Èrshíqī

47 5 0
                                    

Happy Reading!


-II-


tok tok tok.

"Zura... bangun nak, sekolah."

"Alvin bangun juga. Sekolah nak. Duh punya anak dua kok susah bangun semua." Sofie menggerutu pelan ketika menaiki tangga, ia sungguh gemas dengan dua anaknya ini. Disuruh bangun malah kembali bergelung dalam selimut.

Sofie memasuki kamar Zura terlebih dahulu menyeret anak gadisnya sampai berdiri sempoyongan. Anak gadisnya itu bertanya heran sambil menguap lebar.

"Masih terlalu pagi bunda."

"Pagi-pagi mbahmu. Sudah hampir jam setengah tujuh sayang, anaknya bunda yang paling cantik."

"Ya kan emang perempuannya Zura doang."

"Yaudah gih mandi habis itu sarapan, bunda bangunin Alvin."

Ketika Zura sudah menyelesaikan ritual mandinya, ia segera memakai seragam dan menuruni tangga bersamaan dengan Alvin yang terlihat segar keluar dari kamarnya.

"Tumben."

"Hehehe. Mau jemput pacar."

Zura mengernyit heran. Apa adiknya bilang? Menjemput pacar? Zura tidak tahan untuk tidak tertawa.

"Pacar apa friendzone nya elo heh?"

"Gue udah move on ya sorry."

"Serah dah serah."

Alvin dan Zurapun menempati tempat duduk mereka di meja makan, tumben batin Zura. Terlihat ayahnya yang sedang menikmati sarapan dengan syahdu namun sudah berpakaian rapi siap bertugas dan ibunya yang sedang menuangkan nasi goreng ke piring anak-anaknya hanya dengan daster bunga-bunga favorit.

"Bunda enggak tugas?"

"Bunda libur sayang."

"Berarti nanti masak makan malam dong bun?"

"Iya. Kalian mau bunda masakin apa? Nanti mau belanja."

"Bunda belanja sama aku aja, habis pulang sekolah." Zura berseru antusias.

"Kan kakak pulangnya sore?"

"Oh iya Zura lupa bilang hari ini masuk numpang absen aja soalnya kemarin habis acara. Jadi jamkos."

"Oh gitu. Yaudah nanti bunda jemput. Nanti Chat bunda aja kalau udah mau pulang." Sofie tersenyum tulus, ia bergerak memberesken peralatan memasaknya, menjadi seorang ibu memang sangat menyenangkan. Apalagi dengan dua anak ceria seperti Alvin dan Zura batinnya dalam hati.

"Nanti ayah usahakan pulang sore. Biar bisa kumpul sekeluarga."

"Asiiik. Udah lama banget enggak kumpul." Zura berseru antusias, Kevin di sebelahnya hanya tersenyum singkat.

"Buruan dihabisin, kalau enggak gue tinggal." Alvin berujar sinis kepada Zura, ia mengangkat piringnya yang sudah bersih tanpa noda kearah bak cuci piring.

"Alvin kalau sama kakaknya enggak boleh lo-gue! Yang sopan!"
Teriak Sofie dari arah dapur.

"Mampus lo." Ejek sang kakak senang.

"Iya bun maaf, kelepasan."

"Ayah beneran pulang sore ya?" Zura bertanya, lebih ke mengharapkan ayahnya itu menepati janjinya. Memang Zura tidak pernah meminta langsung kepada kedua orang tuanya untuk setiap saat berada di rumah. Zura merasa tidak pantas, pekerjaan kedua orang tuanya adalah pekerjaan yang sangat mulia. Tentu tidak bisa dihalangi olehnya yang hanya ingin memiliki keluarga sering kumpul seperti biasanya.

"Iya sayang, ayah usahakan."

"Terimakasih ayah." Zura tersenyum lebar, melihat ke arah Sofie yang tersenyum kecil dan Alvin yang sudah siap dengan kunci motornya. Ia menyalami kedua orang tuanya, mencium pipi mereka sekilas dan segera berangkat sekolah bersama Alvin.

"Alvin jangan ngebut." Sang ibu memperingatkan sambil berkacak pinggang di teras rumah.

"Iya bun."

"Dadah bunda!" Zura melambaikan tangannya yang disambut dengan senyuman lebar Sofie.

Zura tau keluarganya memang tidak sesempurna keluarga kebanyakan. Namun Zura juga tau bahwa keluarganya selalu istimewa dengan caranya.

Liem dan Shofie memiliki cara mereka sendiri untuk membuat anak-anaknya bahagia dan tidak psrnah merasa kesepian. Seperti hari ini, ayahnya akan mengusahakan untuk pulang sore hanya demi mengikuti makan malam keluarga. Pasti banyak sekali yang ayah akan bicarakan kepada anak-anaknya.

SMA Kunang Bangsa

"Mana kak? Mana yang namanya Fera?! Biar gue tabok mukanya! Mana?!" Alvin berjalan hendak menuruni motor besarnya, ia tampak sangar dengan tampangnya yang mudah menarik perhatian.

"Hih apaansih Al! Lo itu anak SMP udah sana nanti dikira nyasar."

"Kakak jaga diri. Jangan mau dibully terus sama orang itu."

"Iya Al."

"Janji?"

"Iya sayang." Zura terlihat gemas dan mengacak-acak rambut Alvin membuat adiknya itu semakin tampan dilihat orang. Shit! Zura lupa kalau sekarang masih di depan gerbang.

"Oke."

"Hati-hati jangan ngebut. Sini salim kakak dulu."

"Najis." Alvin menutup helm hitamnya dan segera melajukan kendaraan besar miliknya. Zura tampak berpikir sejenak sebelum berjalan menuju kelasnya di lantai dua sekolah.

"Lah. Bukannya tadi Alvin mau jemput pacarnya?"

-II-

Halo man-teman! Hehe maaf ya hari ini memang jatahnya family time dulu.

Tenang saja, cerita ini akan membuat kalian bahagia dengan caranya. Eak, apaansih gue wkwk.

Ini gue kasih potonya Alvin aja buat hari ini.

Ini gue kasih potonya Alvin aja buat hari ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bau-bau fakboi di masa depan hehe.

Salam #dirumahaja dan stay safe teman-teman!

Jangan lupa vote sama komen yang banyak yah!

Sincerely

Istri sah Kim Mingyu

Less Than Relationship (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang