06. Berhenti dan Jangan Mencoba Melangkah Mendekat

3.3K 157 22
                                    

**

Aku tidak mau berharap terlalu besar karena aku tau harapan itu bisa menghempaskanku begitu saja tanpa bisa kuduga.

**

Turnamen futsal antar sekolah yang tinggal beberapa hari lagi membuat tim futsal latihan extra. Pagi hari mereka sudah mengambil alih lapangan outdoor dan indoor untuk latihan. Ada dua tim yang akan di kirim sekolah, salah satunya berisi murid kelas dua belas yang sudah sering membawa piala kemenangan.

"Chand! Sini!"

Sedetik kemudian Chandra langsung menendang bola ke arah Alif. Cowok itu menerima bola lemparan bola Chandra dengan dadanya, lalu menggiringnya dengan cepat melewati lawan ke arah gawang.

Obit yang ada di dekat gawang melambai. Alif mengangguk mengerti. Dengan kencang menendang bola yang di sambut Obit dengan sundulan kepala.

"GOOOLLL!!!!" Sorak penonton yang ada disana.

Hampir seluruh murid dari kelas sepuluh sampai dua belas menonton. Terlebih lagi sebagian besar adalah penggemar Damar sejak lama.

"Terima kasih fans ku tercintah!"

"Ngarep" celetuk Gusti membuka tutup botol minuman dan menegaknya hingga habis.

"Doain kek temen lo ini punya fans!" kesalnya, "Lagian yang di sukain mereka biasa aja tuh" liriknya menatap Damar yang kini mengelap keringatnya dengan handuk.

"Apa?" tanya Damar tidak mengerti.

"Enggak. Cuma mau ngasih tau kalau kucing gue hamil lagi" jawabnya ngaco.

Damar tidak menggubris. Meraih tasnya dan mengeluarkan pocari kesukaannya.

"Laper gak?"

"Iyalah nyet. Lupa sarapan gue nih gara-gara dugong satu ni jemput abis subuh!" protes Alif pada Obit yang kini terkekeh pelan.

"Kalo gak gitu lo pasti tidur lagi abis subuh. Ya sekalian lah gue rela pagi-pagi buta ke rumah lo"

"Kenapa gak sekalian tidur di pos satpam aja biar di tendang lo ke jalan"

"Maunya sih gitu, cumaaa" Obit pura-pura berpikir, "Nanti satpamnya gak tega, terus ngelarang gue buat jemput lo. Soalnya lo kan suka ngelemparin bantal kalo di bangunin"

Alif cemberut. "Jangan ngumbar aib orang! Gak baek!"

Mereka tertawa, "Lagian nih ya gue kasih tau. Si Alif kalo tidur masi suka isep jempol!"

"BWAHAHAHAHAAHAA!!!" Gusti tertawa paling kencang, "Aduh... sakit perut gue" Lalu tertawa lagi kali ini lebih kencang.

"Bohong! Gak boleh fitnah orang! Itu lebih buruk dari zina!"

Obit menyeringai jahil, "Gue punya fotonya nih. Ada banyak. Mau gue kasih liat?"

Seketika wajah Alif merah padam, "Obit jahat! Kita putus hubungan!" kesalnya keluar dari lapangan dengan langkah menghentak.

Mereka tertawa kencang. Padahal Obit tidak punya foto itu karena ketika dia mengambil gambar, Alif berpindah posisi membuat gambar yang di ambilnya blur.

"Ngambulan" ucap Obit lalu mengambil duduk di samping Chandra yang kini menikmati angin dari kipas elektronik yang dibawanya. "Pinjem bentar!" katanya merebut kipas itu dari Chandra.

"Mana dah si Alif?" Gusti menatap ke arah pintu keluar, "Ngambul beneran dia?" kekehnya tidak percaya.

"Alahh.. ntar juga balik lagi. Barang-barangnya aja masih disini."

Senior Junior [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang