22. Hal yang Disembunyikan

2.1K 115 1
                                    

Happy Reading ^^

*

Bukan takut kecewa ketika aku membangun harapan. Tapi aku terlampau lelah menunggu keajaiban yang hanya diketahui oleh tuhan.

*

Saat ia merasa sedih Kayla pasti menghabiskan lebih banyak waktu di bakery. Mengecek bahan-bahan roti dan menghitungnya. Atau mengelap meja dan menyapu bakery sambil melayani beberapa pembeli yang terus berdatangan.

Rika yang melihat semua itu hanya bisa diam. Tau jika keponakannya itu sedang dalam masalah. Dilepasnya apron dan mengenggam sapu yang ada di tangan Kayla.

Gadis itu tersentak – tidak menyadari keberadaan Rika yang sudah berdiri di sampingnya.

"Kayla tidak capek? Daritadi tante lihat Kayla belum duduk dari tadi"

Si gadis – yang tau jika tantenya pasti tau dia sedang dalam masalah – hanya bisa mengangguk pelan dan menurut. Duduk di salah satu meja kosong di sudut ruangan.

Yuni – pegawai yang sedang berjaga mengantar dua teh hangat ke meja beserta tiga roti yang masih hangat.

"Ceritalah"

Kayla diam sejenak. Meremas tangan karena bingung menjelaskan dari mana. Sedetik kemudian, Rika memeluk gadis itu erat. Memberikan kehangatan seorang ibu yang sangat ia rindukan.

Lalu tanpa sadar, air matanya tertitik jatuh. Mengalir begitu saja tanpa dia minta. Kemudian dia menunduk, memeluk Rika erat dan menangis. Beberapa pelanggan yang masih ada melihat ke arah mereka. Tapi Kayla tidak memperdulikan semua itu.

Yang ingin ia lakukan saat ini hanyalah mengeluarkan semua sesak yang selama ini dia tahan.

Dia sudah tidak bisa berpura-pura kuat.

Berpura-pura untuk terlihat baik-baik saja karena nyatanya dia tidak sekuat itu.

Yuni si pegawai pura-pura tidak melihat dan sibuk melayani pembeli yang melihat ke arah mereka.

"Sudah?" tanya Rika ketika Kayla mulai berhenti menangis dan menghapus air matanya.

"Iya" jawabnya dengan senyum getir yang dia paksakan.

Rika tersenyum, mendorong segelas teh hangat yang langsung di minum Kayla.

Hangat.

Dia menatap Rika yang terlihat menunggu. Mengerti, secara perlahan diceritakannya awal masalah yang membuatnya kabur dari rumah tanpa pamit. Dari kepulangan ayahnya sampai pembicaraan mereka yang membuatnya berada di titik terlemah. Dan selama Kayla bercerita, tidak sedikit pun Rika melepas genggaman tangannya. Membuat Kayla merasa sebagian bebannya berkurang merasakan hangatnya genggaman Rika.

Rika diam mendengarkan. Menyadari jika firasatnya benar. Wanita itu menarik napas berat, tidak menyangka yang selama ini dia takutkan terjadi juga.

"Sekarang... apa yang ingin Kayla lakukan?"

Kayla terdiam sejenak. Meragu dan bingung untuk menjawab, "Kay.. tidak tau tante.. Apa.. yang harus Kay lakuin sekarang"

Wanita itu menatap keponakannya sendu. Andai dia tau jika saran yang dia berikan kepada Serra untuk mengurus bisnis keluarga yang sempat berantakan karena di urus sang kakak akan menjadi seperti ini, dia tidak akan memberikan saran itu pada sang kakak.

"Kayla anak yang kuat, tante tau itu"

Di tepuknya pundak Kayla, memberi semangat. Kemudian memeluknya erat sambil mengusap punggung Kayla, "Ada banyak anugrah yang sudah diberikan tuhan, kenapa Kayla masih menangis? Kenapa Kayla masih merasa jika tuhan sudah bersikap tidak adil?"

Senior Junior [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang