27: Story

2K 101 6
                                    


Besoknya Aisyah kembali ke rumah sakit tempat Azka dirawat.

Semalam dia meminta izin pada mamahnya untuk pulang malam dengan alasan akan main ke rumah temannya.

Aisyah memasuki lift lalu naik ke lantai dua. Tempat Azka dirawat. Aisyah lalu masuk ke kamar tempat Azka dirawat. Kebetulan di dalam ruangan Azka suster sedamg mengecek kesahatan Azka.

"Selamat pagi" sapa suster itu sambil tersenyum.

"Pagi" jawab Aisyah ikut tersenyum.

"Gimana keadaan Azka?" tanya Aisyah.

"Semakin memburuk mba. Udah lebih dari seminggu dia nggak bangun" jawab suster itu.

Aisyah menutup mulutnya yang ternganga.

"Jadi Azka koma?" tanya Aisyah pelan.

"Ya" jawab suster.

"Kapan Azka bangun sus?" tanya Aisyah.

"Tergantung dirinya sendiri mba. Seberapa kuat Azka bertahan melawan penyakitnya itu. Seberapa kuat keinginan Azka untuk bertahan hidup" jawab suster itu.

Aisyah mengangguk.

Aku yakin Azka kuat. Batin Aisyah.

"Tapi ada faktor lain yang membuat dia cepat bangun mba" kata suster itu.

"Apa itu sus?"

"Orang orang di sekelilingnya mba. Keadaan orang orang di sekeliling Azka. Mereka harus bahagia mba. Pasti Azka akan ikut senang jika mereka semua bahagia. Dan itu lebih cepat membuat dia sadar dari komanya"

"Jadi mba harus sering sering ngajak Azka ngobrol. Ceritakan cerita yang membuat dia senang sehingga membuat otaknya bekerja untuk mengingat kejadian kejadian yang dulu pernah dia alami. Sebenarnya orang koma bisa mendengar apapun yang dikatakan orang lain disekitarnya. Sekarang dia mungkin juga mendengar kita. Tapi sayangnya dia tidak bisa menjawab apa yang sedang kita bicarakan" jelas suster itu.

Aisyah mengangguk angguk paham.

"Makasih sus" kata Aisyah.

Suster itu tersenyum.

"Iya mba. Sekarang saya pamit. Mba bisa mulai ajak Azka ngobrol" pamit suster itu. Aisyah mengangguk sambil tersenyum.

Aisyah segera duduk di kursi samping ranjang Azka. Tangannya menggenggam tangan Azka. Dingin. Ruangan itu sangatlah sepi. Hanya terdengar mesin penunjuk detak jantung yang berbunyi nengikuti detak jantung Azka. Entah kenapa detak jantung itu lemah.

"Az" panggil Aisyah. Namun Azka hanya diam dengan mata terpejam.

"Az aku tahu kamu bisa denger aku" kata Aisyah.

"Aku kangen sama kamu az"

Tes!

Setetes air mata Aisyah jatuh. Dengan segera Aisyah menghapus air matanya.
Gue nggak boleh nangis. Batin Aisyah.

"Az kamu kapan bangun si. Nggak cape apa tidur mulu"

"Entar kamu tambah gendut gimana. Pipi kamu tambah tembem gimana. Nanti kalau kamu bangun aku bakalan manggil kamu panda" kata Aisyah.

"Az kamu denger aku kan?" tanya Aisyah pada Azka.

Azka tidak meresponnya. Dia tetap tidur.

"Aku yakin kamu denger aku az" kata Aisyah.

"Az kamu tahu nggak ujian kemaren itu susah susah banget lho. Oh iya btw kamu ikut ujian nggak si. Aku lupa tanya ke Ari"

"Dan ohiya kamu tahu az sekarang Ari udah mulai berubah. Dia nggak terlalu sombong lagi. Sekarang dia juga baik sama aku. Semenjak kamu nggak sekolah lagi. Kadang dia suka nemenin aku kalo aku lagi sedih ataupun kangen sama kamu. Ya walaupun kita masih suka berantem si" kata Aisyah lalu tersenyum simpul.

Diam diam Ari mendengarkan Aisyah dari pintu yang sedikit terbuka. Ari terkejut melihat Aisyah menceritakan dia pada Azka yang sedang koma.

Ari menghembuskan nafas panjang lalu dengan sangat pelan menutup pintu dan melangkahkan kakinya pergi.

"Oh iya az kamu tau nggak setelah lulus nanti aku bakalan masuk ke sma Harapan Bangsa. Sekolah impian kita"

"Makanya kamu cepet bangun ya supaya kita bisa satu sekolahan" kata Aisyah riang. Dia merasa senang bisa ngobrol dengan Azka walaupun Azka hanya diam dan tidak menjawabnya.

Aisyah masih menggenggam tangan Azka. Tiba tiba jari jari tangan Azka bergerak pelan.

Aisyah sangat terkejut.

"Azka kamu. Dokter!" teriak Aisyah senang.

Azka...

*****

CINTA MONYETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang