Jiǔ

109 7 0
                                    

Happy Reading!

-||-

"Ohh... Kevin udah besar ya!" Shofi tersenyum lebar dan menepuk puncak kepala Kevin.

"Iya tante."

"Kok kamu tau namanya Kak?" Shofi menoleh dan bertanya pada Zura. Yang ditanya hanya tersenyum sama canggungnya dengan Kevin dan menjawab sederhana.

"Itu, temen sekolahku Bun."

"Yaudah, Kevin ditemenin dulu Bunda bikin minum." Shofi berlalu dari hadapan Zura dan Kevin yang sekarang terlihat amat awkward, padahal baru saja tadi sore mereka tampak dekat.

"Duduk Vin." Tukas Zura canggung.

Setelah Kevin duduk, Zura juga ikut mendudukkan pantatnya di sofa samping Kevin sambil menggigiti apelnya yang belum habis sebagai upaya mengalihkan kegugupan yang menderanya. Zura hanya menundukkan kepala tanpa berani mendongak menatap Kevin.

"Jadi?" Suara berat Kevin menginterupsi kecanggungan yang terjadi di antara mereka. Zura mendongak menatap Kevin dan membenarkan kaca matanya yang sedikit merosot ke bawah. Sudut bibir Kevin berkedut menahan tawa.

"Jadi, lo si Zura yang judes dan cuek itu?" Tanya Kevin dengan senyuman lebar yang terpatri jelas di wajah tampannya.

"Anjir! gue nggak nyangka, hahaha." Tukas menyuarakan tawa renyah yang sedari tadi Ia tahan. Zura yang melihat hal itu hanya bisa mendengus sebal. Ia tau apa maksud tawa mengejek Kevin itu, ya! Kevin pasti sedang menertawakan penampilan lugunya. Dasar!

"Apaan coba?!" Zura sewot sendiri, Ia melipat kedua tangannya di depan dada dan mencebik kesal. Kevin yang sudah sangat gemas malah mengacak – acak rambut Zura sambil tertawa tanpa henti.

"Apasih Vin!"

"Lo ucul tau nggak? Ahahahaha...." Zura yang sudah mencapai puncak kekesalannyapun mendekat ke arah Kevin lalu menjambak rambut pria itu tanpa tanggung – tanggung.

"Aduh! Ampun – ampun!" Bukannya berhenti, Zura malah semakin menjadi – jadi, Ia mendorong bahu Kevin sampai pria itu terjengkang ke samping.

"Rasain lo! Makannya nggak usah nyebelin."

"Loh Kevin kenapa?" Tiba – tiba Shofi sudah muncul di hadapan Zura dan Kevin sambil membawa nampan berisi cangkir dan kaleng biskuit.

"Jatuh Tan." Kevin menjawab seadanya sambil mengelus – elus pantatnya. Tak lupa Kevin memandang Zura dengan tajam. Yang ditatap seperti itu malah tertawa cengengesan.

"Kok ada acara jatuh – jatuh segala?"

"Hehe maaf Tan, ini tadi di jambakin Zura."

Reflek Zura berjengit kaget dan bersiap menyangkal tuduhan Kevin tadi. Bukan tanpa sebab ia menjambaki habis tambut lelaki itu.

"Kalian ini sudah besar tapi masih berantem aja kerjaannya." Shofi menatap Zura dengan tatapan menggoda, yang ditatap0 hanya memutar mata malas sambil menyandarkan punggungnya di sandaran Sofa.

"Eh Kevin, tumben ke sini. Ada apa?" Suara Liem terdengar dari arah ruang makan.

"Ini Om, disuruh Mama nganterin ini buat Tante." Tukas Kevin sambil menyodorkan sekotak kue kering ke arah Shofi.

"Ya ampun, Mama kamu tuh ya, makasih banyak loh. Apa kabarnya Revan sama Lily?" 

"Iya tante sama-sana, papa sama mama sehat kok. Katanya mama tante kalau ada waktu suruh ke cafe, mau nyobain resep kue bareng. Nanti Mama juga usahain bakal datang ke sini tan." Kevin menyampaikan pesan dari ibunya dengan senyuman menawan yang terpatri jelas di bibir merahnya.

Less Than Relationship (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang