*
Kita berdua seperti matahari dan bulan. Sekeras apapun mengejar, akan kembali ke tempat semula.
*
Pagi-pagi makan sayur lodeh
Tak lupa pula, ada sambel petai
Pagi-pagi di kasih oleh-oleh
Bolehlah di makan ramai-ramai
"Diem lu cil!" Chand menjitak kepala Alif keras membuatnya mengaduh dan balas memukul kepala Chandra dengan pulpennya.
"Sirik lu diem aja dah!"
"Yang sirik mah elo" sahut Gusti pedas membuat Alif cemberut seketika.
"Tuh kak, liat kan. Kak Gusti sama kak Chan-Chan nakall" adunya dengan gaya dan intonasi persis seperti Kayla.
Obit bergidik jijik. Berpura-pura muntah melihat ekspresi Alif.
"Salah hamba apa tuhan, pagi-pagi liat banci perempatan"
"Bukan perempatan. Tapi yang biasa diem di lapangan renon jam lima subuh tuh!"
"Waduhh.. ternyata lo sering ke renon subuh-subuh ya!" decak Chandra tidak percaya
"Bukan gue OI!" Gusti mencoba menjelaskan tapi ketiga temannya keburu pura-pura tidak mendengarkan.
"Makanya bro, jangan kelamaan jomblo"
"Tauk tuh" Alif menyahut. "Makanya cari gebetan dong kayak gue"
Gusti memutar bola mata jengah, "Bohongnya lo tuh udah keliatan sampe tujuh turunan tau!"
"Hebat!" Alif bertepuk tangan ria, "Ternyata gue udah punya tujuh turunan tapi gak tau siapa ibunya!"
Ya tuhan...
Mereka memilih untuk tidak menjawab. Lelah menghadapi Alif yang tidak tau kapan otaknya akan benar.
"DOHH! Cewek jak di urusin" ucap Chandra bosan, "Lagian yang di kejer-kejer juga diem aja" liriknya ke arah Damar yang terlihat tidak peduli dengan makanan yang ada di depannya.
"Buset dah si bos. Gegara perutnya kembung makan kue mulu jadi enek gitu dia" Obit geleng-geleng kepala.
"Kalau gak mau kasih gue aja!" Secepat kilat Alif menyambar kotak kue itu, membukanya membuat aroma manis cokelat menguar, "Lumayan buat sarapan" dan memakannya seakan-akan kue itu adalah miliknya.
"Bagi-bagi woii!" protes Gusti merebut kue itu dan ikut memakannya, "ANJIR! Kok bisa enak gini kuenya?!" teriaknya dengan mulut penuh hingga kue di mulutnya terciprat ke wajah Obit.
"MAKAN TUH TELEN DULU!" hardiknya menekan dagu Gusti ke atas membuat mulutnya tertutup.
"Hehehee... Maap"
Punya dosa apa dirinya punya sahabat macam mereka? Gusti menggeleng heran. Kenapa dulu mereka bisa akrab padahal mereka semua tidak ada yang waras?
"Lo gak marah?"
Yang ditanya hanya diam tanpa ekspresi.
Obit berdecak kesal. Menutup buku yang ada di tangan Damar dengan kesal, "Ya tuhan ini manusia di kasih mulut buat ngomong malah mingkem kek patung"
Damar mendengkus pelan.
"Orang ngomong ya di jawab medusa!"
"Medusa!" kikik Alif di sambut pelototan tajam Obit, "Lah, tadi lo nyuruh jawab medusa kan?" jawabnya tanpa dosa lalu kembali memakan kuenya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senior Junior [SELESAI]
Jugendliteratur#Revisi 1 Maret 2019 "Harusnya aku tidak pernah datang. Tidak pernah mencoba untuk menerobos masuk. Mengenalmu, adalah kesalahan terbesar yang seharusnya tidak pernah kulakukan"