Wûshíwû

32 4 0
                                    

Happy Reading!

playlist : Hindia - Membasuh
lagu ini memiliki makna yang begitu indah, bahkan saya sampai nangis waktu meresapi liriknya:"))) coba deh yang belum pernah tau dengerin hehe.

Jangan lupa vote sama komen yah! Geratisss tis tis! Itu loh pojok bawah bagian kiri ada tanda bintang hehe di klik ya.

Kalau kalian suka cerita ini, boleh lah di-share ke teman-temannya saya akan sangat senang sekali💜

-II-

Zura kembali meneteskan air mata ketika berada dalam perjalanan menuju bandara bersama Alvin. Gadis itu memutuskan untuk mempercepat kembalinya menuju Amerika dengan alasan ada panggilan mendadak dari salah satu dosen terdekat Zura yang mendapatkan tempat magang untuknya. Walaupun Shofie sempat tidak percaya dan mengatakan bahwa Zura berbohong namun wanita itu akhirnya mengijinkan Zura kembali atas pengertian Liem, ayah Zura.

"Kenapa?" Alvin bertanya lirih, adik kecilnya lah yang langsung sadar bahwa Zura kembali ke Amerika bukan karena panggilan magang. Alvin tau bahwa telah terjadi sesuatu pada kakak perempuannya ini.

"Kevin bilang suka sama gue."

"Terus? Kok nangis?" Alvin bertanya hati-hati.

"Ya lo pikir aja, dia bilang gitu disaat dia udah jadian sama Hazel Al, berengsek banget tau nggak." Zura berucap menggebu-gebu, tentu dengan air mata yang tak kunjung reda membasahi pipinya.

"Kakak sakit hati, boleh. Tapi nggak seharusnya kakak lampiasin dengan balik ke Amerika secepat ini."

"Kakak wisuda nggak kasih kabar, baru tiga hari pulang udah balik lagi, kakak egois banget tau nggak."

"Gue cuma butuh waktu Al."

"Empat tahun belum cukup?" Alvin menghela nafas berat, memandangi sang kakak dengan raut kecewa yang kentara.

Sesampainya di bandara, Zura segera turun dan ditemani Alvin menuju lobi, ia memutuskan untuk langsung membeli tiket di tempat. Terserah ia mendapatkan kelas apa dan jam berapa Zura tidak peduli. Ia hanya kembali membawa satu buah tas gendong, topi converse putih, kaca mata, dan sebuah masker. Kaos hitam lengan panjang kebesaran dan jeans hitam panjang mewarnai penampilannya.

Zura mendapatkan penerbangan kelas bisnis pada pukul sepuluh malam, selama itu Alvin menemaninya dengan sabar. Perjalanan hampir satu hari yang cukup melelahkan kebanyakan dihabiskan Zura dengan tidur, hal itu sebenarnya lebih pada usahanya untuk mengalihkan pikiran. Ia hanya bangun sesaat untuk makan dan minum, dan menikmati pemandangan awan yang berderak di luar kaca jendela.

Sesampainya di California, ia segera menghubungi salah satu temannya untuk meminta jemputan. Jeon Nara namanya, ia juga anak rantau seperti Zura, gadis cantik yang mengecat rambutnya dengan warna pirang berdarah Korea Selatan.

Ketika pertama kali berjumpa, Nara sampai menangis karena merasa seketika dekat dengan Zura. Mereka sama-sama dari Asia dan Zura pun memiliki darah China dari ayahnya. Nara pun mengaku menghabiskan masa SMP nya di Indonesia, ia dan keluarga mengikuti sang ayah yang dipindah tugaskan di Jakarta kala itu. Sebuah kesenangan bagi Zura karena gadis itu cukup fasih menggunakan Bahasa Indonesia.

Nara lah teman pertama Zura, gadis jelita itu sudah cukup dekat dengan Zura sampai sudah ia anggap sebagai saudara.

"LO NGAPAIN SIH BOLAK-BALIK JAKARTA AMRIK! KEK ORANG GILA LO TAU NGGAK!"

"Nar jangan keras-keras heh."

"BODO AMAT! LO PIKIR TIKET BELI DADAKAN NGGAK MAHAL APA HAH? GUA TAU LU KAYA TAPI NGGAK GINI JUGA KONSEPNYA!"

Less Than Relationship (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang