Sudah cukup lama aku tidak seperti ini. Maksudnyaㅡ selama beberapa tahun belakangan aku hanya sibuk memikirkan tentang di mana keberadaan adikku, tidak ada sedikit pun distraksi dari lawan jenis. Karena aku cantik untuk ukuran manusia, jadi sering ada rekan kerja sambilan yang mendekati aku. Bukan cuma laki-laki, perempuan juga pernah. Tapi tidak ada yang berhasil membuatku tertarik.
Lalu sekarang apa? Lee Jeno?
Padahal jatuh cinta padanya adalah salah satu kemungkinan terburuk yang pernah kupikirkan. Tapi mau bagaimana lagi, aku tidak bisa lari dari perasaanku sendiri.
Jadi sejak kemarin, mukaku tidak berhenti bersemu merah saat bersama Jeno. Kami jadi agak canggung. Menggelikan rasanya jadi seperti remaja kasmaran begini. Di saat yang sama, aku tidak boleh lengah. Jeno bisa saja menerkamku kapan saja lalu menghisap darahku. Kalau tidak mati, aku akan jadi vampir lagi.
Keduanya pilihan yang sama buruknya.
Satu hal yang harus kupastikan adalah, hal yang tidak begitu kuingat dalam buku Werevamp. Aku sangat penasaran apakah bau darah yang manis hanya berlaku untuk cinta lawan jenis atau cinta lain seperti pada saudara atau sahabat? Bagian itu dulu kuanggap tidak penting, makanya hanya kubaca sekilas lalu kulupakan.
"Ada kabar bagus dan kabar buruk, mau denger yang mana dulu?" ujar Renjun lewat telepon saat aku menanyakan sobekan buku Werevamp yang dia curi.
"Ya ampunㅡ mana aja deh," sahutku tidak sabar.
Dia tertawa. "Oke, kabar buruknya, sobekan buku itu nggak tau di mana."
"Hah? Serius??" seruku frustasi.
"Iya. Kayaknya sih dikira sampah"
Aku memegangi kepala dengan putus asa. "Ckㅡ padahal aku lagi butuh banget..." keluhku.
"Ey, tenang, kan masih ada berita baiknya," kata Renjun, tetap santai.
"Renjun, jangan bercanda dong," aku setengah merajuk.
Dia tertawa merdu lagi. "Iya deh. Denger ya, berita bagusnya, aku hafal semua yang ada di buku itu."
"Hah? Yang bener??" seruku tak percaya.
"Kamu ragu sama kejeniusan Huang Renjun??"
"Ishㅡ bukan gitu. Kamu di mana sekarang? Ayo ketemu."
"Wow. Ini ajakan kencan nggak sih? Hari Sabtu loh~" gurau Renjun.
"Terserah lah. Aku tunggu di taman deket dorm kamu yaㅡ"
"Jangan, aku lagi nggak di dorm. Tunggu di rumahmu aja, nanti aku lewat situ," potong Renjun.
"Oke. Aku tunggu," sahutku, kemudian mengakhiri percakapan di telepon.
Sambil gelisah menunggu Renjun, aku berpikir bagaimana bisa dia menghafal isi buku? Ahㅡ mungkin saja sih sebenarnya, kalau sangat suka pada hal tertentu itu bukan hal yang sulit. Sama seperti jatuh cinta, semua hal tentang seseorang yang kau cintai akan jadi menarik dan menyenangkan.
Oke, langsung terbayang wajah Jeno dengan senyum bulan sabit di matanya. Hentikan, bukan saatnya aku kasmaran.
Seingatku Renjun tidak mau diajak masuk rumahku kalau hanya berdua, tapi siapa tahu kali ini dia mau. Aku membuat dua smoothies untuk kami, lalu membawa beberapa toples cemilan ke beranda. Pas sekali, baru saja kuletakkan, ada suara derap langkah.
Blak
"Wowㅡ hai. Aku belum ketuk pintu padahal," ujar Renjun saat aku baru membuka pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Werevamp ✓
FanfictionBukan cuma manusia yang bisa jadi vampire, vampire juga bisa jadi manusia lagi loh! Tidak percaya? Ikuti aku dan Lee Jeno, kami werevamp ㅡum, maksudnya werevamp dan calon werevamp. ©smallnoona 2018