Deringan telephone itu terdengar nyaring. Nyaris membuat Richie jantungan. Perlahan ia melangkah mendekati meja coklat di samping ranjangnya. Kemudian, mengambil handphonenya dan menerima panggilan tersebut."Lama amat ngangkat telfonnya. Budek yah lo?"
Gendang telinga Richie hampir pecah mendengar suara Tania dari seberang. Gadis itu kenapa cerewet sekali.
"Iye, lu gausah teriak-teriak juga kali. Kan jadi budek beneran guenya"
"Abis ngeselin amat lu ah"
"Yaudah dah. Ada perlu apanih nelfon sore-sore"
"Kan besok ada pertemuan"
"Iya gue juga tau"
"Tapi jadwalnya di majuin Rich. Bukan sore lagi tapi pagi"
"Hah? Jadi maksud lo nelfon biar kita beres-beres dari sekarang?"
"Nah itu lo tau. Jadi gue gaperlu ngomong banyak. Udah buruan ke sekolah. Gue udah umumin ke yang lain juga kok"
"Huh. Mager anjir"
"mager mulu lo. Buruan deh. Mulut gue pegel nih nelfon orang satu-satu. Gue kirim pesan di group gaada yang read sama sekali"
"Iya iya Tania. Gue mau otw nih"
"Nah gitu dong. Bye"
"Hm"
🐥🐥🐥
Richie melangkah malas sesaat sesudah menginjakan kakinya di koridor sekolah. Baru saja ia ingin tidur siang malah dinganggu oleh kabar tidak mengenakan. Jadilah ia berada kembali di sekolah dan membuat pening kepalanya saja.
Sambil berjalan ia mengedarkan pandananya kemana-mana. Dilihatnya sudah banyak anak-anak yang berkumpul di sekolah untuk mengikuti eskul. Karena Richie adalah anggota MPK, jadi ia bebas ingin ikut salah satu eskul atau tidak sama sekali. Dan ia memilih opsi kedua.
Ia sesekali tersenyum kepada anak-anak yang dikenalinya dan kepada adik-adik kelas yang sedari tadi memperhatikanya tanpa henti. Richie memandang ke lapangan bola basket. Ia mengerutkan keningnya melihat lapangan tersebut agak sepi, dan hanya ada dua orang disana.
Richie berhenti sejenak memandangi orang-orang tersebut dengan seksama. Ia langsung mengepalkan tanganya menyadari siapa dua orang tersebut. Shenna dan Darren tampak tertawa girang. Hati Richie menjadi panas. Beberapa hari setelah kejadian pahit yang dialaminya Richie tak melihat Shenna dimana-mana. Dan sekarang ia malah menemukanya bersama Darren sedang tertawa bahagia.
Ingin sekali ia menghampiri keduanya dan menarik Shenna dari sana. Lalu mengatakan pada Darren agar tak usah lagi mendekati Shenna, namun ia tak bisa. Shenna bukan lagi miliknya. Kini gadus itu sudah bebas. Bebas dari segala kebohongannya dan dari kebodohanya sendiri.
Seketika ia tertawa hambar, mengingat kembali kesalahan yang pernah ia lakukan. Mengingat bahwa ia sudah menyianyiakan gadis seperti Shenna.
"Richie"sebuah suara mengagetkan Richie
"Eh Tania"
"Ngapain bengong disitu? Ayo buruan ke ruangan Mpk"ajak Tania lalu berjalan mendahului Richie
"Iya Tan"Richie mengekori Tania
Sementara di lapangan Shenna sedang memperhatikan Darren yang mendriblle bola dan berusaha memasukanya ke dalam ring. Beberapa detik kemudian Darren melemparkan bola tersebut dan berhasil masuk ke dalam ring. Ia pun mendapat tepuk tangan dari Shenna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Maybe?
Teen Fiction"nah! kalo emang loe ga suka gue gabung yah keluarin aja gue sekarang. simple kan?" omel shenna. Namun lelaki itu hanya diam menatap tajam kearah mata Shenna. "kenapa? atau loe mau gue sendiri yang ngundurin diri?" "fine. i'm out" gadis itu pun...