Happy Reading!
-||-
"Zuraaaa!!" Suara halilintar seorang gadis berambut pirang di sudut ruang kelas menyambutnya ketika kaki Zura baru saja menapak di lantai kelas XI IPS 1. Seketika saja gadis itu merasakan telinganya tersumbat. Belum sempat Zura melayangkan gugatan protes, Hazel sudah terlebih dahulu menariknya menuju bangku mereka.
"Ngapain lo di kelas gue?"
"Kamu ngasih id line aku ke Kevin?" Bisik Hazel penuh penekanan.
"Yoi ... semalem waktu gue nyalamin lo, dia minta."
"Ih! Zura!"
"Apa lagi?" Zura memutar matanya jengah, gadis di depannya ini sangat bertele-tele dalam menjelaskan sesuatu.
"Kamu tau? Semalam Kevin ngechat."
"Ya bagus dong ... ada kemajuan."
"Tapi aku nggak bisa tidur semalaman ... mikirin Kevin."
Pengakuan Hazel membuat Zura tersenyum simpul.
"Lo suka ya? Sama Kevin?"
"Hah? Suka sama Kevin? Ya nggak mungkin lah!"
"Terus apa? Cinta? Tertarik? Kagum? Apa nge-bias?"
Hazel menunduk malu, tetapi Zura masih bisa sangat jelas untuk melihat semburat merah yang menjalar dikedua pipi sahabatnya.
"Baper." Hazel berujar lirih, namun masih dapat terdengar oleh Zura. Gadis itu meledakkan tawanya seketika.
"Gue bilangin Kevin deh..."
"Ih! Jangan! Nanti aku yang malu..."
"Nggak apa-apa... dari pada dipendam kan? Lebih susah." Tangan Zura tergerak untuk menaruh tas yang sedari tadi masih ia gendong di kolong meja.
"Ya nggak secepat ini juga Ra ... Kita kan harus pelan-pelan, jangan buru-buru. Lagian, aku belum sepenuhnya yakin sama perasaan aku sendiri."
"Bukannya lo udah tertarik ke dia semenjak kelas sepuluh?"
"Iya ... tapi kan," Gadis itu menunduk kembali, sangat keras kepala untuk mengakui perasaannya.
"Yaudahlah Haze ... gue nggak akan bilang sama Kevin soal perasaan lo, semuanya kembali ke diri lo sendiri. Kalau lo butuh bantuan, saran, tempat curhat, pasti lo tau kan? Di mana tempatnya?"
Manik Hazel berkaca-kaca, ia bergerak memeluk Zura dari samping dan tanpa Zura sadari, setitik air mata jatuh dari kelopak matanya sendiri namun bukan karena sebab yang sama seperti sahabatnya.
Bella e Colorata Caffè
San Francisco
10.56 AMWanita itu bergerak menyesap kopinya. Kopi yang kini sudah tidak mengepulkan asapnya lagi. Ia tersenyum kecut. Pada saat itu, ia sama sekali tidak menyadari sebab air mata itu jatuh. Ia tidak tau mengapa ia menangis ketika sahabatnya itu memeluk dirinya. Namun sekarang? Bodoh jika ia masih tidak menyadarinya, teramat sangat bodoh jika ia mengatakan bahwa itu adalah air mata haru. Wanita itu menaruh kembali cangkir cokelat yang ia pegang di samping laptop. Ia menggeleng pelan dan tersenyum miris. Suatu saat di kantin sekolah
"Zura! Sini." Gadis yang sedang mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kantin mencari sahabatnya itu menoleh kaget. Zura mengehentikan langkahnya, ia menoleh ke belakang dan tersenyum kecil, langkah Zura tergerak meuju meja yang di duduki Hazel. Tidak hanya Hazel, di meja persegi itu sudah berkumpul Kevin dan teman-temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Less Than Relationship (END)
Teen FictionEND : 14-08-2020 Benar memang. Tidak akan pernah ada kata sahabat antara seorang lelaki dan perempuan. Gadis itu telah membuktikannya. Ezzura Nathania Avarell, gadis cantik anggota kelas XI IPS 1 yang terlampau cuek dan masa bodoh dengan lingkungan...