Happy Reading ^^
*
Adalah semu jika kita mengharapkan sesuatu yang nyata tanpa sebuah kepastian
*
Seperti malam-malam sebelumnya, Radit selalu menghabiskan waktu di sebuah ruangan tersembunyi di rumahnya. Dengan sebuah layar tipis berukuran raksasa dan berbagai kabel-kabel yang terhubung dengan komputer dan laptop yang ada disana. Sialnya, yang dia cari kali ini sangat riskan dan sulit di temukan.
"Tik tok tik tok"
Aarrrgghhh!!! Di tendangnya sebuah CPU rusak hingga motherboard dan segala isinya berhamburan keluar.
Mengapa mereka semakin memperketat keamanan?
"Dilihat dari ekspresimu sepertinya misi ini... gagal?"
Tidak perlu bertelepati bagi Radit untuk tau jika Doremi sudah menyiapkan sesuatu yang berbahaya untuknya jika dia gagal.
"Memangnya data apa yang mereka simpan brengsek!!" Dia tidak kuat lagi.
Dua hari satu malam dia tidak tidur dan meminum apapun untuk menahan kantuk. Sialnya, fokusnya pecah karena segala obat itu bereaksi menjadi satu di kepalanya.
Di layar itu, Doremi tersenyum tipis mengeluarkan sebuah koran yang warnanya sudah pudar.
Radit melihat koran itu dengan seksama. Tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya membaca berita yang ada disana.
"Mereka masih menyimpannya" Doremi berkata, "Kasus itu mungkin tidak dibahas lagi di kepolisian" lanjutnya, "Tapi SMA Rajawali bisa bergerak kapan pun menggunakan senjata itu untuk menghancurkan"
Sebenarnya bisa saja Radit tidak peduli. Toh yang dihancurkan bukan Brawijaya atau Bramastra jika dia tidak mengingat nyawanya atau nyawa siapa pun bisa terancam.
"Termukan itu" Doremi berubah dingin. Tidak main-main dengan ancamannya kali ini. "Atau selagi berselancar di dunia maya, lo tertarik mendengar dongeng murahan gue?"
Radit tidak menjawab. Hanya fokus dengan laptop di depannya mengetik sesuatu yang sulit dipahami orang lain.
"Gue anggap itu iya" Doremi menjawab sendiri, "Apa lo pernah mendengar bahwa Dioscuri, sebutan untuk si kembar Kastor dan Pollux diberi kekuatan setelah kematian mereka? Tentu semua itu terjadi setelah Polideukes – Pollux – membagi sebagian keabadiannya untuk Kastor"
Radit berhenti mengetik. Menatap penuh kengerian senyum Doremi.
Jangan katakan bahwa..
"Jika lo cerdas, hacker berbakat, lo tau arti dari kalimat itu"
Radit tidak bersuara. Terlalu berat baginya untuk sekedar mengucapkan sepatah kata ringan yang sangat kasar. Namun sampai Doremi memutuskan panggilan mereka pun Radit tetap mematung.
Dia memutus seluruh sambungan. Mengirim pesan menggunakan kode-kode yang dimengerti olehnya.
Satu pesan singkat itu cukup bagi Aldan untuk mengumpulkan seluruh anggota Bramastra. Tentu, bersama Rawaja karena itu harus dilakukan.
**
"Terima kasih"
Perawat yang baru saja selesai mengganti infus Lukaeva tersenyum. Merapikan selimut dan mengecek keadaan pasien di depannya.
"Anda rajin sekali menemaninya" perawat itu berkata.
Hampir setiap hari dia melihat keberadaan Kayla disini. Padahal hampir semua perawat disini tau jika Kayla hanya sahabat Lukaeva.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senior Junior [SELESAI]
Teen Fiction#Revisi 1 Maret 2019 "Harusnya aku tidak pernah datang. Tidak pernah mencoba untuk menerobos masuk. Mengenalmu, adalah kesalahan terbesar yang seharusnya tidak pernah kulakukan"