"Hahahahaha maafin dong, udah bilang maaf berkali-kali masa masih marah sih?"
Masa bodoh.
Aku diam memasang muka masam di depan Lee Jeno yang sibuk tertawa. Ya, ini masih tentang kebodohannya meninggalkan aku di atap gedung. Membuatku panik setengah mati."Maaf deh, Lee Sharon. Lagian kan aku balik lagi buat jemput kamu," kata Jeno. "Aku cuma bercanda."
"Bercanda?? Kamu pikir lucu ya? Kemarin aku hampir bikin api unggun biar diliat orang dari jauh dan minta bantuan!" sungutku.
"Iya, lucu banget," Jeno masih saja tertawa. "Tapi aku nggak bermaksud jahat kan, buktinya kamu kujemput lagi kan? Aku ini gentleman. Manners maketh man."
Aku memutar bola mata, sadar kalau marah-marah pada lelaki narsis semacam Jeno itu percuma. Kemarin dia kembali lagi sekitar dua menit setelah meninggalkanku di atap gedung. Tentu saja dia tertawa puas, senang berhasil mengerjaiku.
Tapi setelah itu Jeno mengantarku pulang. Persis sampai di depan rumah. Kuakui, kemarin dia menyebalkan sekaligus manis pada saat yang sama. Waitㅡ apa aku baru memujinya?
"Yah, marah beneran," Jeno akhirnya tidak tertawa lagi.
Sebenarnya aku muak ditertawakan, tapi aku butuh uang. Aku juga butuh adikku. Jadi sementara ini, aku rela jadi pihak yang ditindas.
"Udah ketawanya?" aku menghela nafas.
"Kamu udah marahnya?" dia balik tanya sambil tersenyum sok manis.
"Udah," jawabku. "Denger ya, aku emang miskin tapi bukan berarti bisa jadi mainanmu. Sekarang, kenapa kita malah ke sini? Bukannya harusnya masuk lewat pintu depan?"
Yaㅡ sesuai janji aku datang ke agensinya, tapi Jeno malah menyeretku ke lahan kosong di samping bangunan utama.
"Ck ck ck, siapa yang bilang kamu mainan?" decak Jeno. "Aku kan cuma bercanda, biar akrab."
"Ckㅡ aku nggak mau akrab. Udah deh, sekarang aku harus apa?" timpalku tak sabar.
"Astaga, baru kali ini ada cewek yang nggak mau akrab sama aku," Jeno mencelos. "Sombong juga ya ternyata werevamp satu ini."
"Aku-sekarang-harus-apa?" aku mengulangi pertanyaan.
Jeno bergumam sambil memandangiku, membuatku salah tingkah. Seperti scanner mata bulan sabitnya menelusuri wajahku lalu ia mendekat.
"Kamu tuh sebenernya cantik, tapi dekil," ujarnya, menyelipkan rambutku ke belakang telinga. "Mandi nggak sih sebelum ke sini?"
"Ya mandi lah. Aku miskin tapi masih mampu bayar air," tukasku sambil menghindar.
"Eh, jangan pecicilan dulu. Diem," Jeno menahan pundakku. "Kalau udah nggak jadi vampir, semoga aku nggak sedekil ini."
"M-mau apa sih??" tukasku saat Jeno menyemprot mukaku dengan face mist lalu menepuk-nepuknya.
"Dibilangin diem dulu," sahutnya, sekarang mengoles lip tint di bibirku. "Nah, sekarang udah pas. Pantes jadi pacarku."
"Apa???" seruku kaget ㅡaku tidak salah dengar kan?
"Nggak beneran. Pura-pura jadi pacarku biar kamu bisa dapet kerja di tempat ini," dengan santainya Jeno bicara. "Tapi kalau mau beneran juga boleh ㅡcuma, yah, aku cepet bosen."
Astaga? Pura-pura jadi pacar? Apa orang ini sudah gila? Aku belum siap untuk keadaan semacam ini. Masa bodoh dia artis, tapi aku tidak mau masuk pergaulan vampir!
"Aku- aku nggak bisa," tolakku mentah-mentah.
"Bisa kok. Kenapa enggak? Sekarang kan udah nggak dekil lagi," Jeno tertawa santai.
"Ish- bukan. Aku nggak mau vampir lain tau kalau kita kenal!" tukasku. "Kamu mau nyawaku terancam."
"Jelas nggak lah, aku masih butuh kamu," Jeno menjawab, tetap tenang dan sabar. "Nggak usah takut, aku yang tanggung jawab. Nggak akan ada vampir lain yang tau tentang perjanjian antara kita."
"Tapiㅡ"
"Lee Sharon," bujuk Jeno. "Kalau kamu setuju, otomatis kamu selalu aku jaga dan lindungi."
Mulut Jeno sebenarnya terbuat dari apa sih? Semudah itu dia berkata-kata manis atau memang dia berniat melindungiku. Aku mendecih entah untuk keberapa kalinya.
"Boleh nggak aku tanya satu hal?" ujarku akhirnya.
"Boleh. Apa?"
"Tolong bikin aku yakin kalau kamu tulus, bukan cuma asal janji manis di awal," ucapku ragu, takut dia tersinggung.
Jeno menatapku beberapa saat sebelum bertanya.
"Sebelumnya kamu pernah dikhianati ya?"Sempat mencelos, aku heran kenapa tebakan Jeno tepat. Tapi aku tidak menjawab. Mata merah Jeno yang dilapisi softlense hitam menatap lurus padaku.
"Lee Sharon, aku nggak tau tentang kehidupan kamu sebelumnya. Tapi kalau kamu pernah dibohongi atau dikhianati, aku bukan orang semacam itu," kata Jeno. "Aku cuma mau jadi manusia lagi, kita bisa saling bantu. Mungkin sementara ini aku belum bisa bantu banyak, tapi seenggaknya kalau kamu kerja di SM Ent kamu bisa tinggal di tempat yang lebih layak."
Dia terdengar tulus, aku terhenyak. Bukan tempat tinggal bagus yang kuinginkan, Lee Jeno. Aku ingin adikku. Aku ingin bertemu dengan satu-satunya peninggalan ibuku yang tersisa.
Karena aku masih diam, Jeno ragu-ragu menggenggam tangan kananku dengan diantara kedua telapak tangannya yang besar-besar. Dingin dan keras.
"Kalau harus bikin kamu yakin, aku bingung gimana caranya. Tapi kalau kamu mau terima penawaran ini, kita bisa liat buktinya nanti," lanjutnya.
Kutarik tanganku dari genggamannya lalu kupaksakan tersenyum.
"Oke, aku coba," jawabku.
Senyum lebar mengembang perlahan di bibir Jeno, ia lalu memompa kepalan tangannya.
"Yes," serunya puas. "Gitu dong dari tadi.""Jadiㅡ sekarang kita..." ucapku.
Sekali lagi Jeno menarik tanganku.
"Ke sini, lewat sini," ujarnya. "Kan nggak mungkin aku masuk lewat pintu depan bawa pacar.""Oke," aku mengangguk, menggenggam jari-jarinya untuk menghayati peran.
Jeno juga mengangguk. Ia membimbingku berjalan menelusuri pinggiran gedung.
Lambat laun, kecurigaanku pada Lee Jeno makin berkurang. Begitu juga dengan rasa takut dan curiga yang selama ini menghantuiku. Ya, seperti yang ia bilang ratusan kali, Jeno cuma ingin jadi manusia lagi. Tapi untuk saat ini masih ada satu hal yang mengganjal.
"Lee Jeno, sebentarㅡ nanti aku disuruh kerja apa? Lulus SMA aja belum resmi," tanyaku.
Jeno menoleh, tapi jawabannya tidak seperti yang kuharapkan.
"Ada deh, liat aja nanti," ucapnya dengan senyum misterius.Oke. Kira-kira pekerjaan macam apa yang dia maksud dengan 'ada deh' itu?
Aku tak sabar ingin segera tahu.
ㅡtbc
"Nah, sekarang udah pas.
Pantes jadi pacarku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Werevamp ✓
Hayran KurguBukan cuma manusia yang bisa jadi vampire, vampire juga bisa jadi manusia lagi loh! Tidak percaya? Ikuti aku dan Lee Jeno, kami werevamp ㅡum, maksudnya werevamp dan calon werevamp. ©smallnoona 2018