Toilet bukanlah tujuan Shenna yang sebenarnya. Gadis itu berjalan tak tentu arah. Ia tak mau melihat wajah Richie apalagi mendengar suaranya. Itu hanya akan membuat ia mengingat bagaimana Richie memandang hina dirinya.Merasa lelah ia pun duduk di depan labolatorium biologi. Ia memangku kakinya dengan tangan kananya menopang dagunya.
"Shenna?"panggil Andra melihat Shenna sedang melamun
Shenna menyadari pemilik suara tersebut kemudian mendongak. Betapa senangnya ia melihat wajah Andra setelah beberapa hari iatak sempat bertemu dengan gadis blak-blakan itu.
"Andra"Shenna bangkit kemudian memeluk Andra erat. Andra hanya diam keheranan dengan tingkah aneh Shenna. Mungkinkah ia rindu setelah beberapa hari tak melihat wajah Andra atau memang ada sesuatu yang mengganjal dihatinya.
"Lo kenapa?"Andra mengelus-elus punggung Shenna saat tersadar bahwa gadis itu menangis
Shenna tak menjawab. Ia lebih memilih diam. Sudah dari kemarin ia menahan tangisannya. Untunglah Andra datang tiba-tiba dan membuatnya lega. Setidaknya ia memiliki teman untuk diajak curhat.
"Duduk dulu"Andra melepaskan pelukan Shenna. Sementara Shenna menuruti perkataan Andra untuk kembali duduk. Gadis itu masih menangis. Bahunya naik turun tak beraturan.
"Kalau nangis kayak gini pasti ada sesuatu"kata Andra kemudian mengambil beberapa helai tissue dari dalam kantong roknya.
"Ini hapus air mata lo. Malu diliatin adik kelas"
Shenna pun menerima helaian tissu tersebut. Perlahan ia menghapus sisa air mata di wajahnya.
"Kenapa si? Gue kepo banget. Jangan bilang Jason apa-apain lo lagi"sahut Andra
"Enggak"
"Terus?"
"Kalau lo mau denger cerita sebenarnya. Lo harus nginep di rumah gue malam ini! Mau?"Shenna memberi syarat. Gadis itu belum siap mengatakan semuanya sekarang. Ia perlu menjernihkan pikiranya dahulu.
"umm. Okay deh"
"Oke"
🍭🍭🍭
Suasana kantin memang tidak pernah hilang dari keramaian pada jam istirahat. Semua siswa berlalu lalang kesana kemari, meributkan makanan yang mereka pesan. Beberapa siswa lelaki bernanyi di meja paling ujung kantin.
Begitu pun dengan Richie cs yang sudah mengambil tempat yang biasa mereka duduki pada saat istirahat. Mereka bercanda dan tertawa girang. Menghabisakan waktu denga mengobrol sambil menunggu makanan merk datang. Sementara Richie hanya menjadi pendengar dari obrolan asyik ketiga sahabatnya.
Beberapa kali ia tersenyum kecil apabila lelucon yang dibuat sahabatnya terdengar sangat lucu dan patut di tertawakan. Tapi, tetap saja ia lebih banyak berdiam diri kebanding berbicara. Ia sedang lelah.
Bukan hanya karena Shenna yang sedang marah besar padanya akibat sifat cerobohnya yang suka menyalahkan gadis itu. Tapi juga papanya yang batal pulang ke Indonesia. Hal tentang papanya yang belum bisa pulang itu sudah ia dengar satu minggu yang lalu. Itulah mengapa sebabnya ia bersikap agak agresif karena dalam lubuk hatinya ia masih sangat kecewa.
Ia sangat kecewa. Ingin ia marah tapi ia tak bisa. Ia berusaha bersikap biasa-biasa saja di depan mama dan Brian. Tapi setiap kali mendengar mamanya sesekali berbicara dengan nada kecewa apabila sedang berkomunikasi lewat telepon dengan papanya itu benar-benar menusuk relung hatinya.
Meskipun ia tahu ia tak perlu kecewa karena ini bukan kali pertama papanya batal kembali ke indonesia, tapi ia menyadari bahwa mamanya pasti sangat kecewa karena di permainkan oleh harapan. Ia tahu sekali bahwa mamanya sudah sangat rindu pada papanya dan akan sangat bahagia apabila papanya kembali bertugas ke Indonesia dari pada harus bertemu dua kali dalam setahun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Maybe?
Teen Fiction"nah! kalo emang loe ga suka gue gabung yah keluarin aja gue sekarang. simple kan?" omel shenna. Namun lelaki itu hanya diam menatap tajam kearah mata Shenna. "kenapa? atau loe mau gue sendiri yang ngundurin diri?" "fine. i'm out" gadis itu pun...