Shì

86 6 0
                                    

Happy Reading!

-||-

Zura tak henti-hentinya memandang kagum club musik ini. Di dalam sini terdapat studio musik, DJ stand, cafe, dan banyak lagi.

Ia merasa risih mendapati banyak orang yang memandangnya secara terang-terangan. Ada yang memandang kagum, ada juga yang memandang jijik. Entahlah, mungkin karena penampilannya.

Saat Zura dan Kevin baru saja menapakkan kaki di studio musik, mereka langsung mendapat sambutan heboh dari segerombolan laki-laki. Untunglah sebagian besar adalah remaja ramah, hanya sedikit yang berani mengerling nakal pada Zura.

"Betah banget lo Vin! Pegang-pegangan tangan ama eneng cantik."

Zura dan Kevin lantas melihat pada tangan mereka yang masih tertaut. Dengan kesadaran yang masih bergumul tangan merekapun terlepas.

"Nggak usah malu-malu lah, anggap aja kita nggak ada."

"Dunia serasa milik berdua dong."

"Bwahahahahaha..."

Pletak!

Jitakan telak di kepala teman-teman Kevin sukses membuat mereka menghentikan tawa dan balas menjitak Kevin bersamaan.

"Anjir! Sakit." Gerutu Kevin dengan nada dibuat-buat, Zura terkikik geli mendengar nada bicara Kevin yang terkesan alay.

"Nona cantik, boleh kenalan nggak?" Salah satu teman Kevin bersuara sambil mengulurkan tangan pada Zura.
Zura membalas uluran itu sambil berujar pendek.

"Zura."

"Kenalin cowok paling ganteng di hati lo, Yudhistira Alexis. Bisa panggil Thira, Alex, Exis, atau yang antimainstream Old lex. Most wantednya Smart Star."

Dahi Zura mengernyit geli. Teman Kevin ini sungguh aneh.

"Kalo gue, Wahyu Dwi Anggara. Panggil Wahyu aja, juga dari Smart Star." Logatnya terdengar kental dengan logat jawa. Zura cukup tau bagaimana orang Jawa berbicara. Fyi Smart Star adalah salah satu sekolah elit lain di Jaksel. Selain letak yang bertetangga siswa-siswinya juga berteman baik dengan milik Kunang Bangsa.

"Gue Afi."

"Faiq teh."

"Rivan."

Dan masih banyak lagi. Sambil menyalami teman-teman Kevin, Zura sempat melirik ke arahnya. Lelaki itu sedang melihatnya sambil tersenyum. Zura tidak berbohong. Kevin terlihat lebih tampan ketika melakukannya.

"Vin," Panggil Zura saat ia sudah menyelesaikan urusannya.

"Hm?"

"Mau main musik boleh?"

Kevin tertawa renyah.

"Krain apa, ayo boleh aja. Mau main apa emang?"

"Gue bisanya gitar."

Kevin memandang Zura takjub, kelemahan Kevin adalah pada gitar. Bukannya nggak jago, cuma jika dibanding teman-teman satu tempat les atau ayahnya Kevin kalah telak. Kemampuannya hanya sebatas memetik melodi lagu-lagu mudah.

"Seriusan lo?"

"Iya. Senggak meyakinkan itu apa muka gue?"

"Nih." Kevin tertawa kecil sambil menyodorkan sebuah gitar akustik kepada Zura.

" Kevin tertawa kecil sambil menyodorkan sebuah gitar akustik kepada Zura

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Less Than Relationship (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang