Happy Reading ^^
*
Setidaknya satu kesalahan itu, tidak ada apa-apanya di banding seribu kebaikan - Kayla
*
"Bangun.."
Suara itu kembali terdengar di telinganya. Samar-samar Kayla mencoba menggapai langit-langit putih di hadapannya. Anehnya, dia merasa tangannya tidak bisa menggapai apapun selain udara.
"Lo kuat.. Kayla.. Lo harus kembali, atau gue gak bisa maafin semua perbuatan gue"
Heningg..
Kayla merasa ada yang memanggilnya dari belakang. Ketika menoleh dia tidak menemukan siapapun selain tempat putih yang dia pijaki sekarang.
"Kay"
Tepukan pelan di bahu membuatnya terkejut. Di sampingnya, Poppy berdiri dengan senyum manis membuatnya langsung memeluk erat sahabatnya itu.
"Syukurlahh..." Dia berbisik. Tidak mampu menahan air mata untuk tidak mengalir keluar.
Poppy tersenyum tipis. Balas memeluk Kayla sama erat seakan-akan pelukan itu tidak bisa lagi dia rasakan.
"Kitaa harus cari cara keluar darisini sama-sama" ucapnya mencoba menatap sekeliling penjuru. Tidak ada pintu atau apapun disini selain mereka.
Poppy menggeleng pelan, melepas pelukannya. Di genggamnya erat tangan Kayla sambal mengusapnya pelan.
"Tempat lo bukan disini Kayla" Poppy berbisik, lemah, "Lo harus pergi"
"Gak.. Kay gak mau keluar dari sini sendirian" tolaknya.
"Ssssttt..." Poppy tersenyum lemah, "Lo harus balik"
"Kemana?"
Dirinya sendiri tidak tau sedang ada dimana sekarang.
"Kesana"
Arah pandangnya jatuh kepada kotak-kotak persegi seperti layar televisi yang memutar semua ingatannya. Kayla mengerjap perlahan lalu tersadar saat tiba-tiba sebuah pusaran menarik badannya menjauh. Dengan panik Kayla mencoba menggapai tangan Poppy. Namun sahabatnya itu justru melepas genggamannya dan melambai.
"POPPYYYY!!!" teriakannya tidak terdengar. Tertelan pusaran yang semakin keras menyedotnya masuk.
Hingga kemudian kegelapan mengambil alih seluruh penglihatannya.
**
Seumur hidup Herawista pasti memiliki musuh. Banyak, malah. Apalagi dengan perempuan yang mencoba mendekati Airlangga. Jangan harap dia akan memberi izin. Sayangnya kali ini, Hera justru tidak bisa berkutik. Apalagi menyakiti perempuan itu jika bukan Airlangga yang menahannya.
Sungguh. Seumur hidupnya, belum pernah Hera lihat Airlangga yang menahannya saat melabrak perempuan-perempuan yang menggodanya, atau bahkan mencegahnya saat dia akan menyakiti perempuan itu.
Demi skincarenya yang selalu dia beli dua minggu sekali, hal itu belum pernah terjadi.
Hingga kini ia tidak bisa melakukan apapun selain diam.
Bahkan saat dirinya melihat Catalina di seret masuk oleh dua orang petugas pun dia hanya bisa diam karena Airlangga menghalanginya.
Atas bantuan keluarga Lukaeva masalah ini tidak sampai terseret di media publik. Kejadian ini dibuat seakan-akan tidak pernah terjadi. Siapapun di antara mereka yang tau mengenai hal ini akan langsung dibuat bungkam. Dan mereka justru bersyukur karena apapun yang terjadi hanya mereka yang tau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senior Junior [SELESAI]
Teen Fiction#Revisi 1 Maret 2019 "Harusnya aku tidak pernah datang. Tidak pernah mencoba untuk menerobos masuk. Mengenalmu, adalah kesalahan terbesar yang seharusnya tidak pernah kulakukan"