53. march 23

37K 6.6K 1.7K
                                    

Aku tidak ingin kehilangan siapa-siapa lagi.

"Kamu nggak akan sendirian. Aku janji, Lee Sharon."

Kuharap Jeno tidak sekedar berjanji. Karena aku tidak ingin kehilangan siapa-siapa lagi. Cukup sekali ini.

 Cukup sekali ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****














23 Maret

Ya, benar, ini hari ulang tahun Renjun. Seminggu setelah hari panjang kematian Jinsoo dan hidup lagi untuk Jeno.

Tapi, aku yang dapat banyak kejutan hari ini. Ada tiga pesan penting yang masuk ke ponselku pagi ini. Pertama dari ayah angkat adikku, ke-dua dari SM entertainment, dan ke-tiga dari Renjun.

Kubuka selebar mungkin mataku yang sembap, ayo baca satu persatu. Nah, pesan dari Pak Nam Jiyoung isinya cukup mengagetkan. Dia dan istrinya ingin mengadopsi aku, ingin aku kuliah sesuai dengan jurusan yang kuinginkan. Pokoknya dia ingin aku jadi anak mereka ㅡkalau tidak keberatan. Wow, akan kubalas nanti. Aku harus berpikir matang-matang.

Pesan ke-dua dari staf SM yang kukenal karena jadi guru untuk Renjun dan Chenle. Ini juga mengagetkan, mereka ingin aku jadi pegawai magang sebagai translator. Boleh part time sambil kuliah, katanya kerjaku bagus dan memuaskan. Bayaran yang ditawarkan juga lumayan. Orang ini tidak memintaku menjawab lewat pesan, harus bertemu langsung. Baiklah, ini hal kedua yang harus dipertimbangkan.

Pesan ke-tiga, Renjun. Dia mengundangku ke private party ulang tahunnya sore ini. Dan aku harus datang, tidak boleh bawa kado. Kalau yang ini langsung kubalas dengan janji akan datang. Tidak mungkin aku menolak undangan Renjun, kan?

Walau di sana ada Jeno.

Jemariku reflek menggenggam lebih erat ponsel di tangan, merasa pedih saat mengingat nama itu. Ya, kalian benar, dia mencuri dengar pembicaraanku dengan Renjun di rumah sakit. Setelah itu semuanya kacau. Renjun sudah mencoba bicara dengan Jeno, tapi jawabannya dia butuh waktu sendirian. Jeno juga bilang dia tidak marah, tapi melarangku menemui dirinya.

"Kamu nggak akan sendirian. Aku janji, Lee Sharon."

Bohong.

Aku tetap sendirian. Pulang ke rumah ini sendirian setelah dua hari menginap di rumah sakit. Menangis sendirian tiap menerka-nerka semarah apa dia sampai tidak mau lagi melihatku. Setiap hari aku berharap tiba-tiba pintu dibuka dari luar dan ada suara Jeno memanggil namaku. Nyatanya itu tidak terjadi sampai hari ini.

Drrrrrt

Aku terperanjat saat ponsel tiba-tiba bergetar. Lebih kaget lagi saat melihat nama yang terpampang di layar. Nama pengirim pesan. Jen-baby.

Ini bukan mimpi kan?



From: Jen-baby

Hai, Ron.

Werevamp ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang