*
Terkadang aku ingin protes pada tuhan, marah, mengeluarkan semua keluh kesah.
Tapi rasanya sangat tidak pantas karena di balik semua itu, ada begitu banyak kebaikan yang tuhan berikan di dalamnya.
*
Ada yang aneh.
Sejak kemarin Radit merasa ada kejanggalan disini. Begitu pun dengan Aldan yang menyadari hal itu. Bagaimana tidak? Damar sudah berada disini sejak dia pulang sekolah dan anehnya Kayla tidak bersamanya. Dia lebih banyak menghabiskan waktu dengan Luka. Memperhatikan gadis itu layaknya seseorang yang...
Kembali pada kekasihnya.
"Dam"
Cowok itu menoleh. Menaruh mangkok bubur yang tersisa setengah. "Kenapa?" tanyanya.
Radit terdiam sejenak. "Kalian-"
Bunyi ponsel Aldan secara tiba-tiba membuat Radit menghentikan kalimatnya.
Kayla. Aldan mengernyit halus mengangkat telepon itu sambil terus melirik Damar.
"Lo dimana Kay?"
"...Al..."
Kenapa Kayla menangis? Dengan penuh amarah dia berjalan ke arah Damar. Menarik kerah cowok itu kasar.
"LO APAIN KAYLA BANGSAT!"
"KAK!" Luka memekik terkejut saat Aldan melayangkan satu pukulan mentah ke sisi wajahnya.
Damar tidak bergerak. Justru menerima semua pukulan itu membuat Lukaeva membekap mulutnya tidak percaya.
"JAWAB GUE!" Amuknya kembali memberi satu pukulan mentah ke sisi yang lain, "Lo udah janji bakal bahagiain dia! ELO!" Napasnya memburu. Ditatapnya Damar bengis, "BAJINGAN"
Cowok itu tetap tidak bersuara. Diam membisu seakan-akan memang pantas menerima itu semua.
Tapi memang benar. Damar memang pantas menerima itu. Dia sadar sudah menghancurkan janjinya begitu saja.
Dia... hanya tidak ingin Kayla terluka dan mengalami hal yang berbahaya karena bersamanya.
"Kakak apa-apaan sih!" jerit Luka tidak terima, "Memangnya salah kalau kak Damar balik ke aku?"
"Iya salah" Aldan menjawab cepat.
"Sejak awal aku yang ada disisi kakak, bukan Kayla. Jadi aku berhak kembali ke sisinya"
"Lalu apa bedanya elo sama Raja?"
Lukaeva membeku, "Akuu..." merasakan jika lidahnya terasa kelu untuk menjawab ucapan sang kakak.
Aldan tidak habis pikir. Kenapa semuanya mendadak berubah sekacau ini di tengah masalah yang terjadi sekarang. Tapi sekarang dia tau harus memperhatikan seseorang yang berharga untuknya sejak dulu. Seseorang yang di anggapnya sebagai keluarga sendiri sejak kecil.
Ponselnya bergetar lagi. Sebuah pesan singkat dari Kayla. Cukup membuatnya tau jika gadis itu butuh seseorang disana sekarang. Menemaninya.
Sayangnya, orang yang mungkin di harapkan gadis itu untuk datang, justru bersama perempuan lain sekarang. Melupakannya begitu saja seperti seonggokan benda bekas yang tidak berguna.
"Peduli setan lo mau balik sama adik gue atau bukan" Aldan memaki. Memakai jaket serta maskernya. "Bagus kalau lo udah gak peduli sama Kayla. Dia bisa balik ke Italia dengan tenang"
Deg!
Tunggu sebentar...
Aldan bilang apa barusan? Italia?
KAMU SEDANG MEMBACA
Senior Junior [SELESAI]
Teen Fiction#Revisi 1 Maret 2019 "Harusnya aku tidak pernah datang. Tidak pernah mencoba untuk menerobos masuk. Mengenalmu, adalah kesalahan terbesar yang seharusnya tidak pernah kulakukan"