*
Puluhan cara yang kupunya untuk menerobos, ada ratusan dinding yang terus berdiri kokoh
Ada ratusan cara dariku untuk merobohkannya,
Kamu dengan ribuan alasan tetap membuat semua itu berdiri tegak.
*
Sejenak Kayla menarik napas. Menatap pantulan dirinya di cermin dan memoles sedikit tint ke bibirnya. Di ambilnya sebuah sweater berwarna abu-abu dari belakang pintu. Memakainya dan menatap jam dinding yang menunjuk angka tujuh.
Dia sudah bertekad sejak siang tadi bahwa dia akan datang ke taman sesuai dengan yang tertera di tulisan itu.
Maaf kak kalau Kayla ngelakuin ini diam-diam.
Hembusan napas berat terdengar lagi. Meskipun dalam hati dia merasa cemas jika hal ini bukan jebakan, apa yang harus dia lakukan?
Kayla menepis segala pikiran buruk itu.
Gak usah mikirin yang aneh-aneh deh Kay. Batinnya menyugesti.
Kayla sudah menyiapkan segalanya untuk jaga-jaga jika sesuatu terjadi padanya. Dia sudah memutuskannya sejak tadi. Apapun yang terjadi, dia siap menerima segala konsekuensinya.
**
Dia sampai di taman lima belas menit kemudian. Memutari seisi taman untuk mencari pondok barat yang dimaksud. Seingatnya, tidak ada pondok di sekitar taman ini.
"Permisi, boleh saya tanya dimana pondok barat?"
Orang yang ditanya menatap Kayla sejenak. Terlihat ragu, "Jalan lurus kesana. Di belakang semak-semak, ikuti jalan berbatu"
Kayla mengangguk mengerti. Berterima kasih dan mengikuti petunjuk itu.
Disana, Kayla tidak menemukan sebuah pondok atau apapun. Yang ada hanya meja kayu bundar dengan dua tempat duduk.
"Aneh" Gumamnya.
Dia sudah mengikuti petunjuk orang itu. Namun termpat ini persis seperti tempat lainnya. Apa dia salah tempat?
Kayla melangkah maju. Bermaksud duduk sebentar karena kakinya lelah mengelilingi taman besar ini sejak tadi. Sampai seseorang tiba-tiba membekap mulutnya erat dan menyeretnya menjauh dari tempat itu.
"Hmp-"
"Sssttt.."
Kayla sedikit berontak, menghentak bahkan mencoba menendang. Tapi orang itu terus menariknya menjauh dan mendudukkannya di atas rumpu. Tanpa sadar Kayla langsung menghela lega melihat siapa yang menariknya tiba-tiba itu.
Airlangga celingukan. Was-was dengan tempat mereka sekarang, "Kenapa lo disini!?"
Kayla mengerjap, bingung menjelaskannya.
"Lo gak boleh kesini. Sendirian"
Haiishhh.. gagal sudah rencananya mencari tau si pengirim surat yang dia temukan tadi siang.
Airlangga menatap Kayla tajam. Bisa-bisanya gadis itu kesini sendirian. Meskipun Kayla tidak tau apa-apa, tetap saja tempat ini bahaya.
"Maaf. Tadi Kayla keliling sebentar"
KAMU SEDANG MEMBACA
Senior Junior [SELESAI]
Teen Fiction#Revisi 1 Maret 2019 "Harusnya aku tidak pernah datang. Tidak pernah mencoba untuk menerobos masuk. Mengenalmu, adalah kesalahan terbesar yang seharusnya tidak pernah kulakukan"