Sìshísān

31 3 0
                                    

Happy Reading!

-II-

Jam keempat, pelajaran ekonomi, guru tidak mengajar karena ada rapat dan hanya berpesan untuk mempelajari materi selanjutnya. Nikmat Tuhan yang tidak bisa diabaikan memang. Begitulah keadaan kelas XII IPS 1 pagi ini, setelah Bu Indar wali kelas mereka memberitahukan jam kosong dua jam yang sebenarnya harus digunakan untuk belajar, seluruh murid dengan penuh sorak dan kebahagiaan segera menyebar menuju basecamp masing-masing.

Para lelaki di pojok belakang bermain game di ponsel, bermain kartu bahkan, dan para perempuan berpencar di meja membentuk perkumpulan. Ada yang melihat drama korea Bersama, ada yang membicarakan make up, bergosip ria dan banyak lagi macamnya. Berbeda dengan teman-temannya yang tampak antusias dan senang, Zura terlihat sangat pucat dan lesu. Gadis itu tampak menghembuskan nafas berat berkali-kali dengan Adri di sebelahnya yang memetik gitar.

"Lo kenapa sih?" Adri menghentikan permainannya, menoleh untuk mendapati teman sebangkunya kini sedang tidak baik-baik saja. Ia menyodorkan gitar akustiknya kepada Andre di belakang kemudian memusatkan perhatian seluruhnya kepada Zura.

"Gak tau." Zura merengek kecil, semakin menenggelamkan wajahnya pada kedua tangannya di atas meja.

"Sini cerita, lo serem tau nggak kalau galau?"

"Gimana Driiii?"

"Lah gimana apanya? Orang belum cerita."

"Ah bodo ah!" Zura memberengut sebal, mengabaikan Adri yang semakin mengernyit tak mengerti.

"Hazel ya?"

Gadis itu mendongak reflek, memandang lelaki di sebelahnya dengan tatapan menyelidik lalu secepat itu menarik nafas berat sekali lagi. Zura menunduk memainkan dasi abu-abu miliknya sambal mengerucutkan bibir bimbang.

"Kok tau?"

"Hemm. Kenapa?"

"Hazel marah sama gue Dri."

"Marah gimana?"

Sekali lagi Zura menghela nafasnya, gadis itu menoleh memandang jendela kelas mereka dan memandang ke bawah, ke arah kelas Kevin dan Hazel yang sedang melangsungkan pelajaran olahraga.

"Semalam dia gue chat nggak bales, dibaca aja enggak."

"Nggak buka Hp mungkin? Jangan berprasangka buruk dulu."

"Itu yang lebih nggak mungkin Dri, masalahnya ada alasan kuat yang ngebuat gue berspekulasi demikian."

"Apa coba?"

"Beberapa hari yang lalu gue nyuruh Hazel berangkat pesta sama Kevin, dan dengan bodohnya gue sendiri yang berangkat sama Kevin. Mestinya gue nggak nurutin kan? Jadi serba salah."

Adri tersenyum tipis, menepuk pelan puncak kepala Zura lalu dengan santai bertanya.

"Hazel suka ya sama Kevin?"

"Hah?"

"Kelihatan kali."

Zura Kembali menunduk lesu, ia jadi mengingat perkataan Kevin semalam.

"Emang sejelas itu ya?"

"Dari cara dia natap Kevin udah kelihatan kali Ra."

"Hemm, Kevin bilang dia nggak bisa bales perasaanya Hazel dan dia minta tolong gue ngasih Hazel pengertian. Gimana coba? Hubungan gue sama Hazel aja lagi kayak gini."

"Saran gue, biar Kevin aja yang bilang. Kalau lewat lo nanti tambah kenapa-kenapa."

"Iya nanti gue bilang Kevin."

Adri Kembali menepuk pelan kepala Zura, lelaki itu kemudian berujar.

"Istirahat nanti temuin Hazel, ajak ngobrol."

"Iya makasih Dri."

"Yoi."

"Gue tidur dulu nanti bangunin yah?"

"Hooh." Adri menjawab pendek lalu memainkan ponselnya acuh. Zurapun Kembali menenggelamkan wajah di atas meja dengan bertumpu kepada tangan. Menyelami alam mimpi yang bisa sedikit mengobati rasa pusingnya.

"Ezzura, bangun. Bareng kantin nggak?"

Zura bergerak kecil dalam tidurnya, menguap dan membuka mata susah payah untuk mendapati Adrian berdiri menjulang di hadapannya.

"Udah dari tadi istirahatnya?"

"Enggak kok barusan. Lo bareng gue atau gimana?"

"Enggak deh Dri duluan aja, gue nyamper Hazel."

Adrian tersenyum kecil mengacak pelan rambut Zura sebelum berlalu pergi keluar kelas, ia juga sempat menggumamkan kata semangat dan mengangkat kepalan tangannya kepada Zura.

Zura mengangkat kepalanya pelan, merenggangkan tangan lalu menguap sekali lagi sebelum mengedrkan pandangan melihat seisi kelasnya. Sudah sepi, hanya tinggal beberapa anak yang memang seingat Zura tidak pernah keluar kelas Ketika istirahat. Lebih memilih tidur, bermain game online, bahkan melamun di pojokan kelas pun ada.

Gadis itu kini beranjak berdiri dan membenaarkan tatanan rambutnya yang agak berantakan, ia berjalan keluar kelas menuju toilet untuk mencuci muka, lalu beranjak lagi menuju kelas XII IPA 1, kelas Hazel. Ya, mereka butuh berbicara, setidaknya Zuralah yang harus mengalah untuk menemuinya, ini semua memang kesalahan Zura bukan?

Sesampainya di depan kelas Hazel, Zura terkesiap kaget mendapati Leo di depan kelas, sebelum sempat menghindar lelaki itu sudah berbalik ke arah Zura dan sialnya lagi bertepatan dengan Kevin yang juga keluar dari kelas. Kedua lelaki itupun berjalan menghampirinya.

"Loh nggak ke kantin?" Kevin bertanya heran dan Leo hanya memandang mereka berdua datar.

"Nanti, mau ke Hazel dulu."

"Oh gitu, badmood anaknya gue ajak ngantin nggak mau."

Zura meringis dalam hati, tuh kan?! Hazel benar-benar marah kepadanya.

"Yaudah gue ke dalam dulu ya."

"Oke, duluan Ra." Kevin berujar santai sambil mengacak rambut Zura asal, membuat si empunya mendengus sebal segera menepis tangan Kevin.

Gadis itu melangkahkan kaki memasuki kelas XII IPA 1, ia sangat jarang ke sini mengingat jarak koridor IPA dan IPS sangatlah jauh. Ia lah yang sering dihampiri Hazel, Kevin, bahkan teman-teman ekskulnya. Sesampainya di depan kelas, Zura dapat melihat Hazel yang sedang menelungkupkan kepala di atas meja, gadis itu tidak tidur Zura tau. Zurapun bergegas mendekatinya dan menepuk pelan Pundak Hazel.

"Udah aku bilang aku nggak mau di—" Hazel berbalik kesal, namun gadis itu segera menampakkan wajah datar Ketika tau siapa yang enepuk bahunya.

"Ngapain?" Tanyanya dingin. Membuat Zura ingin menangis saja saat ini, Hazelnya tidak pernah seperti ini, semarah apapun gadis itu kepada Zura Hazel tidak pernah berbicara sedingin itu di hadapannya. Bahkan menatap Zura datar tanpa minat, tidak berisi kerlingan ceria seperti layaknya Arsyafashella Raviona Hazelia yang Zura kenal.

Dan sangat Zura sayangkan bahwa semua ini hanya dikarenakan masalah seorang lelaki.

Zura tidak pernah membayangkannya.

-II-

Halooo guys! Kembali lagi, maafkan keterlambatan saya dalam update kali ini yah, kemarin-kemarin ini memang sangat sibuk sayanya.

Btw ini sudah akan masuk beberapa part sebelum ending ya. Maaf karena memang saya nggak berencana memperpanjang konfliknya.

Saya nulis chapter ini ditemankan lagu Justin Bieber – 2U yang di cover sama Jungkook.

Jangan lupa vote dan komen yang banyak ya teman-teman!

Love you all!

More info

Instagram : raindaeyoo

Sincerely

Istri sah Kim Mingyu

Less Than Relationship (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang