09. first step: skin

39.1K 8.3K 3.1K
                                    

"Life is either take the challenge or nothing at all

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Life is either take the challenge or nothing at all. Be brave."


×××


"Mulai dari bagian paling luar dulu, kulit," ujarku.

"Masuk akal. Jadi maksudnya aku harus berendam di air suci sampai kulitku kebal dan nggak melepuh?" tanya Jeno, ketakutan tersembunyi pada nada suaranya.

"Iya. Kalau berhasil, kulitmu kembali jadi kulit manusia. Kamu nggak akan butuh lotion vampir lagi nanti."

"Dan kalau gagal?"

Aku menggigit bibir. "Yakin mau tau resikonya?"

"Harus lah," sahut Jeno. "Apa?"

"Um- well... Aku berhasil melalui ritual itu, jadi nggak tau secara konkrit. Tapi di buku bilang mungkin paling parah... kematian," ucapku perlahan.

"Masuk akal. Karena kalau kulit rusak, manusia bisa dehidrasi, iya kan?" Jeno terkekeh.

Aku sejenak menatap wajah lancipnya dari samping. Kulit Jeno yang seputih salju kontras dengan gelap malam yang tampak di luar jendela mobil. Entah kenapa aku jadi ikut cemas, takut dia tidak bisa melalui ritual pertama ini.

"Tenang, kamu pasti berhasil. Aku aja yang cewek bisa kok," kucoba menghibur walau kedengarannya canggung.

"Lee Sharon, justru cuma cowok lemah yang menganggap cewek itu lebih lemah dari dia," timpal Jeno. "Kayaknya kamu berhasil karena niat yang kuat, bukan soal siapa yang lebih kuat."

Aku terkekeh. "Kalau kamu ketemu feminis, pasti langsung diajak gabung."

"Nggak bakal nolak. Cewek aktifis feminisme biasanya cantik-cantik walaupun agak bawel. Aku bosen sama cewek penurut."

"Okay, playboy. Aku nggak tanya," timpalku sarkastik.

Jeno menoleh padaku. "Loh, pacarku cemburu nih?"

"Untung bukan beneran."

"Iya deh, aku tau aku bukan tipemu. Kang Brian, kan?" ledek Jeno.

Aku tak menanggapi ledekannya. Bahkan beberapa hari terakhir aku tidak sempat memikirkan Kang Brian atau siapa pun selain Jeno. Membantunya jadi werevamp mengingatkanku pada masa-masa itu... masa-masa transformasi.

Sakit.
Luar biasa sakit.
Aku saja merasa bisa berhasil karena keajaiban.

"Kamu mau tau sekarang semua langkah-langkahnya atau satu persatu?" tanyaku pada Jeno yang fokus menyetir.

"Karena kamu bilang prosesnya susah, berbahaya, dan menyakitkan jadi lebih baik satu persatu aja," jawab Jeno. "Sekarang kita ke mana dulu?"

"Gereja. Cari garam suci. Kebetulan dari gereja itu juga aku dapat garam suci ㅡwaktu transformasi dulu."

Werevamp ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang