Buat yang udah pernah baca buku lain, diingatkan lagi ya kalau buku ini beda universe sama buku lainnya. Soalnya aku lieur euy kalo semua nyambung harus mikir timeline lagi sama benang merahnya kan pusing @___@
Jadi, Werevamp nggak ada kaitannya sama cerita lain. Kalau pun ada karakter dari buku lain yang jadi figuran di sini, tetep fiturnya beda. Misalnya di buku Backup kan Mark punya time turner, di sini dia cuma manusia biasa. Gitu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
kenapa itu mukanya kayak cocok buat jadi orang yang nggak mampu beli jaket :')
×××
Sebenarnya jadwal mengajarku hanya dua kali seminggu, tapi jadi dua kali lipat karena Chenle sering bolos. Renjun juga kena getahnya, dia harus ikut tutor lagi karena Chenle tidak mau belajar sendirian. Ya, akhirnya kami semua mengalah pada Yang Mulia Zhong Chenle.
"Cepetan kerjain yang halaman 127," perintahku pada Chenle.
"Kenapa dia nggak disuruh?" Chenle malah menunjuk Renjun yang asyik main game.
"Ck- dia kan udah kemarin. Makanya, kamu jangan bolos terus dong," ujarku dengan sabar. "Kerjain dulu ya, nanti kita bahas jawabannya."
Walaupun menggerutu tapi dia menurut juga. Kami semua bisa kena marah kalau kemampuan bahasa Korea mereka berdua tidak ada perkembangan tiap bulannya. Ini pekerjaan yang mudah tapi sulit, kalau mereka tidak makin pintar maka aku yang akan dipecat.
"Berapa lama lagi sih? Pantatku udah panas," keluh Renjun.
"Sebentar lagi kok. Coba lain kali kamu bilang ke manager kalian biar ganti hari aja kalau Chenle lagi tidur sore," aku menyarankan.
"Apa? Jadi menurut kalian ini salahku??" cetus Chenle.
"Heh, nggak usah ikut ngobrol," aku mengacungkan pulpen padanya.
Chenle diam lagi, lalu kembali pada latihan percakapan tertulisnya. Aku tahu dia tidak se-childish itu. Tapi saat jam belajar sudah berakhir, kurasa dia akan iseng lagi kalau Jeno tidak segera datang menyelamatkan aku.
"Ide bagus sih. Nanti aku bilang," Renjun menanggapi ideku tadi.
Supaya Chenle tidak nimbrung lagi, aku menggeser kursi lebih dekat pada Renjun. Apa anak ini tidak bosan-bosan main game? Tapi kalau dia sedang diam begini bagus ㅡtidak terlalu mengingatkanku pada barongsai.