Sìshíyī

32 4 0
                                    

Happy Reading!

-II-

"Satenya bungkus satu ya pak. Pedes banget. Lo beneran nggak mau?"

"Iya nggak usah."

"Oke. Jadi satu aja pak."

"Siap mbak, duduk dulu."

Hampir-hampir Zura duduk di kursi plastik yang di sediakan oleh pedagang sate tersebut Kevin menarik lengannya dan membawa Zura menuju pedagang semacam minuman setau Zura.

"Sambil minum yuk, ramai juga antri satenya."

"Apa nih?"

Tanpa mempedulikan pertanyaan Zura Kevin segera memesan ke depan gerobak lalu mengajak Zura untuk duduk.

"Wedang ronde, pasti nggak pernah?"

"Apaan tuh?"

"Cih, anak kota."

"Nggak juga ya!" Zura berseru tak terima, tangannya bergerak kecil untuk menjambak rambut Kevin membuat si empunya mengaduh.

"Aduh-duh, iye dah maaf." Kevin memberengut sebal, bagaimana tidak? Rambut cokelatnya sudah di tata sedemikian rupa ketika berangkat pesta, dan dengan mudah Zura merusaknya?

"Hehehe. Udah jangan ngambek gue juga minta maaf." Tangan Zura kembali terulur menepuk puncak kepala Kevin, gadis itu juga mengelusnya pelan takut untuk memberantakannya lebih parah.

Bertepatan dengan itu pesanan mereka datang dan merekapun mulai menikmatinya dengan lahap.

"Enak anjir."

"Hooh, gue sering ke sini dulu sama Michell waktu dia masih SMA."

"Lo SMP dong?"

"Yoi."

Di sela percakapan mereka sebuah suara halus dan penuh hati-hati menyapa Kevin.

"Kak Kevin?"

Seketika dua sejoli yang sedang asyik menikmati wedang ronde nya itu menoleh kaget.

"Eh iya? Kenapa ya?"

"Eum... itu kak, boleh foto bareng kakak nggak?" Seorang gadis cantik yang pendek dan terlihat sangat menggemaskan berujar pelan di antara teman-temannya yang lain. Gadis itu menunduk kentara sekali jika gugup dan sedang menyembunyikan rona di kedua wajah cantiknya.

Buset aura degemnya kelihatan banget.

Zura membatin penuh misteri.

"Hah?" Kevin masih terlihat bingung. Lalu sekonyong-konyong ketika Zura tersadar dari keterkagumannya gadis itu tertawa keras.

"Hahaha, anak SMAKUBA?"

"Ra!" Kevin berseru jengkel sembari menendang kaki Zura di bawah meja.

"Kok kenal Kevin?" Zura masih tertawa renyah, membuat ketiga adik kelas di hadapannya tertunduk malu.

"Eum itu kak..." Gadis cantik berkerudung merah jambu di sebelah gadis yang pertama kali menyapa Kevin menjawab gugup.

"Hahaha siapa juga ya yang nggak kenal elo." Zura menyahut enteng dan tak lupa membalas tendangan Kevin di kakinya.

"Namanya siapa?"

"Itu kak Ilkana, Rieda, sama Avel."
Kali ini gadis tinggi semampai dengan wajah khas bule menyahut, tersenyum manis tidak malu-malu seperti kedua temannya. Zura seperti pernah melihatnya? Tapi di mana?

Oh benar. Anak cheers.

"Oke Ilkana, Rieda, sama Avel mana hp nya sini gue fotoin."

Gadis yang Zura kini ketahui bernama Avel segera menyerahkan ponselnya antusias. Kevin yang sungkan untuk menolakpun segera bangkit dan memposisikan diri di tengah ketiganya. Lelaki itu tersenyum lebar dengan mengacungkan jari telunjuk dan tengah membentuk huruf V.

Setelah selesai berfoto dengan beberapa gaya, ketiga adik kelas pengagum Kevin itu segera berpamitan dengan sebelumnya mengucapkan terimakasih.

"Makasih ya kak Kevin... kak Zura."

"Loh tau gue juga?" Zura bertanya heran.

"Siapa sih yang nggak kenal kakak berdua hehe." Kini Ilkana yang menjawab dengan antusias.

"Hahaha bisa aja."

"Yasudah kak, kami permisi dulu. Duluan kak!"

"Iya hati-hati yah." Kevin berujar sembari tersenyum kecil membuat ketiga anak baru SMA itu tersenyum malu-malu ketika meninggalkan tempat.

Kevin yang ramah, murah senyum, tampan, dan serba bisa. Siapa coba yang nggak mau jadi pacarnya?

Ah benar! Dasar mereka saja yang tidak tau kebobrokan lelaki di depannya ini. Hanya Zura dan sahabat lelaki itu saja sih yang mengetahuinya, dan Zurapun sudah mem-blacklist duluan Kevin dari daftar kandidat pangeran masa depannya ketika mengetahui segala keresean dan kebobrokan laki-laki itu.

"Kak Kevin-kak Kevin." Zura berseru menggoda yang dibalas oleh pelototan tajam lelaki di hadapannya.

"Anjir udahan."

"Kakak degemnya banyak bener deh. Uluuuh."

"Ezzura!"

"Kak Kevin..." Zura mencubit sebelah pipi sahabatnya itu dan tertawa terbahak-bahak setelahnya. Kevin sampai harus menundukkan kepala meminta maaf kepada si pedagang wedang ronde.

"Zura udah dong ketawanya malu dilihatin banyak orang."

"Hahaha iya-iya maaf yuk pulang."

Kevin mengangguk dan segera membayar pesanan mereka tak lupa mengambil sate terlebih dahulu sebelum beranjak menuju parkiran untuk pulang.




Malam itu memang semuanya terlihat sangat indah dan membahagiakan. Dan Ia tak pernah tau bahwa di malam-malam selanjutnya senyum itu tak lagi ada. Bintang dan bulan yang semula ikut bahagia-pun meluruh entah ke mana.





-II-

Saya lagi PAT dong wkwkwk
Tapi gatel banget pen publish yaudah deh^^

Tetep semangat guys!
Salam #dirumahaja dan stay safe teman-teman!

Love you💜


Less Than Relationship (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang