20. Cemburu?

2.4K 101 3
                                    

*

*

"Lo serius ngundurin diri dari lomba?"

Damar mengangguk singkat menjawab pertanyaan Obit. Tangannya sibuk memantulkan bola ke lantai dan menangkapnya. Sementara keempat kawannya itu duduk di pinggir lapangan, baru selesai mengganti seragam dan malas ke kelas.

"Sayang banget. Padahal kalau lo menang bakal dapet duit. Lumayan buat traktir temen"

"Eh salah ya, sekarang mah yang ditraktir bukan temen, tapi pacar" koreksi Gusti cepat yang langsung mendapat lemparan bola dari Damar tapi berhasil di tangkap.

"Canda boss" kekehnya melempar bola itu ke lapangan.

"Terus adek lo gimana?" tanya Chandra mengingat jika Airlangga mengikuti lomba yang sama.

Damar mengangkat bahu cuek. "Mana gue tau"

Dia tidak peduli jika Airlangga tetap ikut lomba itu atau tidak. Itu terserah dia, Damar tidak berhak mengatur hal itu.

"Heran gue.. Saudara kok rasa musuhan. Adek sendiri padahal" decak Gusti tidak percaya.

Mereka semua tau jika Damar dan Airlangga itu saudara kandung, kakak – adik malah. Tapi tiap kali mereka berpapasan layaknya orang musuhan. Bahkan saat main ke rumah Damar pun mereka jarang melihat Damar dan Airlangga saling bicara.

"Paling tiap lebaran saling maafan, trus besoknya musuhan lagi" ucap Alif asal.

"Heran dah gue sama keluarga lo"

"Siapa yang nyuruh lo peduliin keluarga gue?" sahutnya cuek, "Lagian gue biasa aja kok. Kalian doang yang ribet"

Sudah dehh.. Capek memang bahas hal ini sama Damar.

Mungkin karena sejak kecil Airlangga di rawat bunda Rea dan jarang sekali bertemu dengan Damar kecuali acara keluarga. Bisa jadi. Atau karena hal lain yang tidak mereka tau. Entalah, mereka sendiri masih bingung dengan keluarga Damar.

"Terus lomba futsal lo ikut kan?" tanya Chandra mengingat besok adalah pertandingan futsal yang mereka nantikan.

"Jelas gue ikutlah" Dia membuka tas dan mengeluarkan dua buku catatan, "Gue ke perpus bentar. Balikin buku. Kalian mau ikut?"

Kompak mereka menggeleng. Trio Alif, Obit dan Gusti sangat anti dengan buku. Apalagi dengan tempat yang dimana-mana penuh dengan rak-rak buku yang menjulang tinggi. Tentu saja, Chandra pengecualian.

"Sekalian nitip pinjemin buku yang lo baca kemarin deh" Chandra menyahut, "Kartu perpus gue ketinggalan"

Anggukan Damar adalah jawaban. Segera dia keluar kelas mumpung guru mata pelajaran selanjutnya belum masuk ke dalam kelas.

Perpustakaan sepi karena beberapa pembelajaran di beberapa kelas sedang berlangsung. Diketuknya pintu perpustakaan beberapa kali, lalu mengisi daftar pengunjung perpustakaan yang sangat sedikit.

"Udah selesai bacanya?"

Dia mengangguk pelan dengan senyum tipis. Membiarkan kartunya di cap lalu menerimanya sebelum berjalan di antara rak-rak buku. Mencari buku yang menarik perhatiannya beberapa waktu yang lalu.

"Udah ketemu?"

Kepalanya menoleh ke belakang, mencari sumber suara.

"Belum. Kayaknya di pinjem sama orang. Terakhir gue taruh disini"

"Coba cari lagi di rak lain. Barangkali ketemu"

Itu suara Kayla dan... Airlangga?

Apa yang mereka lakukan bersama?

Senior Junior [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang