WARNING! BAB INI BELUM AKU BACA ULANG SAMA SEKALI! KALAU ADA TYPO MOHON DI MAAFKAN YAA
HAPPY READING ^^
*
Hi harapan, mengapa kamu datang jika hanya sekedar harap?
Hai mimpi mengapa engkau menjanjikan lalu kemudian menghempaskan?
Halo takdir apakah sudah puas menertawakan kami semua?
*
Lukaeva melangkah perlahan memasuki ruangan remang-remang itu. Dua orang berbadan besar mengikutinya di belakang sampai kemudian gadis itu memberi tanda bagi mereka untuk berhenti. Meski enggan, kedua orang itu menurut dan berdiri di depan jeruji besi. Membiarkan Lukaeva masuk ke dalam.
Hatinya teriris pedih. Rasanya baru kemarin dia bermain bersama Aldan. Menghabiskan waktu bersama, bahkan Aldan pula yang menemaninya dalam keadaan apapun.
Pelan Lukaeva berjongkok di hadapan Aldan yang menekuk kedua kakinya dan menenggelamkan wajahnya di antara lutut. Tidak menyadari kehadiran Luka sampai tangan gadis itu menyentuh kepalanya pelan.
"Pergi" ucapnya parau.
Ironisnya, Luka tidak bisa berbuat apapun menolong kakaknya itu. Belum lagi Kayla yang menjalani perawatan intensif di rumah sakit.
Luka tidak tahan lagi. Di raihnya paksa wajah pemuda yang sangat dia sayangi itu.
Kedua matanya berkaca menahan air mata yang nyaris keluar. "LO GILA?! KENAPA LO NGELAKUIN SEMUA INI ALDAN?!" parau. Lukaeva tidak bisa lagi menahan air matanya.
Aldan tersenyum miring, "Keadilan"
"Adil? Lo bilang semua ini adil?"
Aldan tidak menjawab.
"Setelah kehilangan Rajayama, lo mau buat gue kehilangan orang yang gue sayang lagi, gitu?" rasanya dia ingin menghajar Aldan habis-habisan sekarang.
"ADIL DARIMANANYA, ALDAN?!" "JAWAB GUE!! JAWAB!!!"
Meskipun Lukaeva terus mengguncang tubuhnya hingga gadis itu sendiri yang kelelahan dan menyandarkan dirinya dalam dekapan Aldan, cowok itu tidak bergeming.
Pikirannnya berputar menjadi satu. Hingga kini kepalanya penuh dengan berbagai macam pertanyaan. Apa yang dia dapatkan sekarang? Kenapa hatinya belum terasa lega? Apa karena dia lagi-lagi gagal memenuhi permintaan Raja-
"Tolong, jaga Lukaeva"
Aldan termenung.
Ada yang salah. Benar, ada yang salah.
"Maaf" Bukan Luka yang mengatakan, tetapi Aldan.
Gadis itu mendongak menatap wajah Aldan yang buram karena pandangannya tertutup air mata.
"Guee.. terlalu dibutakan dengan dendam kematian Raja"
"Enggakk... Enggak" Lukaeva menggeleng. Meraih tangan Aldan, "Kakkk..."
"Maaaff.. guee... gagal ngelindungin elo lagi"
Luka membatu di tempat. Lalu membalas dekapan Aldan dengan sangat erat, "Gue butuh eloo kakk... gue gak butuh yang lain.. Cukup ada elo, gue ngerasa kita bertiga berkumpul bersama"
Aldan tidak beruara apa-apa. Rasanya ucapan Lukaeva ada benarnya. Dia merasa selain mereka berdua, Rajayama berada di antara mereka berdua. Ikut memeluk mereka bersama dengan seulas senyum yang terlihat tenang.
"Gue bakal menebus segala kesalahan gue" Dihapusnya air mata Luka perlahan, "Secepatnya, gue janji akan keluar dari tempat ini dan kitaa akan mengabiskan waktu bersama lagi"
KAMU SEDANG MEMBACA
Senior Junior [SELESAI]
Teen Fiction#Revisi 1 Maret 2019 "Harusnya aku tidak pernah datang. Tidak pernah mencoba untuk menerobos masuk. Mengenalmu, adalah kesalahan terbesar yang seharusnya tidak pernah kulakukan"