00. after school

92K 13.8K 3.8K
                                    

Aku cantik.
Ya, walaupun aku berhenti jadi vampir sejak dua tahun yang lalu tapi kecantikan vampirku tidak menghilang. Lebih tepatnya, hanya kecantikanlah
satu-satunya keistimewaan vampirku yang tersisa.

Cukup cantik untuk jadi aktris figuran drama, walaupun sampai sekarang belum ada yang menawariku. Bercanda, kurasa aku tidak berbakat acting. Bisa saja sekolah sebenarnya, tapi aku tidak berminat. Oh iya, pendidikan adalah satu-satunya hal yang paling kubenci dari kehidupan manusia. Bukan karena aku bodoh, aku bosan mengulang materi yang sama selama ratusan kali.

Namaku Lee Sharon, hai semuanya. Konyol sekali kalau dicocokkan dengan tampangku karena tidak ada bule-bulenya sama sekali. Itu nama vampir, terlalu ribet kalau kuganti. Paling kadang lidah Korea melafalkannya jadi Lee Saeron. Tapi kalau boleh jujur, aku suka dipanggil 'Ron' saja. Iya, panggil aku begitu dan anggap diri kalian Harry atau Hermione.
Tertawa dong, aku melucu tuh.

Aku sekolah di SOPA, tahun terakhir, konsentrasi komposer musik. Semua orang yang kenal aku di sekolah tidak ada yang tahu kalau aku werevamp ㅡmantan vampir. Kalian tidak salah dengar kok, manusia semacam kami memang ada. Semakin sedikitnya populasi vampir di dunia bukan hanya karena saling bunuh dan memang bosan hidup, beberapa vampir memilih jadi manusia.

Kalian pikir jadi vampir itu keren?
Oke, memang keren. Tapi repot. Sangat-sangat repot. Kalian akan tahu sendiri nanti. Setahuku, masih ada cukup banyak vampir di Seoul dan sekitarnya. Tapi saat ini aku satu-satunya werevamp yang masih hidup di Korea. Yang lain sudah mati karena tua.

Hidup sebagai manusia biasa sebenarnya tidak lebih menyenangkan daripada jadi vampir, tapi aku punya alasan kuat kenapa aku tidak mau lagi jadi vampir. Tidak banyak yang memilih jalan jadi werevamp, prosesnya menyakitkan dan sulit. Lagi pula, tidak ada werevamp yang mau menunjukkan identitas aslinya karena itu sama saja dengan bunuh diri.

Sore ini, aku sedang berjalan dari sekolah, sendirian, menuju halte bus terdekat. Ada kelebatan angin aneh sebelum sebuah suara memanggil namaku dari belakang. Aku tidak mengenalnya, tapi aura vampir terasa sangat kuat. Bahaya mendekat, aku sadar benar.

"Hey," panggilnya dingin. Jelas ini bukan prank 'hey Tayo'.

Satu-satunya jalan adalah bersikap normal. Oke, aku harus pura-pura tidak tahu. Saat menoleh, aku melihat sesosok vampir muda. Dia memakai jeans dan jaket kulit, iris matanya merah darah tanpa softlense. Dia seberani itu menunjukkan diri sebagai vampir?? Aku memang tidak kenal, tapi mana mungkin aku tidak tahu namanya?

Lee Jeno.


"Ya? Ada apa?" tanyaku to the point.

Lee Jeno tersenyum tipis, membuatku makin merasa terancam. Perlahan dia melangkah mendekat, tanpa tampak kaget pada tanggapanku yang santai.

"Bagus. Ternyata kamu emang nggak suka basa-basi," dia tersenyum, membentuk eyesmile sempurna.

Aku balas tersenyum padahal ketakutan setengah mati.
"Basa-basi? Maksudnya? Maaf, apa kira pernah kenal?" tanyaku.

Senyum di bibir Lee Jeno lenyap. Dia mendekat lagi sampai aku bisa melihat jelas iris mata merahnya yang mengancam.
"Jangan pura-pura, nggak ada manusia biasa yang menyikapi normal orang yang iris matanya merah kan ㅡLee Sharon?"

Cukup. Cukup satu kalimat untuk meyakinkanku segera lari sekencang mungkin dari hadapannya. Kabur, itu satu-satunya yang terlintas di pikiranku saat ini. Aku harus melarikan diri dari Lee Jeno ke tempat ramai, dia tahu aku werevamp.

Kalian tahu kenapa aku ketakutan setengah mati? Sederhana, Lee Jeno pasti mau membunuhku. Werevamp seperti aku bagaikan binatang buruan untuk vampir karena darah kami bisa melipat gandakan kekuatan mereka. Baru dua tahun menyembunyikan status werevamp-ku, bagaimana bisa sudah ada yang tahu? Tolonglah, aku masih ingin hidup!

"Lee Sharon, tunggu!" seru suara dingin Lee Jeno tidak jauh di belakangku.

Aku makin kencang berlari seperti kesetanan, sampai akhirnya tiba di perempatan jalan raya kecil jalur bus kota. Sialnya, sebuah bus melaju dari kananku, sudah terlalu dekat untuk me-rem mendadak. Bahkan berteriak pun aku sudah tidak sanggup, seluruh tubuhku kaku menyadari mungkin ini detik-detik terakhir hidupku. Mataku reflek terpejam saking takutnya. Selamat tinggal duniㅡ

BUUUGH

Sesuatu menghantamku, tapi bukan bus, kurasa. Sakit, tapi tidak mungkin rasa sakit ini karena tertabrak bus. Aku masih hidup, tidak lecet sedikitpun, bernafas dalam rengkuhan lengan kokoh seseorang. Lee Jeno.

"Dasar ceroboh, Lee Sharon," ujar bibir tipis Jeno, ia agak terengah-engah.

Aku menatapnya, baru sadar kami ada di atas salah satu cabang pohon sakura besar. Rupanya Lee Jeno menyambarku sebelum tertabrak bus dan membawaku ke atas pohon. Iris mata merah gelapnya memantulkan pemandangan kelopak bunga sakura berguguran ㅡindah. Tempat yang indah untuk mati.

"Tunggu apa lagi?" tanyaku pasrah. "Bunuh aku sekarang, itu kan tujuanmu? Seenggaknya mati kehabisan darah lebih ringan daripada ditabrak bus."

Lee Jeno bengong mendengar perkataanku, lalu mendecih tak percaya.
"Mati? Kamu ngomong apa sih?" tanyanya.

"Hah? Jadiㅡ apa mau kamu?" tanyaku bingung.

Angin berhembus lagi, merontokkan lebih banyak kelopak bunga sakura. Raut wajah Jeno berubah muram, ia menatapku dalam-dalam.

"Kamu tau kan aku vampir?" ujarnya.

"I-iya."

"Aku tau dulu kamu juga vampir, tolong aku," lanjut bibir Lee Jeno.

"Tolong? Tolong apa?"

Jeno menghela nafas, walaupun kami sama-sama tahu paru-parunya tidak bekerja lagi.

"Bantu aku, please. Aku mau jadi manusia lagi," jawabnya lugas.

Berulang kali aku mencerna apa yang baru saja kudengar. Seribu pertanyaan berkecamuk di benakku ㅡtapi yang paling utama; Lee Jeno ingin jadi manusia lagi?

ㅡtbc

Hi fellas!
Sebenernya draft buku ini udah ada dari lama tapi masih berantakan jadi ngeditnya akan cukup makan waktu. Kalo yang baca rame pasti aku lebih semangat update-nya hehe

Buat muse/face claim Lee Sharon kalian bebas berimajinasi, atau ada saran siapa yang kira-kira dapet vibe-nya? ㅋㅋㅋ

Werevamp ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang