extra: 23 may one year later

43K 6.4K 4.3K
                                    

"Jeno?" panggilku untuk memastikan dia sudah bangun atau belum. Dia memelukku erat dari belakang.

"Hm?" sahut suara serak khas bangun tidurnya.

"Aku haus."

"Minum."

"Mana bisa kalo kamu kayak gini. Awas dulu makanya," aku menggeliat di dekapan Jeno, 

"Nggak mau."

"Ishㅡ awas!" lagi-lagi aku berontak walau percuma.

"Usaha sendiri dong, anggap aja latihan survival," gumamnya di tengkukku.

"Ngaco ah, survival apa? Sadar nggak sih kamu tuh gede, beratㅡ lepas nggak?!"

"Sadar."

"Cubit nih!"

"Ahㅡ sakit!" teriaknya, cengkeraman lengan kekarnya sedikit mengendur.

Aku memanfaatkan momen untuk meloloskan diri, tapi dengan mudah Jeno menarikku lagi sampai tidak berkutik di bawahnya. Dia tersenyum jahil.

"Kamu kenapa sih? Jangan sekarang ah, haus banget nih," ujarku.

"Emang kalau udah nggak haus kamu mau?"

"Nggak. Liat jam berapa? Udah jam delapan pagi."

"Emang kenapa jam delapan? Sejak kapan ada aturan pagi-pagi nggak bolehㅡ"

"Nggak mau!" aku membekap mulutnya dengan satu tangan.

Jeno tertawa kecil, puas melihat wajahku memerah. Dia membelai rambutku yang kusut.

"Inget nggak sekarang hari apa?"

"Um... Sabtu?" jawabku.

"Dua puluh tiga Mei, happy birthday," ujarnya kemudian mencium keningku.

Aku tertawa. "Ya ampun, aku nggak inget sama sekali."

"Harusnya aku bilang tengah malam biar kayak orang-orang, tapi kamu lagi nyenyak banget."

"Nggak apa-apa. Lagian nggak ada pengaruhnya," sahutku, menangkup rahangnya.

"Mau minta apa? Cewek dua puluh dua tahun sukanya apa?"

"Lee Jeno," kelakarku.

"Bagus. Kalo gitu hadiahnya bisa langsung sekarangㅡ"

"Ishㅡ nggak!" kudorong mukanya. "Mau minum, sumpah haus banget."



Akhirnya Jeno mengalah, walau sambil menggerutu aku dibiarkan pergi. Kadang dia memang begitu, pagi-pagi sudah bertingkah. Kami mungkin masih terlalu muda, tapi sudah legal untuk tinggal bersama. Setahun lebih sudah berlalu, aku kembali menemukan ritme kehidupan bersamanya. Merasakan bertambah tua, berbagi pelukan saat lelah, mengawali hari dengan membangunkannya... Aku merasa lengkap.

Lega sekali setelah minum. Setelah itu aku lanjut mengisi tempat makan kucing. Karena Jeno membawa tiga kucingnya, sekarang di rumah ini jadi ada empat kucing dan kadang beberapa kucing liar yang datang. Mereka dengan bersemangat menghampiri makanan.


"Belum makan tapi udah kasih makan kucing," terdengar suara Jeno tidak jauh di belakangku.

"Mau makan apa? Biar aku masak sebentar," sahutku.

"Nggak usah, aku udah delivery makanan. Hari ini kan kamu ulang tahun," ujarnya. 

"Ey kebiasaan, pemborosan," aku berdecak.

Werevamp ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang