Sānshíliù

37 4 0
                                    

Happy Reading!

-II-

Zura menghembuskan nafas perlahan. Gadis itu mendongak menatap pantulan dirinya di kaca meja rias kamarnya. Sebuah gaun simpel namun elegan berwarna hitam melekat pas di tubuh rampingnya.

Ini adalah gaun ibunya ketika pertama kali berkencan dengan sang ayah. Gaun yang masih sang ibu jaga sampai sekarang. Zura harus berterimakasih kepada ibunya karena telah menyulap penampilannya malam ini. Shofi mulai merecokinya setelah makan malam keluarga, mendandani rambut Zura, memilihkan gaun yang pas hingga jatuh pada gaun ini, dan memoles tak berlebihan wajah cantiknya.

Zura merasa sangat berbeda. Tidak seperti dirinya saja, bahkan ibunya menolak keras ide Zura yang ingin memakai sneakers kebanggan. Dengan kekesalan terpendam Zurapun menuruti semua keinginan ibunya, biarlah toh cuma beberapa jam saja.

"Kak Bang Kevin udah di bawah." Tukas Alvin sembari melongokkan kepalanya ke dalam kamar Zura. Adiknya itu tampak ternganga kecil sebelum memasang kembali wajah datarnya. 

"Tumben." Ucapnya sarkastik.

"Ngiri aja lo upil!"

"Udah-udah buruan udah ditungguin tuh."

"Siap bunda! Zura berangkat dulu ya!" Zura bergerak mencium kedua pipi ibunya dan menjambak kecil rambut Alvin yang masih berada di pintu. Gadis itu berjalan hati-hati menuruni tangga dan dapat melihat Kevin sedang berbincang ringan bersama ayahnya.

Benar. Akhirnya Zura menyetujui keinginan Kevin untuk berangkat bersamanya, tentu tidak mudah karena Zura merasa benar-bebar takut Hazel mengetahuinya. Zura menarik nafas gugup bagaimana jika di pesta nanti Zura melihat mereka? Apa yang akan terjadi?

Zura segera menepis segala kemungkinan buruk yang hinggap di kepalanya, sampai ia tidak menyadari bahwa kakinya sudah menapak di anak tangga terakhir. Kedua orang di bawahpun reflek menolehkan kepala melihat Zura.

"Anak ayah cantik sekali." Puji ayah Zura tulus.

"Ih ayah! Ayo Vin langsung aja keburu malam?"

"Okay, saya bawa Zura dulu ya om?"

"Jam 11 oke?"

"Iya om." Jawab Kevin sambil mengerling nakal pada Zura. Gadis itu hanya memutar kedua bola matanya dan berjalan mendahului Kevin menuju teras rumah.

Setelah keduanya duduk di dalam mobil Kevin, lelaki itu langsung mengemudikan mobilnya membelah jalanan ibu kota.

"Wow." Celetuk Kevin tanpa menoleh ke arah Zura.

"Heh?"

"Wow. Wow. Gue speechless."

"Alay." Ujar Zura ketus. Ia tau Kevin pasti sedang menilai penampilannya malam ini.

"Ra. For sure lo cantik banget malam ini."

"Bullshit."

"Beneran njir. Orang mana yang bilang lo nggak cantik malam ini, sini bawa ke hadapan gue."

"Elah, serah lo dah." Zura tampak tak ambil pusing dan mencoba menyalakan radio di mobil Kevin mengisi keheningan.

"Gue udah beli kado tuh."

"Hemm. Jadi di club nih?"

"Ya iyalah, mau di mana emang?" Tanya Kevin membuat Zura memberengutkan bibir sebal. Sumpah Zura benar-benar benci dunia malam.

"Tenang aja, malam ini Jianne nyewa club itu khusus buat pestanya, jadi enggak bakal ada aneh-aneh."

"Sama aja."

"Lagian lo takut apa sih? Ada gue. Gue yang tanggung jawab jagain elo." Zura menoleh agak melebarkan matanya menatap Kevin. Lelaki itu tidak tampak bercanda sama sekali.

"Iya-iya."

"Nah gitu dong." Kevin membelokkan kemudinya menuju sebuah club ternama di Jakarta Selatan. Jianne memang anak seorang pengusaha kaya raya sampai berani menyewa sebuah club untuk pesta ulang tahunnya.

Keduanya berjalan memasuki club dengan Kevin yang membawa kado. Setelah melewati bagian penerimaan tamu mereka berdua langsung di suguhkan dengan pemandangan mewah dan berkelas club ini.

Zura dengan segera menunjuk Jianne di tengah yang tampak mempesona dengan gaun malam berwarna biru tuanya.

"Jianne happy birthday."

Kevin lebih dulu menyapa dan membuat gadis cantik itu menoleh dengan senyum bahagianya. Jianne memeluk Kevin sekilas sembari mengucapkan terimakasih.

"Thanks Kev."

"Happy birthday J. God bless you sista."

"Thank you Zura. Kalian berdua barengan nih?"

"Yoi." Jawab Kevin tenang.

"Shit! Kalian kelihatan couple goals banget sadar nggak sih?"

"Hah?" Zura mengernyit tidak mengerti.

"Semua mata tertuju pada kalian beb." Ujar Jianne pelan sambil berbisik.

"Bisa aja lo." Kevin menoyor kepala Jianne pelan membuat si empunya pura-pura marah namun tersenyum sedetik setelahnya.

"Kalian nikmati pestanya ya, gue mau nyambut yang lain." Pamit Jianne kepada Zura dan Kevin.

Ketika Jianne sudah meninggalkan mereka, Kevin mendekat ke arah Zura dan bertanya sambil berbisik karena suara musik yang cukup keras.

"Mau makan?"

"Nanti aja deh. Nyari Adri sama Febri dulu yuk?"

Kevin pun mengiyakan ajakan Zura dan meraih bahu gadis itu untuk ia rangkul membelah keramaian. Ketika berbalik dan hendak mencari kedua sahabatnya itu Zura dapat melihat dengan samar bayangan seorang gadis yang berlari kecil menjauhi dirinya dan Kevin.

Astaga. Itu Hazel?

-II-

Halooo lagi! Wkwkwk

Tanggung guys kalau enggak update sekalian:"))))

Salam #dirumah aja dan stay safe teman-teman!


Sincerely


Kim Mingyu's

Less Than Relationship (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang