Please give this story more support if you like it. Thank you :)
*****
"Nggak bisa di sembarang tempat dan tanpa persiapan matang. Harus liat keadaan matahari juga, kalau nggak lagi bersinar maksimal, cahayanya nggak cukup merusak mata," jelasku pada Jeno yang pucat pasi.
"Tapi... Jinsoo..." racaunya.
"Dia kenapa?"
"Aku harus ke sana sekarang. Aku mau liat Jinsoo," kata Jeno lalu tergesa meninggalkan ruangan.
Kuteriaki dia sebelum aku mengikutinya yang sudah hampir menjangkau pintu keluar. Belum pernah kulihat Jeno sekalut ini, aku berusaha berpikir cepat. Dia tidak boleh menyetir dalam keadaan begini.
"Jangan nyetir, kamu bisa celaka," kusambar kunci mobil dari jari-jarinya yang bergetar.
Jeno langsung protes. "Tapi aku harus ke Jinsoo sekarang!"
Kutarik Jeno keluar rumah, langsung menuju trotoar di depan rumah kami. "Kita naik taksi, aku ikut," ujarku.
Walupun tampak tidak sabar, Jeno menurut. Hanya sekali kami bicara saat aku menyuruhnya menyebutkan alamat yang kami tuju. Setelah itu kami diam-diaman. Aku memang tidak tahu harus berbuat apa sementara Jeno tampak larut dalam pikirannya sendiri. Siapa yang tidak panik saat tahu orang yang disukainya sedang kesakitan?
"Ngomong-ngomong, kamu tau dari siapa tentang keadaan Jinsoo? Keluarganya?" tanyaku akhirnya begitu kami keluar dari taksi.
Jeno menggeleng. "Ada satu perawat yang aku sewa buat kasih kabar perkembangan Jinsoo tiap hari."
Tidak perlu bertanya yang mana orangnya, tidak lama setelah kami melintasi pangkal koridor, ada seorang perawat cantik yang membungkuk pada kami. Wajahnya tenang seolah sudah biasa melihat berbagai kejadian di rumah sakit. Mengingatkan aku pada para leluhur vampir yang sudah hidup ribuan tahun.
"Sebelah sini," ujarnya dengan tangan mengarah pada salah satu koridor lain kemudian dia berbalik dan berjalan di depan kami.
Derap tiga pasang kaki bergema sepanjang jalan menuju entah ke mana. Karena Jeno belum menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi, jadi aku hanya bisa menebak ㅡmungkin Jinsoo masuk ICU? Entahlah, akan terjawab saat kami sampai di tujuan.
Serba hening, saat akhirnya kami masuk ke sebuah ruangan yang tampak sangat terisolir, sekali lagi perawat yang mengantar kami membungkuk sopan lalu pergi meninggalkan aku dan Jeno. Kami beberapa langkah di depan sebuah kaca besar yang membatasi ruangan ini dengan kamar di dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Werevamp ✓
FanfictionBukan cuma manusia yang bisa jadi vampire, vampire juga bisa jadi manusia lagi loh! Tidak percaya? Ikuti aku dan Lee Jeno, kami werevamp ㅡum, maksudnya werevamp dan calon werevamp. ©smallnoona 2018