23. feeling

30.7K 7.9K 1.5K
                                    

Author's note:

1. Adiknya Sharon itu manusia berdarah werevamp, sementara Sharon werevamp. Darah werevamp bisa menambah kekuatan vampir, sebaliknya darah manusia keturunan werevamp sifatnya toxic tapi bisa mengubah vampir jadi werevamp juga.

2. Kadang wattpad nggak muncul notif jadi kalau merasa rancu coba cek manual siapa tau ada update yang belom kebaca karena nggak ada notif.

Makasih~

×××















Setelah apa yang terjadi selama ini, nyatanya sulit membuat hatiku merasa biasa saja pada Lee Jeno. Kalau dulu aku menganggap dia fuckboy ㅡdan dia mengakui predikat itu. Sekarang aku sadar dia dulu hanya sok brengsek. Entah apa motivasinya, tapi semakin hari aku semakin merasa Lee Jeno sebenarnya sangat manis dan perhatian.

Memang sih masuk akal dia baik padaku karena dia butuh aku. Tapi tetap saja, kurasa dia tulus. Ngomong-ngomong, Jeno sudah membaik. Dia masih sembunyi di rumah kami sementara gigi-gigi vampirnya mulai tanggal dan berganti gigi baru. Aku juga sudah sehat, walaupun rasa kecewaku mungkin entah kapan akan sembuh total. Saat ini aku sudah pasrah.

Biar takdir yang memutuskan aku diijinkan bertemu adikku atau tidak.













"Kamu mau pergi?" tanya Jeno, bersandar pada kusen pintu kamarku.

Aku mengangguk. "Kan jadwal rutin tutor bahasa."

"Terus kenapa dijemput Renjun segala? Tadi aku nggak sengaja denger kalian telepon."

"Karena nggak di tempat biasa, hari ini kami belajar di luar. Chenle yang bayar," jawabku. "Private steam boat atau apa lah itu."

"Wow, kamu nggak takut? Cewek sendirian?" Jeno tertawa, suaranya teredam masker.

"Beberapa hari belakangan aja aku tinggal serumah sama cowok. Nggak ada hal menakutkan yang terjadi kan?"

"Beda lah. Aku nggak mungkin macem-macem," sahut Jeno lagi.

"Terus Renjun dan Chenle emang mungkin?" aku tertawa membayangkan dua makhluk itu.

Jeno jadi ikut tertawa, pertanyaanku tak butuh jawaban.
"Ron, padahal hari ini tadinya aku mau ajak kamu pergi," ujarnya.

"Ha? Ke mana?"

Kutanya Jeno malah bungkam. Dia lalu tersenyum tipis. "Nanti aja habis urusanmu sama mereka selesai. Share location kalau udah di sana, nanti aku jemput."

"O...ke..." aku mengangguk, dalam hati penasaran dan menebak-nebak. "Eh, Renjun udah di depan. Aku pergi dulu."

Aku sudah berjalan melewati Jeno saat dia menangkap pergelangan tanganku.

"Jaket, Lee Sharon," ujarnya sembari berdiri kemudian menyelubungkan jaketku ke bahu dari belakang.

"Ahㅡ makasih. See you."

Berusaha bersikap biasa saja, aku lanjut berjalan ke pintu keluar tanpa menoleh atau basa-basi lagi. Kanㅡ kalian lihat sendiri? Kuakui, sulit sekarang untuk tidak merasa diperlakukan spesial karena Jeno selalu begitu.

"Renjun!" panggilku agak berlebihan.

"Apa?" dia mengernyit. "Kenapa sih? Kayaknya excited banget."

Bukan excited, sebenarnya aku salah tingkah. Renjun tidak tahu Jeno sembunyi di rumah ini. Aku nyengir sambil mengambil helm dari tangan Renjun lalu segera naik di belakangnya.

Werevamp ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang