28: Maybe

2.1K 112 3
                                    

Aisyah berdiri di depan ruangan Azka dengan gelisah. Ari duduk di bangku tunggu dengan wajah tanpa ekspresi. Dokter sedang memeriksa keadaan Azka di dalam. Aisyah yang memanggil dokter. Saat Aisyah sedang menunggui Azka tiba tiba jari tangan Azka bergerak. Aisyah langsung berteriak memanggil dokter.

"Ri lo tahu tadi jari Azka bergerak" kata Aisyah pada Ari.

"Lo yakin? Atau itu cuma ilusi lo?" tanya Ari datar.

"Bener Ri. Gue nggak boong. Tadi gue liat sendiri. Gue harap Azka sadar" kata Aisyah. Ari mengangguk.

Gue nggak mau berharap lebih dulu. Gue takut kalo tadi cuma mimpi. Batin Ari.

Gue yakin tadi itu nyata bukan mimpi. Batin Aisyah.

Aisyah dan Ari menunggu dokter diam dengan hening. Tidak ada obrolan di antara mereka berdua. Hingga Ari bertanya.

"Syah" kata Ari.

"Ya"

"Duduk dulu" kata Ari sambil menepuk bangku kosong disebelahnya. Aisyah lalu tersenyum dan duduk disamping Ari.

"Gue sampe lupa"

"Lo mau sekolah dimana?" tanya Ari.

"SMA Harapan Bangsa. Gue udah daftar disana"

"Oh" kata Ari datar.

"Lo sendiri dimana?"

"Gue juga sama kaya lo" jawab Ari.

"Wah. Bisa sesekolahan lagi dong kita" kata Aisyah sambil tersenyum. Ari mengangguk.

"Tapi semoga kita nggak sekelas ya" lanjut Aisyah.

Ari mengangkat sebelah alisnya. Kenapa Aisyah nggak mau sekelas sama dia.

"Entar kelas kita rusuh gimana gara gara tiap hari kita berantem" kata Aisyah lalu tertawa. Ari hanya tersenyum simpul mendengar lelucon Aisyah.

Tiba tiba pintu ruangan Azka terbuka. Aisyah dan Ari segera berdiri.

"Orang tua Azka mana?" tanya dokter yang bername tag Bily.

"Om sama tante dalam perjalanan kesini dok" jawab Ari.

"Gimana keadaan Azka dok?" tanya Aisyah khawatir.

"Azka belum sadar" jawab dokter Bily.

"Belum?! Tapi tadi Aisyah liat jari tangan Azka gerak dok" kata Aisyah. Dokter itu tersenyum.

"Itu memang sudah biasa terjadi pada orang yang koma. Terkadang orang yang koma memang akan seperti itu ketika otaknya bekerja. Dia hanya akan menggerakkan salah satu bagian tubuhnya dan setelah itu dia tidak sadarkan diri. Namanya guncangan koma" jelas dokter Bily.

"Tapi Azka baik baik aja kan dok?" tanya Aisyah khawatir.

"Keadaan Azka baik. Sekarang kalian doakan saja dia. Dan jangan jenguk dia dulu. Biarkan dia istirahat" kata dokter Bily. Aisyah dan Azka mengangguk.

"Oh ya saya pamit dulu. Kalau orang tua Azka sudah datang harap untuk menemui saya di ruangan saya" pamit dokter.

"Baik dok" jawab Ari. Lalu dokter Bily melangkahkan kakinya.

"Ri" panggil Aisyah pelan pada Ari.

"Ya?" Ari menatap Aisyah.

"Gue kira Azka bakalan sadar. Ternyata" ucap Aisyah sedih. Ari tersenyum kecut.

"Gue terlalu berharap kalau Azka bakalan sadar" lanjut Aisyah parau. Ari menggeleng.

"Nggak kok syah. Lo kan sayang banget sama Azka makanya lo pengin Azka cepet sadar" kata Ari. Aisyah memaksakan seulas senyum.

Lalu Aisyah duduk di samping Ari.

"Sya..."

"Ari Azka kenapa?" tanya om surya, ayah Azka yang tiba tiba datang.

"Azka nggak kenapa napa om" jawab Ari.

"Terus katanya tadi Azka sadar"

"Azka nggak sadar om. Dia cuma tersadar sebentar. Guncangan koma. Azka tadi nggerakin jari tangannya. Setelah itu dia nggak sadar lagi" jelas Ari. Om surya mengangguk.

"Tante mana om?" tanya Ari.

"Tante kamu lagi istirahat di rumah. Dia kecapean" jawab om surya.

"Oh" kata Ari pendek.

"Eh ada kamu syah" kata om surya ketika melihat Aisyah.

"Iya om" jawab Aisyah sambil tersenyum.

"Udah ketemu Azka?" tanya om surya.

"Udah kok om"

"Syukur deh kalau kamu udah tahu keadaan Azka yang sebenarnya" kata om surya. Aisyah mengangguk.

"Om kata dokter Bily om suruh ke ruangannya" kata Ari.

"Kenapa Ri?" tanya om surya.

"Katanya ada yang mau diomongin om"

"Ohya" kata om surya lalu melangkahkan kakinya pergi.

"Kenapa tadi lo manggil gue Ri?" tanya Aisyah setelah om surya pergi.

"Mmm...nggak papa kok" jawab Ari.

"Oh" kata Aisyah datar.

"Mmm...syah makan yuk!" ajak Ari setelah diam cukup lama.

"Tapi Azka-"

"Tenang ada suster yang jaga kok. Ngga isah khawatir" kata Ari yang melihat kekhawatiran Aisyah. Aisyah menganggukkan kepalanya.

"Makan dimana?" tanya Aisyah dalam perjalanan.

"Di kafe deket rumah sakit aja" jawab Ari.

"Oke" kata Aisyah.

***

"Lo pesen apa?" tanya Ari pada Aisyah.

"Samain aja"

"Oke. Orange juice dua sama ramen dua" pesan Ari pada pelayan. Pelayan itu mengangguk lalu pergi setelah mencatat pesanan Ari.

"Ri" panggil Aisyah pada Ari.

"Ya?"

"Gue mau ngomong nih"

"Apa?"

"Kenapa perasaan gue nggak enak ya" kata Aisyah sambil menelan ludahnya.

"Kenapa?" tanya Ari.

"Nggak tahu. Tapi nggak enak aja" jawab Aisyah ragu. Ari mengangkat sebelah alisnya.

"Ri, menurut lo Azka bakalan sadar nggak?" tanya Aisyah.

"Kenapa lo tanya gitu?" tanya Ari. Aisyah menggeleng.

"Gue gatau tapi..." Aisyah menghentikan omongannya karena pelayan datang membawakan pesanan mereka.

"Makasih" kata Aisyah pada pelayan itu sambil tersenyum. Pelayan itu balik tersenyum lalu pergi. Aisyah lalu melanjutkan omongannya.

"Gue ngerasa keadaan Azka tambah buruk" kata Aisyah pelan. Ari terdiam.

"Kenapa lo bisa mikir gitu?" tanya Ari lagi.

"Insting" jawab Aisyah lalu menghela nafas panjang.

Insting? Gue pernah denger dan ternyata semuanya benar. Batin Ari.

"Mungkin insting lo salah" kata Ari. Aisyah tersenyum miris.

"Gue nggak tahu Ri. Tapi kalo emang itu benar gimana?" tanya Aisyah. Ari terdiam cukup lama sebelum akhirnya menjawab.

"Lo harus terima semuanya. Itu udah takdir" jawab Ari. Aisyah terdiam cukup lama.

"Tapi gue nggak tahu gue bisa atau nggak. Gue bener bener takut. Jadi ini yang buat Azka selama ini nggak pernah mau jujur sama gue" kata Aisyah sambil menatap mangkuk ramennya kosong.

"Maybe" sahut Ari pendek. Dia terlalu bingung merespon apa omongan Aisyah.

*****

CINTA MONYETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang