu, kenapa gabisa nempelin cap ke leher?"

"Emang kenapa sih lo pada mau di cap di leher? keliatan keren yah emang?"

"selain itu yah emang lebih efektif tau buat identifikasi siswa"

"Tania, itu sama sekali ga efektif apalagi keren? malah kayak jamet tau ga!"kata Richie kemudian keluar dari ruangan rapat tersebut meninggalkan Tania yang kesal mendengar jawabanya tersebut.

Richie nekat menuju kantin meskipun bel istirahat masih tertinggal 5 menit lagi. Ia langsung duduk di meja ujung kantin sendirian, menunggu bel istirahat berbunyi. Ia mengambil handphonenya dari kantong celana abunya, mengetik sesuatu di sana.

Maybe? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang