Sìshíwû

26 3 0
                                    

Happy Reading!

-II-

Setelah melakukan pengecekan golongan darah kepada Grace yang benar saja memiliki golongan sama seperti Alvin, penanganan lanjutan pun segera dilaksanakan, sempat Zura curi dengar dari pembicaraan ayahnya dan dokter perempuan tadi bahwa Alvin akan segera menjalani operasi di bagian kepala.

Zura tidak bisa membayangkan bagaimana tubuh adiknya itu terbentur aspal dan terpental jauh dari jalanan. Syukurlah kecelakaan tersebut tidak meninggalkan korban selain Alvin.

Gadis itu terduduk diam di depan ruang operasi, sang ibu sudah siuman dan Zura segera menenangkannya kembali dengan memberitau bahwa Alvin baik-baik saja karena telah mendapat donor darah yang sesuai. Hening cukup lama sampai Zura dapat merasakan sebotol air mineral tersodor di hadapannya.

"Minum."

Zura mendongak, mendapati Leo dengan wajah datarnya sedang menatap matanya dalam.

"Makasih."

"Hmm." Jawab Leo seadanya, lelaki itu bergerak menduduki kursi di samping Zura dan memandangi gadis itu lama.

"Makasih Le, udah nganterin gue tadi."

"Iya."

"Lo balik sekolah gih nggak apa-apa. Masih jam ke-7 kan sekarang?"

"Lo ngusir?" Leo menaikkan sebelah alisnya dan tentu masih dengan wajah datar khasnya.

"E-eh enggak, cuma-- ck. Pokoknya kalau lo mau balik ya silahkan, enggak juga gak apa-apa." Zura jadi gemas sendiri, niat hati ingin berbuat baik malah orang di depannya ini membuatnya kesal.

"Gue nggak pengen balik."

"O-oh, yaudah."

"Hmm."

Hening kembali menyapa keduanya, Zura menunduk dalam tak berani menolehkan kepala karena sangat yakin bahwa lelaki di sampingnya ini sedang menatapnya terus-menerus.

Hih! Kan Zura jadi salah tingkah.

"Apa?!" Pada akhirnya gadis itu memberanikan diri untuk memandang Leo dan menanyainya jutek.

"Tadi pagi mau cerita apa?"

"Ah? Eum itu..." Zura mengalihkan tatapannya dari manik sekelam malam milik Leo, gadis itu mulai menceritakan kejadian menyesakkan yang telah menimpanya kemarin.

Hazel yang menjauhinya.

Zura juga menceritakan respon Hazel ketika gadis itu menghampirinya ke kelas tadi.

"Terus kenapa lo galau?"

"Ya gimana enggak galau. Hazel tuh ya Le nggak pernah marah sama gue. Ngambek sih sering, cuma yang sampai diemin gue gini nggak pernah. Sekalinya pernah kenapa harus karena cowok sih?"

"Gue sama Kevin itu sebatas sahabat. Udah nggak lebih. Kenapa sih orang-orang selalu salah berspekulasi?"

"Lo suka Kevin kan?"

deg!

Keterkejutan yang kentara menghampiri wajah cantik Zura. Gadis itu menoleh menghadap Leo yang lagi-lagi masih menatapnya datar. Apa?

"Huh?"

"Lo suka Kevin." Kali ini bukan pertanyaan yang keluar dari mulut lelaki di sebelahnya melainkan sebuah pernyataan yang tidak bisa Zura bantah sama sekali. Tatapan Leo seperti menelanjanginya, memperlihatkan semua rahasia kecil yang berusaha gadis itu jaga rapat-rapat sendirian. Di sudut hatinya yang paling dalam, dan Zura pun tidak pernah berencana menceritakannya kepada siapapun.

Less Than Relationship (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang