Happy Reading
*
An illusion, flowing like a water.
Dan sosokmu bukanlah fiksi, yang tercipta melalui gambaran imaji. Tapi kenapa semua ini terasa seolah seperti sebuah mimpi?
*
08.00 Rumah Kayla
Kayla menghela napas. Mencoba menghubungi Damar sekali lagi. Untuk yang terakhir kalinya, sekedar mengucapkan terima kasih dan selamat tinggal.
"Kayla"
Menoleh, dia mendapati Wirya berdiri di depan pintu kamarnya dengan kemeja biru muda yang sedikit pucat. Setidaknya kemeja Wirya tidak lebih mengenaskan dari kondisinya sekarang. Sekuat apapun Kayla mencoba menutupi, tetap saja wajahnya tidak bisa berbohong.
"Ayo"
Kayla mencoba tersenyum kecil, mengangguk. Lantas turun menarik koper miliknya yang terisi penuh.
Wirya tau semua ini terasa sangat berat untuk Kayla. Terlebih lagi setelah dia menyaksikan sendiri betapa menderitanya Kayla selama ini.
Dirinya memang orang tua yang buruk. Wirya tau itu. Selama ini dia tidak sadar seperti apa perasaan putrinya.
Sementara Serra, saat mereka berunding kemarin keputusan final tetap sama. Meskipun Serra sendiri tidak tega melihat Kayla seperti itu, tapi di antara mereka sudah tidak ada lagi alasan untuk bersama.
Dan Kayla merasa, apakah kehadirannya tidak bisa dijadikan alasan untuk tetap bersama?
Sebelum melangkah keluar Kayla menoleh memandangi rumahnya yang sudah tertutup kain putih. Tempat ini akan kosong karena Serra lebih banyak menghabiskan waktu di luar kota.
Sedangkan dirinya berada di kota asing bersama keluarga asing yang jarang ditemuinya.
Rasanya menyakitkan.
Tiap kali dia mengingat semuanya, kepalanya terasa berdenyut. Hatinya sakit.
Lalu hari ini adalah hari dimana mimpi buruknya terjadi. Akhir dari segala yang dia takutkan.
"Kay"
Panggilan Wirya membuatnya tersadar. Cepat-cepat pergi darisana dan masuk ke dalam taxi.
"Papa akan menyusul setelah ini"
Dia mengangguk meski ingin bertanya ada hal apa lagi yang harus diurusnya. Namun Kayla mengurungkan niat dan memilih masuk ke dalam. Mencoba menenangkan pikiran dari semuanya.
*
08.45 di rumah sakit
"Kakak gak hubungin dia kan?"
Yang dimaksud 'dia' adalah Kayla. Damar menatap Luka sekilas diiringi gelengan pelan. Meski dia ingin ikut menemani keberangkatan gadis itu ke bandara, Damar tau dia tidak bisa bergerak. Apalagi mulai hari ini rencana mereka bergerak.
Sialnya, dia harus kebagian tugas menjaga rumah sakit.
Hanya dirinya. Dan Damar tau itu ulah siapa.
Lukaeva tidak bisa menahan senyum. Kemenangan ada di depan mata. Tablet di tangannya bergetar. Sebuah notif masuk dari nomor asing yang selama beberapa hari ini menemaninya. Atau mungkin Luka yang menerima kehadiran nomor asing itu.
Thanks for your stupidity, girl ^^
Kening Luka berkerut, mencoba memahami kenapa dia mengirim pesan seperti itu. Tapi tablet itu lebih dulu di rebut Damar yang menatap dingin ke arahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senior Junior [SELESAI]
Novela Juvenil#Revisi 1 Maret 2019 "Harusnya aku tidak pernah datang. Tidak pernah mencoba untuk menerobos masuk. Mengenalmu, adalah kesalahan terbesar yang seharusnya tidak pernah kulakukan"